25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

11 Tewas, 14 Hilang

Rombongan Kesenian Tenggelam di Bali

SEMARAPURA- Tragedi di laut kembali terjadi. Sebuah janggolan atau perahu jukung tradisional Sri Murah Rejeki yang mengangkut rombongan sekaa (kelompok) angklung yang baru selesai tampil di pengabenan tenggelam akibat dihantam ombak sekitar 200 meter setelah meninggalkan Dermaga Jungut Batu, Nusa Lembongan, Bali, Selasa tengah malam (20/9).

Akibatnya dari 36 orang penumpang, 33 anggota sekaa angklung, satu nakhoda, dan dua kru kapal yang ada di kapal naas tersebut, hingga berita ini selesai ditulis tadi malam, 11 di antaranya tewas. Sedangkan 11 lainnya selamat dan 14 sisanya belum diketahui nasibnya alias hilang.

Korban meninggal dan selamat sempat dibawa ke Puskesmas II Nusa Penida di Jungut Batu. Untuk korban meninggal dimintakan visum selanjutnya diambil pihak keluarga. Sementara yang selamat langsung mendapat perawatan.
Para anggota kelompok seniman itu baru selesai megambel alias tampil ngrawit di pengabenan warga Pande di Nusa Lembongan. Mereka bermaksud kembali ke kampung halaman di Dusun Sibunibus, Desa Sakti, Nusa Penida, sekitar tiga mil dari Jungut Batu.

Kedua pulau di sebelah tenggara Pulau Dewata itu secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung. Lalu lintas antar kedua pulau selama ini memang menggunakan janggolan alias kapal nelayan tradisional.
Dari informasi yang dikumpulkan Radar Bali (Grup Sumut Pos),  pukul 23.30 Wita, sekitar 200 meter setelah meninggalkan Dermaga Junggut Batu dalam perjalanan menuju Dermaga Toya Pakeh, Nusa Penida, tiba-tiba gelombang besar menerjang janggolan yang dinaiki rombongan bersama satu set gamelan tersebut. Gelombang setinggi empat meter tersebut pun membuat perahu yang dinakhodai Made Langgor tersebut terbalik.
Dir Pol Air Polda Bali, Kombes Agoes Doeta mengaku pihaknya belum berani memastikan. Sebab, pihaknya masih terfokus pada proses pencarian korban yang belum ditemukan. “Kalau soal penyebab kita belum bisa menerangkan. Itu masih perlu diselidiki terlebih dulu,” ujarnya. Namun Tim SAR terus melakukan pencarian terhadapa korban yang tenggelam.

Menurutnya, bisa saja perahu tersebut diterjang gelombang atau akibat faktor cuaca. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga kalau penyebabnya bisa dikarenakan faktor human error.

“Tadi anggota kita sudah sempat meminta keterangan dari beberapa korban yang selamat. Tapi belum bisa. Karena mereka (korban) masih trauma,” ujar perwira asal Surabaya ini.

Di samping itu, sambung Agoes Doeta, pengemudi perahu tradisional tersebut belum teridentifikasi dengan jelas. Apakah dia selamat, tewas, atau masih dalam pencarian. “Ini yang belum dikatehui karena semuanya masih fokus melakukan pencarian. Entah orangnya (pengemudi perahu) masih hidup atau tidak, itu belum jelas,” terangnya.
Agoes menyayangkan kenekatan nahkoda yang berani menyeberang pada malam hari. “Berangkat malam-malam dengan perahu itu menurut saya tindakan nekat. Apalagi ini kan laut, apa pun bisa terjadi. Dan, kecenderungan kalau malam, angin lebih kencang dan gelombang tinggi,” katanya.

Apalagi, jalur yang dilintasi, meski dekat, memiliki kecenderungan arus yang deras. “Karena di sana ada pertemuan dengan samudera Hindia,” tambahnya.

Terpisah, Badan SAR Nasional Denpasar mengaku, laporan mengenai tenggelamnya kapal itu baru masuk sekitar pukul 02.00 Wita. “Atas laporan itu, kami langsung menerjunkan personel untuk melakukan pencarian korban saat itu juga,” terang petugas Badan SAR Nasional Denpasar Krisna Maharta saat dikonfirmasi via telepon kemarin.

Sedangkan atas tenggelamnya kapal dengan satu mesin berkekuatan 40 PK, itu kata Krisna diperkirakan karena akibat faktor cuaca. Ia menduga bahwa gelombang tinggi dan arus besar, sebagai penyebab kuat hingga musibah ini terjadi. “Pada saat kejadian, cuaca sedang mendung dengan diikuti angin kencang,” imbuhnya.

Selain itu atas musibah tenggelamnya perahu motor di Nusa Penida, tim gabungan dari Badan SAR Nasional, Kepolisian Perairan, TNI Angkatan Laut, dan dibantu nelayan setempat hingga kemarin masih melakukan pencarian terhadap para korban hilang. “Kami terus melakukan pencarian terhadap para korban hilang, dibantu pihak terkait bersama masyarakat nelayan,” tegas Krisna.

Dijelaskan Krisna, tim SAR menurunkan puluhan personel ke lokasi untuk membantu evakuasi korban. Termasuk menurunkan satu unit kapal rescue milik Basarnas, satu unit kapal sea raider, serta satu unit helikopter.
Dikonfirmasi terpisah Kapolda Bali, Irjen Pol Totoy Herawan Indra, yang ditemui usai menghadiri pertemuan di DPRD Bali, kemarin mengatakan, pihaknya selain menerjunkan puluhan aparat Kepolisian Perairan dan 1 tim brimob (11 orang), juga telah mengirim 2 unit rubber boat untuk membantu evakuasi.(tra/hai/pra/yes/jpnn)

Rombongan Kesenian Tenggelam di Bali

SEMARAPURA- Tragedi di laut kembali terjadi. Sebuah janggolan atau perahu jukung tradisional Sri Murah Rejeki yang mengangkut rombongan sekaa (kelompok) angklung yang baru selesai tampil di pengabenan tenggelam akibat dihantam ombak sekitar 200 meter setelah meninggalkan Dermaga Jungut Batu, Nusa Lembongan, Bali, Selasa tengah malam (20/9).

Akibatnya dari 36 orang penumpang, 33 anggota sekaa angklung, satu nakhoda, dan dua kru kapal yang ada di kapal naas tersebut, hingga berita ini selesai ditulis tadi malam, 11 di antaranya tewas. Sedangkan 11 lainnya selamat dan 14 sisanya belum diketahui nasibnya alias hilang.

Korban meninggal dan selamat sempat dibawa ke Puskesmas II Nusa Penida di Jungut Batu. Untuk korban meninggal dimintakan visum selanjutnya diambil pihak keluarga. Sementara yang selamat langsung mendapat perawatan.
Para anggota kelompok seniman itu baru selesai megambel alias tampil ngrawit di pengabenan warga Pande di Nusa Lembongan. Mereka bermaksud kembali ke kampung halaman di Dusun Sibunibus, Desa Sakti, Nusa Penida, sekitar tiga mil dari Jungut Batu.

Kedua pulau di sebelah tenggara Pulau Dewata itu secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung. Lalu lintas antar kedua pulau selama ini memang menggunakan janggolan alias kapal nelayan tradisional.
Dari informasi yang dikumpulkan Radar Bali (Grup Sumut Pos),  pukul 23.30 Wita, sekitar 200 meter setelah meninggalkan Dermaga Junggut Batu dalam perjalanan menuju Dermaga Toya Pakeh, Nusa Penida, tiba-tiba gelombang besar menerjang janggolan yang dinaiki rombongan bersama satu set gamelan tersebut. Gelombang setinggi empat meter tersebut pun membuat perahu yang dinakhodai Made Langgor tersebut terbalik.
Dir Pol Air Polda Bali, Kombes Agoes Doeta mengaku pihaknya belum berani memastikan. Sebab, pihaknya masih terfokus pada proses pencarian korban yang belum ditemukan. “Kalau soal penyebab kita belum bisa menerangkan. Itu masih perlu diselidiki terlebih dulu,” ujarnya. Namun Tim SAR terus melakukan pencarian terhadapa korban yang tenggelam.

Menurutnya, bisa saja perahu tersebut diterjang gelombang atau akibat faktor cuaca. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga kalau penyebabnya bisa dikarenakan faktor human error.

“Tadi anggota kita sudah sempat meminta keterangan dari beberapa korban yang selamat. Tapi belum bisa. Karena mereka (korban) masih trauma,” ujar perwira asal Surabaya ini.

Di samping itu, sambung Agoes Doeta, pengemudi perahu tradisional tersebut belum teridentifikasi dengan jelas. Apakah dia selamat, tewas, atau masih dalam pencarian. “Ini yang belum dikatehui karena semuanya masih fokus melakukan pencarian. Entah orangnya (pengemudi perahu) masih hidup atau tidak, itu belum jelas,” terangnya.
Agoes menyayangkan kenekatan nahkoda yang berani menyeberang pada malam hari. “Berangkat malam-malam dengan perahu itu menurut saya tindakan nekat. Apalagi ini kan laut, apa pun bisa terjadi. Dan, kecenderungan kalau malam, angin lebih kencang dan gelombang tinggi,” katanya.

Apalagi, jalur yang dilintasi, meski dekat, memiliki kecenderungan arus yang deras. “Karena di sana ada pertemuan dengan samudera Hindia,” tambahnya.

Terpisah, Badan SAR Nasional Denpasar mengaku, laporan mengenai tenggelamnya kapal itu baru masuk sekitar pukul 02.00 Wita. “Atas laporan itu, kami langsung menerjunkan personel untuk melakukan pencarian korban saat itu juga,” terang petugas Badan SAR Nasional Denpasar Krisna Maharta saat dikonfirmasi via telepon kemarin.

Sedangkan atas tenggelamnya kapal dengan satu mesin berkekuatan 40 PK, itu kata Krisna diperkirakan karena akibat faktor cuaca. Ia menduga bahwa gelombang tinggi dan arus besar, sebagai penyebab kuat hingga musibah ini terjadi. “Pada saat kejadian, cuaca sedang mendung dengan diikuti angin kencang,” imbuhnya.

Selain itu atas musibah tenggelamnya perahu motor di Nusa Penida, tim gabungan dari Badan SAR Nasional, Kepolisian Perairan, TNI Angkatan Laut, dan dibantu nelayan setempat hingga kemarin masih melakukan pencarian terhadap para korban hilang. “Kami terus melakukan pencarian terhadap para korban hilang, dibantu pihak terkait bersama masyarakat nelayan,” tegas Krisna.

Dijelaskan Krisna, tim SAR menurunkan puluhan personel ke lokasi untuk membantu evakuasi korban. Termasuk menurunkan satu unit kapal rescue milik Basarnas, satu unit kapal sea raider, serta satu unit helikopter.
Dikonfirmasi terpisah Kapolda Bali, Irjen Pol Totoy Herawan Indra, yang ditemui usai menghadiri pertemuan di DPRD Bali, kemarin mengatakan, pihaknya selain menerjunkan puluhan aparat Kepolisian Perairan dan 1 tim brimob (11 orang), juga telah mengirim 2 unit rubber boat untuk membantu evakuasi.(tra/hai/pra/yes/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/