30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Inilah Foto dan Sejarah Tugu Titik Nol Islam Nusantara di Barus-Tapteng

Foto: Istimewa
Presiden Joko Widodo didampingi Gubsu Tengku Erry Nuradi meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (24/03/2017).

BARUS, SUMUTPOS.CO –  Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara yang terletak dipinggir pantai Barat Sumatera di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (24/03/2017).

Hadir juga  Ketua Umum DPP Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) Syekh KH Ali Akbar Marbun, Sekjen DPP JBMI Arif R Marbun, Ketua DPW JBMI Sumut  Aidan Nazwir Panggabean, tokoh agama, tokoh masyarakat, mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung, sejumlah menteri, FKPD Provsu, Tapanuli Tengah dan undangan.

Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti, menekan tombol sirine dan peninjauan lokasi oleh Presiden Jokowi. Tugu (Monumen) ini memiliki tiga tiang penyangga bola dunia ini memiliki filosofi adat Batak yang menjadi kearifan lokal masyarakat adalah Adat Dalihan Na Tolu.

Kota Barus atau dikenal juga dengan nama Fansur, dulunya pada abad 1 – 17 M adalah merupakan kota Emporium dan pusat peradaban, hal ini menjadikan kota Barus menjadi kota tertua di Indonesia.

Pelayar-pelayar terkenal seperti Marcopollo pernah mendarat di kota ini. Pedagang-pedagang dari Persia dan bahkan dari seluruh penjuru. Dunia juga berdatangan ke kota ini di masa-masa kejayaannya.

Dulunya, aktivitas di kota ini lebih banyak berdagang, komoditi yang paling dominan adalah rempah-rempah. Salah satu komoditi paling dicari di zaman itu. Adapun barang dagangan dibawa turun dari gunung oleh para penduduk lokal untuk dijual ke para pedagang yang berasal dari luar negeri.

Salah satu komoditi paling terkenal dari kota ini hingga saat ini adalah kapur barus. Bahkan dalam sebuah penelitian disebutkan, mayat seorang Raja Firaun diawetkan dengan menggunakan bahan rempah-rempah bernama kapur barus yang berasal dari kota Barus.

Kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Persia, juga sekaligus membawa pengaruh Agama Islam masuk ke Nusantara untuk pertama kalinya. Selanjutnya, kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Eropa juga sekaligus membawa pengaruh Agama Kristen ke Nusantara. Akan tetapi, Agama Islam lebih mendominasi.

Peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti kuburan berukuran raksasa, batu nisan bertuliskan tulisan Persia kuno dan artefak-artefak sejarah lainnya sampai hari ini masih banyak ditemui di kota ini.

Foto: Istimewa
Presiden Joko Widodo didampingi Gubsu Tengku Erry Nuradi meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (24/03/2017).

BARUS, SUMUTPOS.CO –  Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara yang terletak dipinggir pantai Barat Sumatera di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (24/03/2017).

Hadir juga  Ketua Umum DPP Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) Syekh KH Ali Akbar Marbun, Sekjen DPP JBMI Arif R Marbun, Ketua DPW JBMI Sumut  Aidan Nazwir Panggabean, tokoh agama, tokoh masyarakat, mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung, sejumlah menteri, FKPD Provsu, Tapanuli Tengah dan undangan.

Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti, menekan tombol sirine dan peninjauan lokasi oleh Presiden Jokowi. Tugu (Monumen) ini memiliki tiga tiang penyangga bola dunia ini memiliki filosofi adat Batak yang menjadi kearifan lokal masyarakat adalah Adat Dalihan Na Tolu.

Kota Barus atau dikenal juga dengan nama Fansur, dulunya pada abad 1 – 17 M adalah merupakan kota Emporium dan pusat peradaban, hal ini menjadikan kota Barus menjadi kota tertua di Indonesia.

Pelayar-pelayar terkenal seperti Marcopollo pernah mendarat di kota ini. Pedagang-pedagang dari Persia dan bahkan dari seluruh penjuru. Dunia juga berdatangan ke kota ini di masa-masa kejayaannya.

Dulunya, aktivitas di kota ini lebih banyak berdagang, komoditi yang paling dominan adalah rempah-rempah. Salah satu komoditi paling dicari di zaman itu. Adapun barang dagangan dibawa turun dari gunung oleh para penduduk lokal untuk dijual ke para pedagang yang berasal dari luar negeri.

Salah satu komoditi paling terkenal dari kota ini hingga saat ini adalah kapur barus. Bahkan dalam sebuah penelitian disebutkan, mayat seorang Raja Firaun diawetkan dengan menggunakan bahan rempah-rempah bernama kapur barus yang berasal dari kota Barus.

Kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Persia, juga sekaligus membawa pengaruh Agama Islam masuk ke Nusantara untuk pertama kalinya. Selanjutnya, kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Eropa juga sekaligus membawa pengaruh Agama Kristen ke Nusantara. Akan tetapi, Agama Islam lebih mendominasi.

Peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti kuburan berukuran raksasa, batu nisan bertuliskan tulisan Persia kuno dan artefak-artefak sejarah lainnya sampai hari ini masih banyak ditemui di kota ini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/