27.8 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Danau Toba Butuh Status Goepark

WISUDA: Menpar RI Arif Yahya dan Gubsu Edy Rahmayadi menghadiri Sidang Senat Terbuka Politeknik Pariwisata Medan di Hotel Santika Dyandra, Kamis, (18/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya mengungkapkan, sebagai danau vulkanik terbesar di dunia, Danau Toba memiliki potensi besar menjadi destinasi utama kelas dunia. Apalagi pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah menyiapkan anggaran besar untuk membangun pendukung pariwisata Danau Toba. Tetapi menurut Arief, Danau Toba masih membutuhkan status sebagai Global Geopark.

“DANAU TOBA itu indah, orang semua tahu. Tapi kalau tidak kita dapatkan sertifikat dari UNESCO Global Geoprak (UGG), susah menjualnya ke level internasional,” sebut Arief Yahya kepada wartawan, di sela-sela Sidang Senat Terbuka Politeknik Pariwisata Medan, di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (18/7).

Karena itu, Arief berharap tahun ini danau terbesar di Asia itu dapat memperoleh sertifikat UGG. “Kalau dapat, akan mudah menjualnya,” cetusnya.

Ia menjelaskan, Presiden Joko Widodo sudah menyiapkan anggaran untuk pengembangan pariwisata di 4 objek wisata superprioritas di Indonesian

sebesar Rp 6,4 triliun. Yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuhan Bajo. Pembangunan dilakukan sejak tahun 2019 hingga 2020 mendatang. Tujuannya, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke tanah air.

“Pokok dasar 2019 dari Pak Presiden, aksesibilitas (kemudahan akses) dan infrastruktur harus tuntas tahun 2020. Dari Rp6,4 triliun untuk 4 objek wisata superprioritas, saya harapkan Danau Toba mendapatkan lebih Rp2 triliun. Karena (perkembangannya) sangat maju,” ungkap Arief Yahya.

Arief menjelaskan pemerintah Indonesia saat ini tengah fokus dalam pembangunan infrastruktur, seperti aksesibilitas, amenitas (fasilitas di luar akomodasi), dan atraksi. “Kalau tidak ada infrastruktur, susah kita menjualnya. Insyaallah tahun 2020 selesai semuanya. Amenitas seperti resort kita bangun segera. Saya minta dukungan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,” jelas Arief.

Untuk Danau Toba dan 3 objek wisata prioritas lainnya di Indonesia, Arief menyatakan, butuh waktu hingga 10 tahun. Lima tahun untuk membangun infrastruktur dasar, dan 5 tahun lagi membangun amenitas dengan membangun hotel mewah berbintang 5 dan atraksi. “Atraksinya apa? Ada Sporttourism di dalamnya. Seperti di Mandalika tahun 2021 ada Moto GP,” tutur Arief.

Soal pencemaran lingkungan, menurut Arief, Departemen Lingkungan diharapkan dapat mengatasinya.

Arief mengatakan, pembangunan maksimal di Danau Toba dengan mudah dapat mendatangkan kunjungan 1 juta wisman (wisatawan mancanegara) ke Sumut. Tapi harus didukung oleh seluruh pihak, terutama masyarakat di provinsi ini. “Dengan asumsi kunjungan wisman 1 juta, masyarakat Sumut akan sejahtera. Itu logikanya. Karena itu saya memperjuangkannya untuk Sumut. Kalau semua kita bangun, 1 juta wisman itu tidak susah,” tandas Arief.

Lirik Pasar Wisman Milenial

Guna meningkat kunjungan wiman ke Indonesia, Kemenpar melirik pasar milenial. Karena seiring dengan perkembangan digital dengan era Tourism 4.0, pasar industri pariwisata saat ini dan masa depan adalah generasi milenial.

“Sebanyak 51 persen wisman yang datang ke Indonesia adalah milennial tourism, dan 73 persen menggunakan digital. Saya sebagai Menteri Pariwisata introspeksi diri,” ungkap Arief.

Fakta itu menjadi bahan evaluasi perkembangan marketing pariwisata di Indonesia. Kemenpar rencananya akan membuat Calender of Event untuk wisman milenial setidaknya 20 persen dari keseluruhan even yang ada.

“Adakah 1 event untuk milenial saat ini? Jawabannya tidak ada. Padahal anak-anak muda membutuhkan itu. Saya bicarakan di Kemenpar, pokoknya 20 persen event di Kemenpar harus berbasis milenial,” tutur Arief.

Pasar pariwisata milenial, menurut Arief, akan terus digali untuk mengembangkan industri pariwisata dunia di tanah air. “Cara mengalahkan pasar adalah dengan mengetahui siapa costumermu,” jelas Arief.

Ke depan, kata dia, market milenial harus dapat diraih, sekaligus mampu mengalahkan Malaysia sebagai barometer persaingan industri pariwisata. “Milenial itu costumer masa depan kita. Hukum marketing, siapa memperjuangkan masa depan, dia akan memenangkannya. Tourism 4.0 sudah terjadi, yakni digital dan milenial,” pungkas Arief.

Tertibkan KJA di Danau Toba

Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengatakan, akan serius menyelesaikan permasalahan dampak lingkungan di Danau Toba. Terutama masalah pencemaran yang diakibatkan Keramba Jaring Apung (KJA) secara perusahaan maupun perorangan.

“Aquafarm, saya tahu masyarakat setempat tidak menghendakinya. Tapi ini masalah masa lalu, masalah kontrak. Di depan presiden sudah saya sampaikan,” ungkap Edy, saat mendampingi Menpar Arief Yahya di Medan.

Untuk menyelesaikan masalah KJA, termasuk PT Aquafarm Nusantara, menurutnya ada 2 cara. Pertama pengaturan kembali regulasi, kedua pengaturan secara bisnis antarnegara yang izinnya ada di Pemerintah Pusat. “Karena izinnya ada dari pusat, insyaallah secepatnya selesai. Masyarakat tidak perlu ikut-ikutan. Kalau tidak kondusif masyarakatnya, wisatawannya akan bubar,” ujar Edy.

Gubsu siap membantu pemerintah pusat membangun Danau Toba lebih baik lagi, dan menjadi destinasi superprioritas dan berkelas dunia untuk dikunjungi wisman.

“Orang berkunjung ke Danau Toba pastinya untuk melihat air yang asri dan bersih. Kalau airnya tercemar, bagaimana orang mau datang melihat?” kata Edy.

Untuk mendukung pariwisata Danau Toba, Sumut membutuhkan sumber daya manusia (SDM) pariwisata yang mampu mengembangkan potensi wisata di Sumut.

Menpar RI Arif Yahya memgatakan, SDM yang menguasai digital menjadi salah satu kriteria yang dibutuhkan saat ini. Karena sektor pariwisata telah memasuki Tourism 4.0, di mana fokus strateginya adalah penggunaan digital dan pemberdayaan generasi milenial. “Generasi milenial itu ya kalian-kalian ini. Saya doakan kalian lah nanti yang menjadi GM di resort-resort wisata Danau Toba yang akan segera menjadi Bali baru,” tuturnya, kepada para lulusan Politeknik Pariwisata Medan. (gus)

WISUDA: Menpar RI Arif Yahya dan Gubsu Edy Rahmayadi menghadiri Sidang Senat Terbuka Politeknik Pariwisata Medan di Hotel Santika Dyandra, Kamis, (18/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya mengungkapkan, sebagai danau vulkanik terbesar di dunia, Danau Toba memiliki potensi besar menjadi destinasi utama kelas dunia. Apalagi pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah menyiapkan anggaran besar untuk membangun pendukung pariwisata Danau Toba. Tetapi menurut Arief, Danau Toba masih membutuhkan status sebagai Global Geopark.

“DANAU TOBA itu indah, orang semua tahu. Tapi kalau tidak kita dapatkan sertifikat dari UNESCO Global Geoprak (UGG), susah menjualnya ke level internasional,” sebut Arief Yahya kepada wartawan, di sela-sela Sidang Senat Terbuka Politeknik Pariwisata Medan, di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (18/7).

Karena itu, Arief berharap tahun ini danau terbesar di Asia itu dapat memperoleh sertifikat UGG. “Kalau dapat, akan mudah menjualnya,” cetusnya.

Ia menjelaskan, Presiden Joko Widodo sudah menyiapkan anggaran untuk pengembangan pariwisata di 4 objek wisata superprioritas di Indonesian

sebesar Rp 6,4 triliun. Yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuhan Bajo. Pembangunan dilakukan sejak tahun 2019 hingga 2020 mendatang. Tujuannya, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke tanah air.

“Pokok dasar 2019 dari Pak Presiden, aksesibilitas (kemudahan akses) dan infrastruktur harus tuntas tahun 2020. Dari Rp6,4 triliun untuk 4 objek wisata superprioritas, saya harapkan Danau Toba mendapatkan lebih Rp2 triliun. Karena (perkembangannya) sangat maju,” ungkap Arief Yahya.

Arief menjelaskan pemerintah Indonesia saat ini tengah fokus dalam pembangunan infrastruktur, seperti aksesibilitas, amenitas (fasilitas di luar akomodasi), dan atraksi. “Kalau tidak ada infrastruktur, susah kita menjualnya. Insyaallah tahun 2020 selesai semuanya. Amenitas seperti resort kita bangun segera. Saya minta dukungan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,” jelas Arief.

Untuk Danau Toba dan 3 objek wisata prioritas lainnya di Indonesia, Arief menyatakan, butuh waktu hingga 10 tahun. Lima tahun untuk membangun infrastruktur dasar, dan 5 tahun lagi membangun amenitas dengan membangun hotel mewah berbintang 5 dan atraksi. “Atraksinya apa? Ada Sporttourism di dalamnya. Seperti di Mandalika tahun 2021 ada Moto GP,” tutur Arief.

Soal pencemaran lingkungan, menurut Arief, Departemen Lingkungan diharapkan dapat mengatasinya.

Arief mengatakan, pembangunan maksimal di Danau Toba dengan mudah dapat mendatangkan kunjungan 1 juta wisman (wisatawan mancanegara) ke Sumut. Tapi harus didukung oleh seluruh pihak, terutama masyarakat di provinsi ini. “Dengan asumsi kunjungan wisman 1 juta, masyarakat Sumut akan sejahtera. Itu logikanya. Karena itu saya memperjuangkannya untuk Sumut. Kalau semua kita bangun, 1 juta wisman itu tidak susah,” tandas Arief.

Lirik Pasar Wisman Milenial

Guna meningkat kunjungan wiman ke Indonesia, Kemenpar melirik pasar milenial. Karena seiring dengan perkembangan digital dengan era Tourism 4.0, pasar industri pariwisata saat ini dan masa depan adalah generasi milenial.

“Sebanyak 51 persen wisman yang datang ke Indonesia adalah milennial tourism, dan 73 persen menggunakan digital. Saya sebagai Menteri Pariwisata introspeksi diri,” ungkap Arief.

Fakta itu menjadi bahan evaluasi perkembangan marketing pariwisata di Indonesia. Kemenpar rencananya akan membuat Calender of Event untuk wisman milenial setidaknya 20 persen dari keseluruhan even yang ada.

“Adakah 1 event untuk milenial saat ini? Jawabannya tidak ada. Padahal anak-anak muda membutuhkan itu. Saya bicarakan di Kemenpar, pokoknya 20 persen event di Kemenpar harus berbasis milenial,” tutur Arief.

Pasar pariwisata milenial, menurut Arief, akan terus digali untuk mengembangkan industri pariwisata dunia di tanah air. “Cara mengalahkan pasar adalah dengan mengetahui siapa costumermu,” jelas Arief.

Ke depan, kata dia, market milenial harus dapat diraih, sekaligus mampu mengalahkan Malaysia sebagai barometer persaingan industri pariwisata. “Milenial itu costumer masa depan kita. Hukum marketing, siapa memperjuangkan masa depan, dia akan memenangkannya. Tourism 4.0 sudah terjadi, yakni digital dan milenial,” pungkas Arief.

Tertibkan KJA di Danau Toba

Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengatakan, akan serius menyelesaikan permasalahan dampak lingkungan di Danau Toba. Terutama masalah pencemaran yang diakibatkan Keramba Jaring Apung (KJA) secara perusahaan maupun perorangan.

“Aquafarm, saya tahu masyarakat setempat tidak menghendakinya. Tapi ini masalah masa lalu, masalah kontrak. Di depan presiden sudah saya sampaikan,” ungkap Edy, saat mendampingi Menpar Arief Yahya di Medan.

Untuk menyelesaikan masalah KJA, termasuk PT Aquafarm Nusantara, menurutnya ada 2 cara. Pertama pengaturan kembali regulasi, kedua pengaturan secara bisnis antarnegara yang izinnya ada di Pemerintah Pusat. “Karena izinnya ada dari pusat, insyaallah secepatnya selesai. Masyarakat tidak perlu ikut-ikutan. Kalau tidak kondusif masyarakatnya, wisatawannya akan bubar,” ujar Edy.

Gubsu siap membantu pemerintah pusat membangun Danau Toba lebih baik lagi, dan menjadi destinasi superprioritas dan berkelas dunia untuk dikunjungi wisman.

“Orang berkunjung ke Danau Toba pastinya untuk melihat air yang asri dan bersih. Kalau airnya tercemar, bagaimana orang mau datang melihat?” kata Edy.

Untuk mendukung pariwisata Danau Toba, Sumut membutuhkan sumber daya manusia (SDM) pariwisata yang mampu mengembangkan potensi wisata di Sumut.

Menpar RI Arif Yahya memgatakan, SDM yang menguasai digital menjadi salah satu kriteria yang dibutuhkan saat ini. Karena sektor pariwisata telah memasuki Tourism 4.0, di mana fokus strateginya adalah penggunaan digital dan pemberdayaan generasi milenial. “Generasi milenial itu ya kalian-kalian ini. Saya doakan kalian lah nanti yang menjadi GM di resort-resort wisata Danau Toba yang akan segera menjadi Bali baru,” tuturnya, kepada para lulusan Politeknik Pariwisata Medan. (gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/