29 C
Medan
Monday, June 17, 2024

2.220 Anggota DPRD Demokrat Mundur

JAKARTA-Pengaruh Anas Urbaningrum di internal Partai Demokrat (PD) masih kuat. Buktinya, sekitar 2.220 anggota DPRD kabupaten/kota mengundurkan diri atau hengkang ke partai lain. Ribuan anggota DPRD itu berbondong-bondong mundur dari PD untuk mengikuti jejak Anas yang berhenti dari jabatan ketua umum.

Sekretaris Divisi Pembinaan Organisasi DPP PD Ian Zulkifar mengungkapkan, 2.220 anggota DPRD kabupaten/kota merupakan loyalis Anas. “Saya di divisi organisasi memantau perkembangan daerah. Hasil monitoring kita, anggota DPRD kabupaten/kota eksodus ke partai lain. Kemarin sudah 2.217 anggota, hari ini dari Jawa Timur tambah tiga orang,” ujar Ian di Jakarta kemarin (25/3).

Menurut Ian, alasan kader berbondong-bondong hengkang adalah PD dianggap tak lagi punya pemimpin yang bisa diandalkan pasca berhentinya Anas. Saat awal Anas berhenti karena menjadi tersangka kasus korupsi, jumlah kader PD yang mundur dari DPRD hanya sekitar seratus orang. Namun, jumlah itu terus membesar seiring semakin dekatnya penyerahan daftar caleg sementara (DCS) PD ke KPU. “Anas mundur, DPRD bereaksi, waktu awal-awal baru seratusan lebih orang. Tapi, mengundurkan diri secara langsung setelah penetapan DCS dari masing-masing daerah,” terang dia.

Ian sebenarnya sudah melaporkan mundurnya ribuan kader PD itu ke DPP. “Tapi, pemberitahuan tersebut tidak direspons,” keluhnya.
Ditanya soal partai yang dipilih mantan kader PD itu, Ian mengatakan bahwa rata-rata memilih parpol besar. “Ada yang di PDIP, Gerindra, Hanura, dan Golkar,” katanya.

Sementara itu, sekitar 26 DPD PD telah meminta Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar mau menjadi Ketua Umum PD menggantikan Anas Urbaningrum. Menurut salah satu orang terdekat SBY, Syarief Hasan, permintaan itu telah didengar oleh SBY yang juga Ketua Majelis Tinggi PD.

“Sedang dipertimbangkan oleh beliau (SBY, Red), karena beliau kan harapannya jangan sampai menganggu tugas-tugasnya (sebagai presiden, Red),” tutur Syarief di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (25/3).

Meski begitu, tutur Syarief, keputusan tentang figur yang akan menjadi Ketum PD tetap akan diputuskan oleh Kongres Luar Biasa Demokrat (KLB) yang akan digelar di Bali, akhir Maret ini. Syarief mengklaim sejauh ini tidak ada penolakan dari kader PD terkait wacana agar SBY menjadi ketum, termasuk dari para pengurus DPC.

“Bapak (SBY, Red) senang mendengarkan itu. Tapi semua diserahkan ke kongres Kita ingin kongres sederhana, transparan, kalau bisa aklamasi,” tegas Syarief.

Namun dukungan mayoritas pengurus DPD dan DPC PD agar SBY menjadi Ketua Umum PD justru dikritik oleh internal partai berlambang bintang mercy itu. Salah seorang pendiri PD, Sutan Bathoegana mengatakan, SBY akan mengalami degradasi jika sampai menjadi Ketua Umum PD menggantikan Anas Urbaningrum.

Menurut Sutan, lebih baik SBY tetap pada posisinya saat ini sebagai Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Majelis Tinggi PD. “Posisi Pak SBY sekarang lebih mantap. Kalau menurut saya, jabatan Ketua Majelis Tinggi dan Wanbin lebih asyik,” kata Sutan di gedung DPR, Senayan Jakarta, kemarin (25/3).
Selain itu, lanjutnya, kesibukan SBY sebagai presiden dan kepala negara tidak memungkinkan bekas Menkopolhukam itu untuk fokus membenahi PD yang kian terperosok. Oleh karena itu Sutan yakin SBY tidak akan bersedia menjadi pengganti Anas Urbaningrum.

“Pada akhirnya nanti akan muncul ketua umum baru. Bukan beliau (SBY, red), karena terlalu banyak yang dipikirkan beliau,” imbuh Sutan.
Hanya saja, lanjutnya, SBY yang tak mungkin maju menjadi Ketua Umum PD tetap menghormati aspirasi para pengurus DPC dan DPD. Sebab, kata Sutan, SBY sudah berkomitmen bahwa tidak ada kerabat Cikeas yang akan menjadi Ketua Umum PD.
Apalagi, putra bungsu SBY, yakni Edhie Baskoro Yudhoyono telah berkomitmen memegang teguh hasil Kongres PD di Bandung 2010 lalu, yang menempatkannya sebagai Sekjen PD hingga 2015. “Bayangkan saja kalau Mas Ibas Sekjen, Ibu Ani atau SBY Ketum, apa kata dunia? Macam tak punya orang lain pula,” tegasnya. (gil/c10/agm/flo/fas/jpnn)

JAKARTA-Pengaruh Anas Urbaningrum di internal Partai Demokrat (PD) masih kuat. Buktinya, sekitar 2.220 anggota DPRD kabupaten/kota mengundurkan diri atau hengkang ke partai lain. Ribuan anggota DPRD itu berbondong-bondong mundur dari PD untuk mengikuti jejak Anas yang berhenti dari jabatan ketua umum.

Sekretaris Divisi Pembinaan Organisasi DPP PD Ian Zulkifar mengungkapkan, 2.220 anggota DPRD kabupaten/kota merupakan loyalis Anas. “Saya di divisi organisasi memantau perkembangan daerah. Hasil monitoring kita, anggota DPRD kabupaten/kota eksodus ke partai lain. Kemarin sudah 2.217 anggota, hari ini dari Jawa Timur tambah tiga orang,” ujar Ian di Jakarta kemarin (25/3).

Menurut Ian, alasan kader berbondong-bondong hengkang adalah PD dianggap tak lagi punya pemimpin yang bisa diandalkan pasca berhentinya Anas. Saat awal Anas berhenti karena menjadi tersangka kasus korupsi, jumlah kader PD yang mundur dari DPRD hanya sekitar seratus orang. Namun, jumlah itu terus membesar seiring semakin dekatnya penyerahan daftar caleg sementara (DCS) PD ke KPU. “Anas mundur, DPRD bereaksi, waktu awal-awal baru seratusan lebih orang. Tapi, mengundurkan diri secara langsung setelah penetapan DCS dari masing-masing daerah,” terang dia.

Ian sebenarnya sudah melaporkan mundurnya ribuan kader PD itu ke DPP. “Tapi, pemberitahuan tersebut tidak direspons,” keluhnya.
Ditanya soal partai yang dipilih mantan kader PD itu, Ian mengatakan bahwa rata-rata memilih parpol besar. “Ada yang di PDIP, Gerindra, Hanura, dan Golkar,” katanya.

Sementara itu, sekitar 26 DPD PD telah meminta Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar mau menjadi Ketua Umum PD menggantikan Anas Urbaningrum. Menurut salah satu orang terdekat SBY, Syarief Hasan, permintaan itu telah didengar oleh SBY yang juga Ketua Majelis Tinggi PD.

“Sedang dipertimbangkan oleh beliau (SBY, Red), karena beliau kan harapannya jangan sampai menganggu tugas-tugasnya (sebagai presiden, Red),” tutur Syarief di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (25/3).

Meski begitu, tutur Syarief, keputusan tentang figur yang akan menjadi Ketum PD tetap akan diputuskan oleh Kongres Luar Biasa Demokrat (KLB) yang akan digelar di Bali, akhir Maret ini. Syarief mengklaim sejauh ini tidak ada penolakan dari kader PD terkait wacana agar SBY menjadi ketum, termasuk dari para pengurus DPC.

“Bapak (SBY, Red) senang mendengarkan itu. Tapi semua diserahkan ke kongres Kita ingin kongres sederhana, transparan, kalau bisa aklamasi,” tegas Syarief.

Namun dukungan mayoritas pengurus DPD dan DPC PD agar SBY menjadi Ketua Umum PD justru dikritik oleh internal partai berlambang bintang mercy itu. Salah seorang pendiri PD, Sutan Bathoegana mengatakan, SBY akan mengalami degradasi jika sampai menjadi Ketua Umum PD menggantikan Anas Urbaningrum.

Menurut Sutan, lebih baik SBY tetap pada posisinya saat ini sebagai Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Majelis Tinggi PD. “Posisi Pak SBY sekarang lebih mantap. Kalau menurut saya, jabatan Ketua Majelis Tinggi dan Wanbin lebih asyik,” kata Sutan di gedung DPR, Senayan Jakarta, kemarin (25/3).
Selain itu, lanjutnya, kesibukan SBY sebagai presiden dan kepala negara tidak memungkinkan bekas Menkopolhukam itu untuk fokus membenahi PD yang kian terperosok. Oleh karena itu Sutan yakin SBY tidak akan bersedia menjadi pengganti Anas Urbaningrum.

“Pada akhirnya nanti akan muncul ketua umum baru. Bukan beliau (SBY, red), karena terlalu banyak yang dipikirkan beliau,” imbuh Sutan.
Hanya saja, lanjutnya, SBY yang tak mungkin maju menjadi Ketua Umum PD tetap menghormati aspirasi para pengurus DPC dan DPD. Sebab, kata Sutan, SBY sudah berkomitmen bahwa tidak ada kerabat Cikeas yang akan menjadi Ketua Umum PD.
Apalagi, putra bungsu SBY, yakni Edhie Baskoro Yudhoyono telah berkomitmen memegang teguh hasil Kongres PD di Bandung 2010 lalu, yang menempatkannya sebagai Sekjen PD hingga 2015. “Bayangkan saja kalau Mas Ibas Sekjen, Ibu Ani atau SBY Ketum, apa kata dunia? Macam tak punya orang lain pula,” tegasnya. (gil/c10/agm/flo/fas/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/