30 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Mantan Anggota GAM Dicurigai Terlibat

Foto: Net Din Minimi (pegang senjata), mantan kombatan GAM buronan polisi.
Foto: Net
Din Minimi (pegang senjata), mantan kombatan GAM buronan polisi.

ACEH, SUMUTPOS.CO – Hingga kini identitas pelaku penembakan dua personel intel Kodim Aceh Utara, Sertu Indra dan Serda Hendri masih misterius. Meski begitu, kuat dugaan kasus ini melibatkan mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Nurdin Ismail alias Din Abu Minimi.

Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) Iskandar Muda, Letnan Kolonel (Letkol) Mahfud mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan siapa pembunuh Sertu Indra dan Serda Hendri. “Kita belum mengarah ke suatu kelompok tertentu. Karena kita masih melakukan investigasi,” kata Mahfud, Rabu (25/3).

Kendati demikian, dia tidak menampik polisi saat ini melakukan pengejaran terhadap Din Minimi. “Pengejaran dilakukan oleh Polda Aceh, kita sifatnya hanya mem-back up,” tukasnya. Pria berkulit putih ini, dilahirkan di Desa Keude Buloh, Kecamatan Julok, Aceh Timur, dari pasangan Ismail-Sapiah. Din Minimi merupakan mantan Kombatan GAM wilayah Peurlak, Aceh Timur.

Sebelumnya, dia bergabung dengan GAM sejak Tahun 1997 di bawah pimpinan almarhum Tgk Kaha. Din Minimi bahkan siap angkat senjata untuk kembali menuntut keadilan dari Pemerintah Provinsi Aceh. Saat konflik GAM dengan pemerintah, adiknya bernama Hamdani alias Sitong, tewas dalam pertempuran antara GAM dengan aparat tahun 2004. Adik ke tiganya, Mak Isa alias si Bukrak, hilang sejak konflik dan belum diketahui apakah hidup atau mati.

Dalam sebuah kesempatan, Din Minimi secara terang-terangan berpose dengan senjata AK-47 dan simbol GAM. Foto itu, disiarkan media-media lokal lengkap dengan pernyataan sikap mereka yang menuai kontroversial. Pemimpin kelompok sipil bersenjata tersebut kepada beberapa wartawan yang diundang khusus ke sebuah lokasi di pedalaman Aceh Timur menyatakan kekecewaan mereka terhadap Pemprov Aceh.

Mereka menganggap Gubernur Aceh Zaini dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir belum amanah serta tak menjalankan MoU Helsinki. Selain itu, pemerintah juga tak memperhatikan janda-janda, anak yatim korban konflik, serta mantan kombantan GAM. Mereka mengancam siap melawan dan menebar teror jika tuntutannya dibiarkan.

Sementara Komandan Resort Militer (Korem) 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Achmad Daniel Chardin menegaskan, pihaknya bersama kepolisian bekerjasama untuk mengungkap kasus ini. Tim gabungan ini terus menelusuri petunjuk-petunjuk yang ada.

Terkait dengan upaya pencarian ini, masyarakat pun diharapkan partisipasinya. Warga diimbau segera memberikan informasi jika mengetahui keberadaan pelaku, bukan justru membantu menyembunyikan. Jika masyarakat menyembunyikan pelaku, maka pelaku juga akan leluasa ke masyarakat,” kata Achmad.

Foto: Net Din Minimi (pegang senjata), mantan kombatan GAM buronan polisi.
Foto: Net
Din Minimi (pegang senjata), mantan kombatan GAM buronan polisi.

ACEH, SUMUTPOS.CO – Hingga kini identitas pelaku penembakan dua personel intel Kodim Aceh Utara, Sertu Indra dan Serda Hendri masih misterius. Meski begitu, kuat dugaan kasus ini melibatkan mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Nurdin Ismail alias Din Abu Minimi.

Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) Iskandar Muda, Letnan Kolonel (Letkol) Mahfud mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan siapa pembunuh Sertu Indra dan Serda Hendri. “Kita belum mengarah ke suatu kelompok tertentu. Karena kita masih melakukan investigasi,” kata Mahfud, Rabu (25/3).

Kendati demikian, dia tidak menampik polisi saat ini melakukan pengejaran terhadap Din Minimi. “Pengejaran dilakukan oleh Polda Aceh, kita sifatnya hanya mem-back up,” tukasnya. Pria berkulit putih ini, dilahirkan di Desa Keude Buloh, Kecamatan Julok, Aceh Timur, dari pasangan Ismail-Sapiah. Din Minimi merupakan mantan Kombatan GAM wilayah Peurlak, Aceh Timur.

Sebelumnya, dia bergabung dengan GAM sejak Tahun 1997 di bawah pimpinan almarhum Tgk Kaha. Din Minimi bahkan siap angkat senjata untuk kembali menuntut keadilan dari Pemerintah Provinsi Aceh. Saat konflik GAM dengan pemerintah, adiknya bernama Hamdani alias Sitong, tewas dalam pertempuran antara GAM dengan aparat tahun 2004. Adik ke tiganya, Mak Isa alias si Bukrak, hilang sejak konflik dan belum diketahui apakah hidup atau mati.

Dalam sebuah kesempatan, Din Minimi secara terang-terangan berpose dengan senjata AK-47 dan simbol GAM. Foto itu, disiarkan media-media lokal lengkap dengan pernyataan sikap mereka yang menuai kontroversial. Pemimpin kelompok sipil bersenjata tersebut kepada beberapa wartawan yang diundang khusus ke sebuah lokasi di pedalaman Aceh Timur menyatakan kekecewaan mereka terhadap Pemprov Aceh.

Mereka menganggap Gubernur Aceh Zaini dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir belum amanah serta tak menjalankan MoU Helsinki. Selain itu, pemerintah juga tak memperhatikan janda-janda, anak yatim korban konflik, serta mantan kombantan GAM. Mereka mengancam siap melawan dan menebar teror jika tuntutannya dibiarkan.

Sementara Komandan Resort Militer (Korem) 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Achmad Daniel Chardin menegaskan, pihaknya bersama kepolisian bekerjasama untuk mengungkap kasus ini. Tim gabungan ini terus menelusuri petunjuk-petunjuk yang ada.

Terkait dengan upaya pencarian ini, masyarakat pun diharapkan partisipasinya. Warga diimbau segera memberikan informasi jika mengetahui keberadaan pelaku, bukan justru membantu menyembunyikan. Jika masyarakat menyembunyikan pelaku, maka pelaku juga akan leluasa ke masyarakat,” kata Achmad.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/