26.7 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Kerja Keras Gaji Kecil Pemicu Polisi Bunuh Diri

JAKARTA-Kasus bunuh diri yang dilakukan anggota Polri menjadi sebuah peristiwa yang sangat memprihatinkan. Sebab dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan. Sepanjang tahun 2013 ini saja, yakni dalam 5 bulan terakhir, sudah ada tiga polisi yang tewas bunuh diri.

Semuanya polisi jajaran bawah. Kasus bunuh diri terakhir dilakukan Bripka Jeremmy Manurung (31) di rumahnya di Jakarta Timur pada 24 Mei 2013.
Sebelumnya, 23 Januari 2013 Briptu Andre Hutabarat, tewas gantung diri di rumah orangtuanya di Medan. Setelah itu 17 Januari 2013 Aiptu Joko Subandi (48) tewas setelah menembak kepalanya sendiri sebanyak dua kali di rumah istri mudanya di Magelang, Jateng.

“Indonesia Police Watch (IPW) menduga, sebagian besar kasus bunuh diri terjadi akibat persoalan rumah tangga. Dari kasus bunuh diri yang dilakukan anggota Polri ini terlihat betapa beratnya beban psikologis seorang polisi jajaran bawah. Tekanan tugas di lapangan cukup berat. Kadang harus 24 jam berada di lapangan,” ujar Ketua Presidium IPW, Neta S Pane dalam pesan elektroniknya,  Minggu (26/5).

Dalam kondisi tersebut menurut Neta, tak jarang mereka harus memenuhi ambisi atau obsesi atasan, dengan target-target yang cukup berat, yang jika tidak terpenuhi terkadang membuat mereka dikucilkan.

“Ironisnya meski sudah bekerja keras, tapi tetap sulit untuk bisa mengikuti pendidikan dalam rangka kenaikan pangkat. Di sisi lain gaji yang mereka terima sangat kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup. Sejumlah polisi sering kali mengeluhkan hal ini kepada IPW. Kerja keras yang tak kenal waktu dengan gaji yang kecil ini, menurut mereka kerap kali membuat konflik di rumah dengan sang istri,” ujarnya.
Kondisi inilah yang kerap membuat banyak polisi di jajaran bawah sering merasa frustrasi.

“Memang cukup banyak polisi yang berhasil menghadapi tekanan demi tekanan ini. Tapi ada juga yang tak mampu. Sehingga ada yang berkompensasi, misalnya melakukan disersi atau melakukan tindakan ekstrem, bunuh diri,” katanya.

Fenomena ini menurut Neta, seharusnya dicermati para polisi yang menjadi atasan langsung. (gir/jpnn)

JAKARTA-Kasus bunuh diri yang dilakukan anggota Polri menjadi sebuah peristiwa yang sangat memprihatinkan. Sebab dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan. Sepanjang tahun 2013 ini saja, yakni dalam 5 bulan terakhir, sudah ada tiga polisi yang tewas bunuh diri.

Semuanya polisi jajaran bawah. Kasus bunuh diri terakhir dilakukan Bripka Jeremmy Manurung (31) di rumahnya di Jakarta Timur pada 24 Mei 2013.
Sebelumnya, 23 Januari 2013 Briptu Andre Hutabarat, tewas gantung diri di rumah orangtuanya di Medan. Setelah itu 17 Januari 2013 Aiptu Joko Subandi (48) tewas setelah menembak kepalanya sendiri sebanyak dua kali di rumah istri mudanya di Magelang, Jateng.

“Indonesia Police Watch (IPW) menduga, sebagian besar kasus bunuh diri terjadi akibat persoalan rumah tangga. Dari kasus bunuh diri yang dilakukan anggota Polri ini terlihat betapa beratnya beban psikologis seorang polisi jajaran bawah. Tekanan tugas di lapangan cukup berat. Kadang harus 24 jam berada di lapangan,” ujar Ketua Presidium IPW, Neta S Pane dalam pesan elektroniknya,  Minggu (26/5).

Dalam kondisi tersebut menurut Neta, tak jarang mereka harus memenuhi ambisi atau obsesi atasan, dengan target-target yang cukup berat, yang jika tidak terpenuhi terkadang membuat mereka dikucilkan.

“Ironisnya meski sudah bekerja keras, tapi tetap sulit untuk bisa mengikuti pendidikan dalam rangka kenaikan pangkat. Di sisi lain gaji yang mereka terima sangat kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup. Sejumlah polisi sering kali mengeluhkan hal ini kepada IPW. Kerja keras yang tak kenal waktu dengan gaji yang kecil ini, menurut mereka kerap kali membuat konflik di rumah dengan sang istri,” ujarnya.
Kondisi inilah yang kerap membuat banyak polisi di jajaran bawah sering merasa frustrasi.

“Memang cukup banyak polisi yang berhasil menghadapi tekanan demi tekanan ini. Tapi ada juga yang tak mampu. Sehingga ada yang berkompensasi, misalnya melakukan disersi atau melakukan tindakan ekstrem, bunuh diri,” katanya.

Fenomena ini menurut Neta, seharusnya dicermati para polisi yang menjadi atasan langsung. (gir/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/