32 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Peringati Tsunami, Warga Aceh Larut dalam Doa

MENGENANG TSUNAMI: Pengunjung melihat nama-nama korban tsunami yang meninggal saat gempa dan tsunami melanda Aceh 2004 silam, Senin (25/12).

BANDA ACEH, SUMUTPOS.CO – Memperingati 13 tahun bencana gempa dan tsunami Aceh, ratusan masyarakat Aceh memadati sejumlah kuburan massal korban tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar. Suasana haru menyelimuti keluarga korban yang datang untuk berdoa.

Di kuburan massal Ule Lheu, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh tempat bersemayamnya 14.264 jiwa korban, warga mulai berdatangan sejak pagi. Walau bencana telah berlalu 13 tahun, duka kehilangan anggota keluarga serta sanak saudara masih tersisa.

Warga memilih kuburan massal untuk berdoa, berdasarkan keyakinan masing-masing. “Pada momen seperti ini, teringat terus sama orang tua, sewaktu itu (saat peristiwa tsunami) lagi sama suami di asrama PHB. Orang tua di sini, Blang Oi, di rumah,” ungkap Rohani, warga Banda Aceh.

Setiap peringatan tsunami, ia selalu terasa terus dengan kedua orang tuanya. “Di sini saya yakin mereka karena kontak batin, ada juga pergi ke kuburan lain. Di sini rutin pergi, orang bilang di sini, ya kita ke sini. Kontak batin,” ungkapnya lagi.

Hal serupa juga dikatakan Nasyidah, warga Gampong Blang Oi. Pada saat bencana tsunami ia kehilangan satu keluarga dari abangnya. “Walaupun jasad sang abang hingga sampai saat ini tidak diketahui dimana dimakamkan. Namun berdasarkan cerita dan mimpi yang ketemu abang ipar di belakang sini. Makanya saya kemari,” katanya.

Sementara di Aceh Besar, ratusan orang memadati halaman Masjid Al Ikhlas Gampong Meunasah Masjid, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Selasa (26/12). Kegiatan tersebut juga dihadiri tamu dari Korea, Jepang, Malaysia, Thailand, Yaman dan Myanmar.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, melalui peringatan ini, diharapkan jadi momentum untuk Aceh bangkit kembali pasca gempa dan tsunami 13 tahun lalu yang memporak-porandakan Aceh. “Ini momentum bagi masyarakat Aceh umumnya untuk membangun budaya siaga bencana di masa akan datang. Mari kita memperkuat kewaspadaan,” kata Irwandi.

Semangat pembangunan yang pesat setelah tsunami, kata Irwandi, harus dijadikan semangat untuk membangun Aceh lebih baik lagi. “Tapi dukungan dari masyarakat dunia kepada Aceh cukup luar biasa, ini yang membuat Aceh kembali bangkit secara perlahan-lahan hingga hari ini, ” katanya.

Ia juga mengapresiasi semua pihak dalam mensukseskan kegiatan tersebut. Apalagi, masyarakat sangat antusias mengikuti kegiatan itu. Bagi masyarakat, lanjut Irwandi, harus memiliki sikap kewaspadaan sejak dini. Tanpa itu, bencana yang tiba akan memakan korban bisa lebih banyak lagi karena tanpa ada kesadaran untuk mengantisipasi bencana.

“Orang takkan punya kapasitas untuk memprediksi kapan bencana itu datang, tapi sikap was-was yang dimiliki harus selalu siaga. Jangan pernah berhenti berjuang. Inilah semangat yang bisa kita petik dari bencana yang pernah melanda kita,”ujarnya.

MENGENANG TSUNAMI: Pengunjung melihat nama-nama korban tsunami yang meninggal saat gempa dan tsunami melanda Aceh 2004 silam, Senin (25/12).

BANDA ACEH, SUMUTPOS.CO – Memperingati 13 tahun bencana gempa dan tsunami Aceh, ratusan masyarakat Aceh memadati sejumlah kuburan massal korban tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar. Suasana haru menyelimuti keluarga korban yang datang untuk berdoa.

Di kuburan massal Ule Lheu, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh tempat bersemayamnya 14.264 jiwa korban, warga mulai berdatangan sejak pagi. Walau bencana telah berlalu 13 tahun, duka kehilangan anggota keluarga serta sanak saudara masih tersisa.

Warga memilih kuburan massal untuk berdoa, berdasarkan keyakinan masing-masing. “Pada momen seperti ini, teringat terus sama orang tua, sewaktu itu (saat peristiwa tsunami) lagi sama suami di asrama PHB. Orang tua di sini, Blang Oi, di rumah,” ungkap Rohani, warga Banda Aceh.

Setiap peringatan tsunami, ia selalu terasa terus dengan kedua orang tuanya. “Di sini saya yakin mereka karena kontak batin, ada juga pergi ke kuburan lain. Di sini rutin pergi, orang bilang di sini, ya kita ke sini. Kontak batin,” ungkapnya lagi.

Hal serupa juga dikatakan Nasyidah, warga Gampong Blang Oi. Pada saat bencana tsunami ia kehilangan satu keluarga dari abangnya. “Walaupun jasad sang abang hingga sampai saat ini tidak diketahui dimana dimakamkan. Namun berdasarkan cerita dan mimpi yang ketemu abang ipar di belakang sini. Makanya saya kemari,” katanya.

Sementara di Aceh Besar, ratusan orang memadati halaman Masjid Al Ikhlas Gampong Meunasah Masjid, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Selasa (26/12). Kegiatan tersebut juga dihadiri tamu dari Korea, Jepang, Malaysia, Thailand, Yaman dan Myanmar.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, melalui peringatan ini, diharapkan jadi momentum untuk Aceh bangkit kembali pasca gempa dan tsunami 13 tahun lalu yang memporak-porandakan Aceh. “Ini momentum bagi masyarakat Aceh umumnya untuk membangun budaya siaga bencana di masa akan datang. Mari kita memperkuat kewaspadaan,” kata Irwandi.

Semangat pembangunan yang pesat setelah tsunami, kata Irwandi, harus dijadikan semangat untuk membangun Aceh lebih baik lagi. “Tapi dukungan dari masyarakat dunia kepada Aceh cukup luar biasa, ini yang membuat Aceh kembali bangkit secara perlahan-lahan hingga hari ini, ” katanya.

Ia juga mengapresiasi semua pihak dalam mensukseskan kegiatan tersebut. Apalagi, masyarakat sangat antusias mengikuti kegiatan itu. Bagi masyarakat, lanjut Irwandi, harus memiliki sikap kewaspadaan sejak dini. Tanpa itu, bencana yang tiba akan memakan korban bisa lebih banyak lagi karena tanpa ada kesadaran untuk mengantisipasi bencana.

“Orang takkan punya kapasitas untuk memprediksi kapan bencana itu datang, tapi sikap was-was yang dimiliki harus selalu siaga. Jangan pernah berhenti berjuang. Inilah semangat yang bisa kita petik dari bencana yang pernah melanda kita,”ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/