LEBIH BANYAK GADUH
Direktur Eksekutif Center Budget Analysis Uchok Sky Khadafi menilai, jika Setnov diangkat sebagai ketua DPR, bisa jadi lebih banyak kegaduhan yang muncul jika dibandingkan dengan sisi positifnya. Menurut dia, apa yang terjadi saat ini hanyalah contoh buruk perebutan kekuasaan antarelite Partai Golkar.
”Justru Golkar akan jelek di mata masyarakat karena terlalu bernafsu pada kekuasaan,” ujar Uchok.
Menurut Uchok, terlepas dari kinerja, DPR saat ini mulai menata diri. Jika nanti terjadi pergantian kekuasaan, akan terjadi penataan ulang di bawah komando pimpinan DPR itu. Situasi tersebut justru membuat DPR tidak kunjung berkonsentrasi untuk bekerja demi kepentingan rakyat. ”Sekarang apa capaian Setnov, justru tidak ada capaian di masa kepemimpinannya,” ujarnya.
Mantan juru bicara KH Abdurrahman Wahid semasa presiden, Adhie Massardi juga menilai ada kontradiksi antara pandangan Presiden Jokowi sebelum dan saat Setnov berstatus ketua umum Partai Golkar. Menurut Adhie, lengsernya Setnov dari posisi ketua DPR tidak lepas dari campur tangan istana. Pada saat kasus ”Papa Minta Saham” mencuat, Presiden Jokowi menyampaikan pernyataan keras terkait penyebutan namanya dalam rekaman soal PT Freeport Indonesia.
”Yang ngirim (rekaman) kan menteri ESDM, bagian dari istana. Setelah Setya Novanto terdongkel dari kekuasaan di DPR, dia mantu. Pejabat tinggi hampir tidak ada yang datang. Mungkin kirim bunga aja tidak karena takut jadi aib,” ujar Adhie.
Saat ini, hal yang berbeda 180 derajat terjadi. Adhie heran saat ini presiden malah bermesra-mesraan dengan Setya Novanto. Seolah-olah presiden mendorong Setnov agar kembali menduduki kursi ketua DPR. ”Apa standar moral penguasa ini,” katanya. (bay/c6/fat/jpg)