31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Nah… Buwas Rencana Sidak Lapas Tiap Bulan

Foto: Ricardo/JPNN Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso saat menggelar konferensi pers terkait penangkapan Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Noviadi di Sumatera Selatan, Jakarta, Senin (14/3). Ahmad tertangkap menggunakan narkoba.
Foto: Ricardo/JPNN
Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso saat menggelar konferensi pers terkait penangkapan Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Noviadi di Sumatera Selatan, Jakarta, Senin (14/3). Ahmad tertangkap menggunakan narkoba.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) mengakui di lembaga pemasyarakatan banyak ditemukan korek api dan alat pengisap sabu (bong) di ruang tahanan.

“Ada narkoba di dalam lapas dan korek (api) beredar di dalamnya. Karena apa? Itu digunakan untuk mengisap sabu atau membakar bong dengan leluasa mereka menggunakan,” kata Buwas dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (28/3).

Begitu leluasanya peredaran narkotika di dalam Lapas, membuat Buwas tak ingin kecolongan lagi. Ia berencana akan mengadakan sidak setiap bulan.

“Jadi di kala jaringan di lapas tidak kita tangani secara serius, mereka leluasa. Nantinya, dua kali dalam sebulan lapas harus disidak bersama Polri, Menkumham, TNI, dan BNN sehingga bisa diatasi,” tambahnya.

Ia mengungkapkan, jaringan yang disebar narapidana terbilang kuat. Bahkan saat petugas berupaya melakukan penangkapan, mereka selalu melakukan perlawanan.

“Kami akan menggunakan senjata api bila ini dihadapkan dengan kejadian yang lebih besar. Dan ini harus kami tindaklanjuti supaya tidak menjadi contoh bagi lainnya,” kata Budi Waseso.

Hal ini, kata dia, sebagai tindakan tegas kepada mereka yang melawan petugas BNN yang melaksanakan tugas, dan petugas BNN akan menggunakan senjata api untuk menanggulangi perlawanan itu.

Dia mengeluarkan sinyalemen bahwa pembakaran dan kerusuhan yang terjadi di Rumah Tahanan Negara Melabero Kota Bengkulu, Jumat malam (25/3), itu bagian dari publikasi perlawanan narapidana.

“Perlawanan para napi ini merupakan provokasi mereka terhadap jaringan di lembaga pemasyarakatan untuk dicontoh napi-napi di LP lain. Ini publikasi mereka melakukan perlawanan karena mereka terancam,” ucap Waseso.

Peristiwa kerusuhan di LP Bengkulu itu bukan hal yang spontan tapi telah direncanakan mereka.

“Modus transaksi di dalam lembaga pemasyarakatan sudah banyak, di antaranya menggunakan telepon, transaksi lewat internet banking dengan hasil barang bukti banyak, bahkan sudah ada sipir yang diperintah narapidana,” tuturnya.

Dia katakan, di luar LP saja sipir penjara bisa diperintah, apalagi di dalam lembaga pemasyarakatan, dengan alasan selalu seputar penghasilan mereka. “Itu semua harus ditindak tegas bukan hanya sipir, tapi semua yang melakukan kolaborasi dalam peredaran penyalahgunaan narkoba,” imbuhnya.

Kebakaran di Rutan Malabero memakan korban lima penghuninya tewas, yang dibawa ke RS Bhayangkara Kota Bengkulu untuk identifikasi postmortem dan antemortem. Semua korban adalah narapidana kasus narkoba.

Mereka adalah Agung Nugraha, Heru Biliantoro, Agus Purwanto, Hendra Nopiandi, dan Medi Satria, yang semuanya ditempatkan di sel nomor tujuh rumah tahanan itu.(sam/gus/adz)

Foto: Ricardo/JPNN Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso saat menggelar konferensi pers terkait penangkapan Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Noviadi di Sumatera Selatan, Jakarta, Senin (14/3). Ahmad tertangkap menggunakan narkoba.
Foto: Ricardo/JPNN
Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso saat menggelar konferensi pers terkait penangkapan Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Noviadi di Sumatera Selatan, Jakarta, Senin (14/3). Ahmad tertangkap menggunakan narkoba.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) mengakui di lembaga pemasyarakatan banyak ditemukan korek api dan alat pengisap sabu (bong) di ruang tahanan.

“Ada narkoba di dalam lapas dan korek (api) beredar di dalamnya. Karena apa? Itu digunakan untuk mengisap sabu atau membakar bong dengan leluasa mereka menggunakan,” kata Buwas dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (28/3).

Begitu leluasanya peredaran narkotika di dalam Lapas, membuat Buwas tak ingin kecolongan lagi. Ia berencana akan mengadakan sidak setiap bulan.

“Jadi di kala jaringan di lapas tidak kita tangani secara serius, mereka leluasa. Nantinya, dua kali dalam sebulan lapas harus disidak bersama Polri, Menkumham, TNI, dan BNN sehingga bisa diatasi,” tambahnya.

Ia mengungkapkan, jaringan yang disebar narapidana terbilang kuat. Bahkan saat petugas berupaya melakukan penangkapan, mereka selalu melakukan perlawanan.

“Kami akan menggunakan senjata api bila ini dihadapkan dengan kejadian yang lebih besar. Dan ini harus kami tindaklanjuti supaya tidak menjadi contoh bagi lainnya,” kata Budi Waseso.

Hal ini, kata dia, sebagai tindakan tegas kepada mereka yang melawan petugas BNN yang melaksanakan tugas, dan petugas BNN akan menggunakan senjata api untuk menanggulangi perlawanan itu.

Dia mengeluarkan sinyalemen bahwa pembakaran dan kerusuhan yang terjadi di Rumah Tahanan Negara Melabero Kota Bengkulu, Jumat malam (25/3), itu bagian dari publikasi perlawanan narapidana.

“Perlawanan para napi ini merupakan provokasi mereka terhadap jaringan di lembaga pemasyarakatan untuk dicontoh napi-napi di LP lain. Ini publikasi mereka melakukan perlawanan karena mereka terancam,” ucap Waseso.

Peristiwa kerusuhan di LP Bengkulu itu bukan hal yang spontan tapi telah direncanakan mereka.

“Modus transaksi di dalam lembaga pemasyarakatan sudah banyak, di antaranya menggunakan telepon, transaksi lewat internet banking dengan hasil barang bukti banyak, bahkan sudah ada sipir yang diperintah narapidana,” tuturnya.

Dia katakan, di luar LP saja sipir penjara bisa diperintah, apalagi di dalam lembaga pemasyarakatan, dengan alasan selalu seputar penghasilan mereka. “Itu semua harus ditindak tegas bukan hanya sipir, tapi semua yang melakukan kolaborasi dalam peredaran penyalahgunaan narkoba,” imbuhnya.

Kebakaran di Rutan Malabero memakan korban lima penghuninya tewas, yang dibawa ke RS Bhayangkara Kota Bengkulu untuk identifikasi postmortem dan antemortem. Semua korban adalah narapidana kasus narkoba.

Mereka adalah Agung Nugraha, Heru Biliantoro, Agus Purwanto, Hendra Nopiandi, dan Medi Satria, yang semuanya ditempatkan di sel nomor tujuh rumah tahanan itu.(sam/gus/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/