28.9 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Pengentasan Kemiskinan Kini tak Hanya Bergantung pada Bansos

Keluarga Miskin Bakal Diberi Modal Usaha Rp6 Juta

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mendobrak cara konservatif dalam pengentasan kemiskinan. Tak ingin bergantung pada bantuan sosial (bansos) saja, ia mendorong adanya kemandirian ekonomi bagi keluarga penerima manfaat (KPM) lewat PENA.

PENA atau Pahlawan Ekonomi Nusantara merupakan bantuan modal usaha bagi KPM dengan kategori kemiskinan ekstrem. Mereka nantinya diberikan modal usaha minimal Rp6 juta per KPMn

Ada lima klaster usaha yang dapat dipilih, yaitu makanan, kerajinan, jasa, pertanian, dan peternakan. Dengan adanya pemasukan tambahan dari hasil usaha ini diharapkan KPM tidak terus bergantung pada bansos rutin.

Diakui Risma, saat ini, ada dua pendekatan untuk mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan ekstrem. Pertama, memfasilitasi agar KPM punya pendapatan di luar bansos melalui PENA. Kedua, memperbaiki rumah tidak layak huni dengan program Rumah Sejahtera Terpadu (RST). “Memang (kemiskinan, red) ekstrem itu kita lihat dari sisi ekonomi, kondisi fisik rumah, yang memang kondisinya memprihatinkan,” ujarnya.

Untuk program PENA, kata dia, akan fokus terlebih dahulu pada KPM usia muda di bawah 40 tahun. Ditargetkan, sebanyak 8.500 KPM bakal menerima program hasil kerja sama Kementerian Sosial (Kemensos) dan Bank Indonesia (BI) ini. “Mereka yang kita upayakan untuk dikeluarkan (dari kemiskinan ekstrem, red) dulu,” ungkapnya.

Menurut Risma, program PENA ini pernah dijalankannya sewaktu menjabat Wali Kota Surabaya pada tahun 2010 hingga 2020. Program tersebut berhasil memberdayakan para ibu rumah tangga melalui program pelatihan pendampingan, hingga pemasaran produk UMKM. Terbukti dari program PENA, para ibu menjadi mandiri dan keluar dari kemiskinan. Mereka pun bisa berdaya dan percaya diri dengan usaha yang dimilikinya.

PENA sendiri telah dilaunching pada akhir pekan lalu. Malang dipilih jadi pilot project program ini. Khusus di Malang Raya, terdapat 443 KPM. Di mana, 21 orang KPM kategori kemiskinan ekstrem telah mendapat bantuan PENA dan RST, lengkap dengan perabotan rumah. Sementara sisanya, 422 KPM menerima program PENA saja. Dalam pendanaan PENA di Malang Raya, indeks bantuan yang diberikan sebesar Rp10 juta per KPM.

Salah satu KPM penerima RST dan PENA adalah Rohimah. Warga asal Kp Pejomakmur, Desa Pandansari, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu mengaku bersyukur atas bantuan yang diterimanya. Dia tidak menyangka mendapat bantuan berlipat ganda.

Kini, rumah dari anyaman bambu yang ia tempati bersama suami dan kedua anaknya sudah disulap jadi rumah permanen. Tak ada lagi alas tanah dan dinding dari anyaman bambu. “Alhamdulillah bersyukur sekali,” ujarnya.

Tak hanya itu, sang suami Muhammad Samsul, 32, juga memperoleh modal dari program PENA untuk usaha ciloknya. Niatnya mengembangkan usaha ciloknya menjadi makanan beku akhirnya terlaksana. “Sebelumnya terkendala ndak ada kulkasnya. Tapi Alhamdulillah udah dikasih kulkas, kompor, sama bahan-bahan buat cilok lainnya,” ungkap Samsul.

Dengan bantuan yang diterima, kini keduanya percaya diri untuk graduasi dari program bansos Kemensos.

Program PENA ini juga mendapat dukungan dari anggota komisi VIII DPR RI John Kenedy Aziz. Menurut John, Program PENA adalah program alternatif pengganti Program Keluarga Harapan (PKH). John optimis program ini akan diterima oleh masyarakat. Namun, John mengingatkan kepada pemerintah daerah agar memperbarui Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DKTS) agar penerima program Pahlawan Ekonomi Nusantara tepat sasaran. (jpc/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mendobrak cara konservatif dalam pengentasan kemiskinan. Tak ingin bergantung pada bantuan sosial (bansos) saja, ia mendorong adanya kemandirian ekonomi bagi keluarga penerima manfaat (KPM) lewat PENA.

PENA atau Pahlawan Ekonomi Nusantara merupakan bantuan modal usaha bagi KPM dengan kategori kemiskinan ekstrem. Mereka nantinya diberikan modal usaha minimal Rp6 juta per KPMn

Ada lima klaster usaha yang dapat dipilih, yaitu makanan, kerajinan, jasa, pertanian, dan peternakan. Dengan adanya pemasukan tambahan dari hasil usaha ini diharapkan KPM tidak terus bergantung pada bansos rutin.

Diakui Risma, saat ini, ada dua pendekatan untuk mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan ekstrem. Pertama, memfasilitasi agar KPM punya pendapatan di luar bansos melalui PENA. Kedua, memperbaiki rumah tidak layak huni dengan program Rumah Sejahtera Terpadu (RST). “Memang (kemiskinan, red) ekstrem itu kita lihat dari sisi ekonomi, kondisi fisik rumah, yang memang kondisinya memprihatinkan,” ujarnya.

Untuk program PENA, kata dia, akan fokus terlebih dahulu pada KPM usia muda di bawah 40 tahun. Ditargetkan, sebanyak 8.500 KPM bakal menerima program hasil kerja sama Kementerian Sosial (Kemensos) dan Bank Indonesia (BI) ini. “Mereka yang kita upayakan untuk dikeluarkan (dari kemiskinan ekstrem, red) dulu,” ungkapnya.

Menurut Risma, program PENA ini pernah dijalankannya sewaktu menjabat Wali Kota Surabaya pada tahun 2010 hingga 2020. Program tersebut berhasil memberdayakan para ibu rumah tangga melalui program pelatihan pendampingan, hingga pemasaran produk UMKM. Terbukti dari program PENA, para ibu menjadi mandiri dan keluar dari kemiskinan. Mereka pun bisa berdaya dan percaya diri dengan usaha yang dimilikinya.

PENA sendiri telah dilaunching pada akhir pekan lalu. Malang dipilih jadi pilot project program ini. Khusus di Malang Raya, terdapat 443 KPM. Di mana, 21 orang KPM kategori kemiskinan ekstrem telah mendapat bantuan PENA dan RST, lengkap dengan perabotan rumah. Sementara sisanya, 422 KPM menerima program PENA saja. Dalam pendanaan PENA di Malang Raya, indeks bantuan yang diberikan sebesar Rp10 juta per KPM.

Salah satu KPM penerima RST dan PENA adalah Rohimah. Warga asal Kp Pejomakmur, Desa Pandansari, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu mengaku bersyukur atas bantuan yang diterimanya. Dia tidak menyangka mendapat bantuan berlipat ganda.

Kini, rumah dari anyaman bambu yang ia tempati bersama suami dan kedua anaknya sudah disulap jadi rumah permanen. Tak ada lagi alas tanah dan dinding dari anyaman bambu. “Alhamdulillah bersyukur sekali,” ujarnya.

Tak hanya itu, sang suami Muhammad Samsul, 32, juga memperoleh modal dari program PENA untuk usaha ciloknya. Niatnya mengembangkan usaha ciloknya menjadi makanan beku akhirnya terlaksana. “Sebelumnya terkendala ndak ada kulkasnya. Tapi Alhamdulillah udah dikasih kulkas, kompor, sama bahan-bahan buat cilok lainnya,” ungkap Samsul.

Dengan bantuan yang diterima, kini keduanya percaya diri untuk graduasi dari program bansos Kemensos.

Program PENA ini juga mendapat dukungan dari anggota komisi VIII DPR RI John Kenedy Aziz. Menurut John, Program PENA adalah program alternatif pengganti Program Keluarga Harapan (PKH). John optimis program ini akan diterima oleh masyarakat. Namun, John mengingatkan kepada pemerintah daerah agar memperbarui Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DKTS) agar penerima program Pahlawan Ekonomi Nusantara tepat sasaran. (jpc/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/