JAKARTA-Indonesia untuk sementara bisa terhindar dari ancaman sanksi FIFA. Ini setelah dalam pertemuan antara Ketua Komite Normalisasi (KN), Agum Gumelar dengan Direktur Pengembangan dan Keanggotaan, Thierry Regenass dan Frank van Hatum ( anggota komite asosiasi FIFA) kemarin di Zurich membuahkan rekomendasi berupa kesempatan sekali lagi kepada Indonesia untuk menggelar Kongres PSSI. Kongres itu sendiri dijadwalkan pada 30 Juni 2011.
Tapi kepastiannya masih dibahas dalam sidang Exco FIFA yang digelar tadi malam waktu Indonesia. Hingga berita ini diturunkan belum ada rilis resmi dari FIFA menganai hasil sidang Exco tersebut.
“Saya diterima mereka mulai pukul 10.00 hingga 11.00 waktu setempat Saya sangat bersyukur karena FIFA memberikan satu kali lagi kesempatan bagi Indonesia untuk menggelar Kongres PSSI melalui KN,” kata Agum Gumelar seperti dituturkan kepada bagian Humas PSSI tadi malam.
Untuk menggelar Kongres PSSI, lanjut Agum, Regenass dan van Hatum menegaskan agar pelaksanaan Kongres PSSI harus sesuai dengan aturan yang ditetapkan FIFA. “Tidak ada perubahan dalam pelaksanaan Kongres PSSI. Semua harus sesuai dengan aturan yang ditetapkan pada Kongres PSSI 20 Mei yang gagal,” sambungnya.
Selain memberikan satu kali kesempatan untuk menggelar Kongres PSSI, FIFA juga mengingatkan akan ada sanksi kepada Indonesia jika pelaksanaan Kongres PSSI 30 Juni 2011 itu kembali mengalami kegagalan. Sanksi itu akan dikeluarkan FIFA tertanggal 1 Juli 2011.
“Saya sangat berharap jangan lah kesempatan yang diberikan FIFA ini sampai diabaikan lagi. Dukungan semua pihak terkait sangat dibutuhkan dalam upaya menyelamatkan Indonesia dari sanksi,” tegas Agum Gumelar.
Mantan Danjen Kopassus ini mengungkapkan jika dalam pertemuan itu ada persoalan lain yang dibicarakan. Yaitu FIFA meminta kepastian pelaksanaan Liga Premir Indonesia (LPI) langsung dibawah kendali PSSI. “Permintaan ini akan langsung saya bicarakan dengan pengelola LPI setibanya di Indonesia,” ungkap Agum. – Lebih jauh Agum menjelaskan, langkah mulus perjuangan KN dalam melepaskan Indonesia dari sanksi, tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak di tanaha air. Dari angora dewan hingga kelompok suporter.
Tapi jika benar FIFA mensyaratkan kongres digelar dengan persyaratan sesuai dengan aturan yang ditetapkan pada Kongres PSSI 20 Mei lalu, maka potensi kongres kembali kisruh masih mungkin terjadi. Seperti kita ketahui, dalam kongres 20 Mei FIFA dengan tegas melarang George Toisutta dan Arifin Panigoro untuk dicalonkan. Sedangkan sampai detik ini pendukung dari dua nama tersebut masih sangat ngotot mengusung keduanya untuk menjadi Ketum dan Waketum PSSI periode 2011-2015.
Dari kubu pendukung George-Arifin diperoleh kabar jika tadi malam, dua utusan dari pemilik suara yaitu Farid Rahman ( calon anggota Exco PSSI ) dan Hadi Basalamah ( CEO Jakarta FC) bertemu dengan asisten Sepp Blatter, Guy Philippe. Philippe inilah yang sehari sebelumnya berjasa mempertemukan Farid dan Hadi dengan Sekjen FIFA Jerome Valcke.
Ketua bidang Humas pasangan George Toisutta-Arifin Panigoro, Halim Mahfudz, kepada Koran ini mengungkapkan, untuk mencari solusi dari persoalan yang saat ini terjadi di perspekbolaan Indonesia dan menghindari potensi diskusi berbelit di kongres FIFA, saat bertemu Jerome Vacke ada empat hal yang disampaikan Farid Rahman dan Hadi Basalamah. Pertama, meminta tidak ada sanksi untuk PSSI dalam sidang Exco FIFA. Kedua meminta kongres pemilihan PSSI digelar sebelum 30 Juni. Ketiga mencabut pelarangan terhadap George Tosiutta dan Arifin Panigoro untuk dicalonkan sebagai Ketuam, Waketum, dan anggota Exco PSSI. Dan keempat adalah meminta pergantian Agum Gumelar sebagai ketua Komite Normalisasi (KN) dan digantikan Timbul Thomas Lubis, Sekjen KOI (Komite Olimpiade Indonesia). (ali/jpnn)