30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Ambisi Kelima di Rusia

Tim Jerman juara Piala Dunia 2014. Mereka berambisi juara juga di Rusia 2018.
Tim Jerman juara Piala Dunia 2014. Mereka berambisi juara juga di Rusia 2018.

BERLIN, SUMUTPOS.CO – Weltmeister. Begitulah judul yang terpampang di cover salah satu media massa terkenal Jerman, Bild, setelah Jerman memastikan gelar juara Piala Dunia keempatnya di Estadio Jornalista Mario Filho, Maracana, Rio de Janeiro, Senin dini hari lalu (14/7).

Kata yang berarti juara dunia itu sudah cukup memacu penggawa Jerman di Piala Dunia 2014 ini. Setidaknya untuk membuat Bild kembali menampilkan judul yang sama empat tahun ke depan. Bukan untuk trofi yang keempat lagi, melainkan sudah mampu meraih trofi kelimanya di Piala Dunia 2018, Rusia.

Meraih trofi Piala Dunia secara back to back memang masih belum pernah terjadi dalam sejarah. Lihat saja bagaimana kebanyakan juara Piala Dunia langsung flop di edisi setelah juara. Mulai dari Italia yang juara di edisi 2006 dan jeblok di 2010, lalu Spanyol yang juara di Afsel 2010 menelan malu di Brasil tahun ini.

Hanya, dengan melihat potensi yang dimiliki skuad asuhan Joachim Loew tahun ini, tidak ada salahnya utnuk kembali menjagokan Die Mannschaft empat tahun lagi. Terutama dari sisi kedalaman skuad. Beberapa bursa taruhan pun sudah mulai mengunggulkan Jerman sebagai kandidat kuat juara.

Bahkan, Jogi ” sapaan akrab Joachim Loew ” pun sudah memprediksikannya sebelum pertandingan dramatis di Maracana berlangsung. Dikutip dari The Guardian, Jogi berani menyebut anak asuhnya bisa kembali bersaing merebut juara empat tahun lagi. “Tim ini punya masa depan bagus. Saya percaya, kami mampu bisa bermain di top level beberapa tahun ke depan,” ujarnya.

Prestasi yang didapatkan Der Panzer tahun ini memang tidak bisa dilepaskan dari proses peremajaan satu dekade terakhir. Hanya, Jogi tidak mau menganggap pencapaian di Brasil ini sebagai puncak dari penampilan Philipp Lahm dkk yang sudah bersama-sama sejak Piala Dunia 2006.

Sebaliknya, trofi kempat ini hanyalah lembaran pertama dari mimpi Jerman untuk merajai persepakbolaan dunia setelah bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur pada 24 tahun silam. Kekuatan yang sekarang sudah terbangun ini bakal lebih ditingkatkan lagi. “Kami harus punya pemain dengan skill lebih bagus lagi,” cetusnya.

Beberapa fakta ikut mendukung optimisme Jogi. Dari segi usia, golden age yang tahun ini menjadi bekal Jerman belum akan tergerus. Dari 23 pemain tahun ini, hanya empat pemain yang berusia di atas 32 tahun. Misalnya, Lahm yang berusia 34 tahun, lalu trio 33 tahun seperti Bastian Schweinsteiger, Lukas Podolski, dan Per Mertesacker.

Selain itu, potensi peningkatan prestasi klub-klub Bundesliga setelah All Germany Final di pentas Liga Champions Eropa dua tahun lalu masih bisa kembali dikejar. Dilihat dari 30 pemain yang terdaftar dalam skuad Jerman sejak babak kualifikasi hingga tampil di Piala Dunia, hanya tujuh yang bermain di luar Bundesliga.

Jogi tidak mempersoalkan klub dimana si pemain itu berlaga. Menurutnya, pelatih-pelatih yang menangani pemainnya, seperti Carlo Ancelotti (Real Madrid), Juergen Klopp (Borussia Dortmund), Jupp Heynckes (eks Bayern Muenchen), Josep “Pep” Guardiola (Bayern Muenchen) ikut membentuk karakter pemainnya.

Dia pun mengucapkan terima kasih kepada pelatih-pelatih tersebut. Karena, tidak mungkin dirinya bisa menekankan karakter bermain kepada ke-23 pemainnya tanpa ada bantuan dari pelatih lainnya. “Setidaknya mereka sudah membantu kami untuk lebih konfiden dengan apa yang kami dapatkan sekarang,” sebutnya.

Namun, tidak 100 persen gaya bermain dari klub-klub itu dia adaptasikan ke dalam gaya permainan tiki taka Jerman tahun ini. “Kami tidak bisa mengadaptasikan permainan kami dari filosofi yang dipunyai klub. Beberapa tahun terakhir ini, kami sudah mengembangkan gaya bermain kami sendiri,” ungkapnya.

Beberapa nama pemain muda sudah bersiap untuk menjadi suksesor the wining team Jerman tahun ini. Sebut saja Marco Reus yang tahun ini tidak bisa bergabung bersama skuad Jerman lantaran cedera. Lalu, masih ada Julian Draxler, Emre Can, Ilkay Guendogan, Kevin Volland, dan Anre Hahn.

Banyaknya potensi pemain muda itulah yang diyakini menjadi amunisi utama Jerman merangkai mimpi trofi kelimanya di Rusia. Schweinsteiger cukup optimis dengan apa yang dimiliki Jerman tersebut. “Tahun ini saja, sudah ada sekitar 10 pemain potensial, merekalah pondasi tim ini,” klaimnya kepada The Telegraph.

Hanya, Schweini, sapaan akrabnya, menganggap tugas Jogi belum selesai untuk dapat membangun kekuatan Panser Baru Jerman di Rusia nanti. Perbaikan dan pengembangan masih harus dilakukan. “Karena, potensi tahun ini memang menunjukkan peluang besar di tahun depan, tapi ingat, itu hanya peluang, bukan sebuah garansi,” tegasnya. (ren)

Tim Jerman juara Piala Dunia 2014. Mereka berambisi juara juga di Rusia 2018.
Tim Jerman juara Piala Dunia 2014. Mereka berambisi juara juga di Rusia 2018.

BERLIN, SUMUTPOS.CO – Weltmeister. Begitulah judul yang terpampang di cover salah satu media massa terkenal Jerman, Bild, setelah Jerman memastikan gelar juara Piala Dunia keempatnya di Estadio Jornalista Mario Filho, Maracana, Rio de Janeiro, Senin dini hari lalu (14/7).

Kata yang berarti juara dunia itu sudah cukup memacu penggawa Jerman di Piala Dunia 2014 ini. Setidaknya untuk membuat Bild kembali menampilkan judul yang sama empat tahun ke depan. Bukan untuk trofi yang keempat lagi, melainkan sudah mampu meraih trofi kelimanya di Piala Dunia 2018, Rusia.

Meraih trofi Piala Dunia secara back to back memang masih belum pernah terjadi dalam sejarah. Lihat saja bagaimana kebanyakan juara Piala Dunia langsung flop di edisi setelah juara. Mulai dari Italia yang juara di edisi 2006 dan jeblok di 2010, lalu Spanyol yang juara di Afsel 2010 menelan malu di Brasil tahun ini.

Hanya, dengan melihat potensi yang dimiliki skuad asuhan Joachim Loew tahun ini, tidak ada salahnya utnuk kembali menjagokan Die Mannschaft empat tahun lagi. Terutama dari sisi kedalaman skuad. Beberapa bursa taruhan pun sudah mulai mengunggulkan Jerman sebagai kandidat kuat juara.

Bahkan, Jogi ” sapaan akrab Joachim Loew ” pun sudah memprediksikannya sebelum pertandingan dramatis di Maracana berlangsung. Dikutip dari The Guardian, Jogi berani menyebut anak asuhnya bisa kembali bersaing merebut juara empat tahun lagi. “Tim ini punya masa depan bagus. Saya percaya, kami mampu bisa bermain di top level beberapa tahun ke depan,” ujarnya.

Prestasi yang didapatkan Der Panzer tahun ini memang tidak bisa dilepaskan dari proses peremajaan satu dekade terakhir. Hanya, Jogi tidak mau menganggap pencapaian di Brasil ini sebagai puncak dari penampilan Philipp Lahm dkk yang sudah bersama-sama sejak Piala Dunia 2006.

Sebaliknya, trofi kempat ini hanyalah lembaran pertama dari mimpi Jerman untuk merajai persepakbolaan dunia setelah bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur pada 24 tahun silam. Kekuatan yang sekarang sudah terbangun ini bakal lebih ditingkatkan lagi. “Kami harus punya pemain dengan skill lebih bagus lagi,” cetusnya.

Beberapa fakta ikut mendukung optimisme Jogi. Dari segi usia, golden age yang tahun ini menjadi bekal Jerman belum akan tergerus. Dari 23 pemain tahun ini, hanya empat pemain yang berusia di atas 32 tahun. Misalnya, Lahm yang berusia 34 tahun, lalu trio 33 tahun seperti Bastian Schweinsteiger, Lukas Podolski, dan Per Mertesacker.

Selain itu, potensi peningkatan prestasi klub-klub Bundesliga setelah All Germany Final di pentas Liga Champions Eropa dua tahun lalu masih bisa kembali dikejar. Dilihat dari 30 pemain yang terdaftar dalam skuad Jerman sejak babak kualifikasi hingga tampil di Piala Dunia, hanya tujuh yang bermain di luar Bundesliga.

Jogi tidak mempersoalkan klub dimana si pemain itu berlaga. Menurutnya, pelatih-pelatih yang menangani pemainnya, seperti Carlo Ancelotti (Real Madrid), Juergen Klopp (Borussia Dortmund), Jupp Heynckes (eks Bayern Muenchen), Josep “Pep” Guardiola (Bayern Muenchen) ikut membentuk karakter pemainnya.

Dia pun mengucapkan terima kasih kepada pelatih-pelatih tersebut. Karena, tidak mungkin dirinya bisa menekankan karakter bermain kepada ke-23 pemainnya tanpa ada bantuan dari pelatih lainnya. “Setidaknya mereka sudah membantu kami untuk lebih konfiden dengan apa yang kami dapatkan sekarang,” sebutnya.

Namun, tidak 100 persen gaya bermain dari klub-klub itu dia adaptasikan ke dalam gaya permainan tiki taka Jerman tahun ini. “Kami tidak bisa mengadaptasikan permainan kami dari filosofi yang dipunyai klub. Beberapa tahun terakhir ini, kami sudah mengembangkan gaya bermain kami sendiri,” ungkapnya.

Beberapa nama pemain muda sudah bersiap untuk menjadi suksesor the wining team Jerman tahun ini. Sebut saja Marco Reus yang tahun ini tidak bisa bergabung bersama skuad Jerman lantaran cedera. Lalu, masih ada Julian Draxler, Emre Can, Ilkay Guendogan, Kevin Volland, dan Anre Hahn.

Banyaknya potensi pemain muda itulah yang diyakini menjadi amunisi utama Jerman merangkai mimpi trofi kelimanya di Rusia. Schweinsteiger cukup optimis dengan apa yang dimiliki Jerman tersebut. “Tahun ini saja, sudah ada sekitar 10 pemain potensial, merekalah pondasi tim ini,” klaimnya kepada The Telegraph.

Hanya, Schweini, sapaan akrabnya, menganggap tugas Jogi belum selesai untuk dapat membangun kekuatan Panser Baru Jerman di Rusia nanti. Perbaikan dan pengembangan masih harus dilakukan. “Karena, potensi tahun ini memang menunjukkan peluang besar di tahun depan, tapi ingat, itu hanya peluang, bukan sebuah garansi,” tegasnya. (ren)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/