32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Ayo Kalahkan Denmark

KUNSHAN, SUMUTPOS.CO – Keberhasilan Indonesia melangkah ke final Piala Thomas tahun ini sangat bermakna. Sebab, prestasi besar tim Merah Putih dimotori darah-darah muda.

Separo kekuatan tim Merah Putih di Kunshan memang berisi barisan pemain muda. Lima di antara anggota tim Thomas berusia di bawah 25 tahun.

Bahkan, Jonatan Christie dan Anthony Ginting Sinisuka masih remaja, berusia 18 tahun dan 19 tahun. Mereka berstatus debutan, namun sudah dipercaya tampil sebagai tunggal pertama dan kedua Indonesia saat membekap tim kuat Korea Selatan pada semifinal kemarin.

Meski diperkuat mayoritas pemain muda, tim Indonesia menunjukkan kematangan. Terutama dalam segi mental. Itu semua bisa dibilang hasil kerja keras Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rexy Mainaky.

Setelah ditunjuk untuk menduduki jabatan tersebut oleh Ketua Umum PP PBSI Gita Wirjawan tiga tahun silam, Rexy melakukan perombakan besar-besaran di Pelatnas Cipayung.

Para pemain senior yang dianggap minim prestasi didegradasi. Di antaranya, dua tunggal utama nasional Simon Santoso dan Dionysius Hayom Rumbaka.

Keputusan itu awalnya mendapat kritik tajam dari beberapa pihak. Namun, Rexy bergeming. Kini, setelah tiga tahun berselang, Rexy membuktikan bahwa keputusannya tersebut tepat.

Barisan pemain muda yang dipercaya masuk Pelatnas Cipayung menggantikan para senior terus tumbuh sebagai pemain hebat dan bisa bersaing di level dunia.

Sebelum sukses menembus final Piala Thomas 2016, Februari lalu Jonatan dkk juga unjuk gigi dengan memenangi kejuaraan beregu Asia di Hyderabad, India. Di SEA Games 2015, Indonesia juga hanya cukup menurunkan pemain pelapis untuk mendulang emas di nomor beregu.

Saat ditanya tentang hal itu, Rexy tidak mau berkomentar banyak. Peraih emas Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Subagja itu mengungkapkan hanya ingin fokus dengan tugas yang diembankan kepada dirinya. Hasilnya biar masyarakat yang menilai.

’’Saya hanya fokus kerja dan mengembalikan kejayaan bulu tangkis Indonesia. Selebihnya, no comment,’’ ucap Rexy.

Chef de Mission Indonesia Achmad Budiharto mengatakan bahwa hasil yang didapat tim putra Indonesia saat ini adalah hasil kerja keras jangka panjang semua pihak.

Dia dan semua jajaran pengurus PP PBSI percaya bahwa pembinaan bulu tangkis Indonesia kini berada di trek yang benar. ’’Ini proses panjang. Bukan instan,’’ kata pria yang juga menjabat wakil sekretaris jenderal PP PBSI tersebut.

Di sektor tunggal saja, tiga nama skuad Indonesia, yakni Jonatan, Anthoni, dan Ihsan Maulana Mustofa, mencuat di Piala Thomas ini. Ketiganya membuktikan diri bukan hanya pelengkap. Poin-poin penting sudah mereka berikan saat dipercaya turun di laga-laga krusial di Kunshan Sports Centre.

Di skuad ganda, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan kini juga sudah punya cadangan yang siap terus berkembang. Peringkat ke-12 dunia Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi semakin matang dan mencatatkan rekor 100 persen mulai penyisihan hingga semifinal.

Satu pasangan ganda putra Indonesia yang saat ini tampak pula menanjak adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Pasangan tersebut saat ini punya peringkat hanya satu setrip di bawah Angga/Ricky, yakni nomor 13 dunia. Ya, masa depan kami memang cerah!

Di partai final yang di gelar Minggu (22/5), Indonesia ditantang Denmark yang mengalahkan Malaysia dalam laga yang cukup dramatis. Sempat unggul 0-2, Malaysia harus merelakan tiket ke final direbut Denmark dengan kekalahan 2-3.

Melihat lawan yang akan dihadapi, Tim Indonesia rasanya tak akan mengalami kesulitan untuk merebut Piala Thomas edisi 2016. Rasanya memang tidak terlalu berlebihan. Menyimak data penampilan di ajang perebutan lambang supremasi bulu tangkis beregu putra, tim Merah Putih tercatat paling banyak memenangkan duel final ketika menghadapi Denmark. 
Final tahun ini merupakan kali ke-18 bagi Indonesia. Dari sekian banyaknya tampil di laga pamungkas, Indonesia telah merasakan 13 kesempatan mengangkat trofi yang kali pertama diperebutkan pada 1948. 
Catatan terbaik pernah dirasakan pebulu tangkis tanah air ketika menjadi juara di gelaran 2002. Ketika itu, Indonesia berhasil menaklukkan Malaysia di Guangzhou, China. Itu bukan sekadar kemenangan biasa, sebab itu merupakan gelar kelima beruntun sejak digapai pada 1994 di Jakarta. 
Sayang setelah itu, Indonesia selalu gagal menembus partai final. Baru pada 2010, pemain Indonesia kembali menikmati tegangnya bermain di partai akhir sebelum harus mengakui China. 
Kini penantian dalam dua edisi berhasil dibayar tuntas. Siapa pun lawan yang akan dihadapi pada Minggu (22/5) nanti, mustahil tak bisa dikalahkan. Bertemu Denmark, sama sekali Indonesia belum pernah merasakan kekalahan. 
Jadi, semoga lagu Indonesia Raya berkumandang di Negeri China. Ya, sekarang saatnya Merah Putih berkibar lagi!(irr/c4/nur/jpg/adz)

KUNSHAN, SUMUTPOS.CO – Keberhasilan Indonesia melangkah ke final Piala Thomas tahun ini sangat bermakna. Sebab, prestasi besar tim Merah Putih dimotori darah-darah muda.

Separo kekuatan tim Merah Putih di Kunshan memang berisi barisan pemain muda. Lima di antara anggota tim Thomas berusia di bawah 25 tahun.

Bahkan, Jonatan Christie dan Anthony Ginting Sinisuka masih remaja, berusia 18 tahun dan 19 tahun. Mereka berstatus debutan, namun sudah dipercaya tampil sebagai tunggal pertama dan kedua Indonesia saat membekap tim kuat Korea Selatan pada semifinal kemarin.

Meski diperkuat mayoritas pemain muda, tim Indonesia menunjukkan kematangan. Terutama dalam segi mental. Itu semua bisa dibilang hasil kerja keras Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rexy Mainaky.

Setelah ditunjuk untuk menduduki jabatan tersebut oleh Ketua Umum PP PBSI Gita Wirjawan tiga tahun silam, Rexy melakukan perombakan besar-besaran di Pelatnas Cipayung.

Para pemain senior yang dianggap minim prestasi didegradasi. Di antaranya, dua tunggal utama nasional Simon Santoso dan Dionysius Hayom Rumbaka.

Keputusan itu awalnya mendapat kritik tajam dari beberapa pihak. Namun, Rexy bergeming. Kini, setelah tiga tahun berselang, Rexy membuktikan bahwa keputusannya tersebut tepat.

Barisan pemain muda yang dipercaya masuk Pelatnas Cipayung menggantikan para senior terus tumbuh sebagai pemain hebat dan bisa bersaing di level dunia.

Sebelum sukses menembus final Piala Thomas 2016, Februari lalu Jonatan dkk juga unjuk gigi dengan memenangi kejuaraan beregu Asia di Hyderabad, India. Di SEA Games 2015, Indonesia juga hanya cukup menurunkan pemain pelapis untuk mendulang emas di nomor beregu.

Saat ditanya tentang hal itu, Rexy tidak mau berkomentar banyak. Peraih emas Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Subagja itu mengungkapkan hanya ingin fokus dengan tugas yang diembankan kepada dirinya. Hasilnya biar masyarakat yang menilai.

’’Saya hanya fokus kerja dan mengembalikan kejayaan bulu tangkis Indonesia. Selebihnya, no comment,’’ ucap Rexy.

Chef de Mission Indonesia Achmad Budiharto mengatakan bahwa hasil yang didapat tim putra Indonesia saat ini adalah hasil kerja keras jangka panjang semua pihak.

Dia dan semua jajaran pengurus PP PBSI percaya bahwa pembinaan bulu tangkis Indonesia kini berada di trek yang benar. ’’Ini proses panjang. Bukan instan,’’ kata pria yang juga menjabat wakil sekretaris jenderal PP PBSI tersebut.

Di sektor tunggal saja, tiga nama skuad Indonesia, yakni Jonatan, Anthoni, dan Ihsan Maulana Mustofa, mencuat di Piala Thomas ini. Ketiganya membuktikan diri bukan hanya pelengkap. Poin-poin penting sudah mereka berikan saat dipercaya turun di laga-laga krusial di Kunshan Sports Centre.

Di skuad ganda, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan kini juga sudah punya cadangan yang siap terus berkembang. Peringkat ke-12 dunia Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi semakin matang dan mencatatkan rekor 100 persen mulai penyisihan hingga semifinal.

Satu pasangan ganda putra Indonesia yang saat ini tampak pula menanjak adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Pasangan tersebut saat ini punya peringkat hanya satu setrip di bawah Angga/Ricky, yakni nomor 13 dunia. Ya, masa depan kami memang cerah!

Di partai final yang di gelar Minggu (22/5), Indonesia ditantang Denmark yang mengalahkan Malaysia dalam laga yang cukup dramatis. Sempat unggul 0-2, Malaysia harus merelakan tiket ke final direbut Denmark dengan kekalahan 2-3.

Melihat lawan yang akan dihadapi, Tim Indonesia rasanya tak akan mengalami kesulitan untuk merebut Piala Thomas edisi 2016. Rasanya memang tidak terlalu berlebihan. Menyimak data penampilan di ajang perebutan lambang supremasi bulu tangkis beregu putra, tim Merah Putih tercatat paling banyak memenangkan duel final ketika menghadapi Denmark. 
Final tahun ini merupakan kali ke-18 bagi Indonesia. Dari sekian banyaknya tampil di laga pamungkas, Indonesia telah merasakan 13 kesempatan mengangkat trofi yang kali pertama diperebutkan pada 1948. 
Catatan terbaik pernah dirasakan pebulu tangkis tanah air ketika menjadi juara di gelaran 2002. Ketika itu, Indonesia berhasil menaklukkan Malaysia di Guangzhou, China. Itu bukan sekadar kemenangan biasa, sebab itu merupakan gelar kelima beruntun sejak digapai pada 1994 di Jakarta. 
Sayang setelah itu, Indonesia selalu gagal menembus partai final. Baru pada 2010, pemain Indonesia kembali menikmati tegangnya bermain di partai akhir sebelum harus mengakui China. 
Kini penantian dalam dua edisi berhasil dibayar tuntas. Siapa pun lawan yang akan dihadapi pada Minggu (22/5) nanti, mustahil tak bisa dikalahkan. Bertemu Denmark, sama sekali Indonesia belum pernah merasakan kekalahan. 
Jadi, semoga lagu Indonesia Raya berkumandang di Negeri China. Ya, sekarang saatnya Merah Putih berkibar lagi!(irr/c4/nur/jpg/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/