Simeone juga membentuk timnya dengan segala teriakan dari pinggir lapangan. Pria yang memulai karir bermainnya bersama Velez Sarsfield itu tak ingin anak asuhnya kendor barang semenit pun di lapangan.
“Kerja keras adalah semuanya di lapangan. Pemain bintang tak akan mengangkat performa tim,” ujar Simeone.
“Malah pemain dengan ambisi menang meningkatkan tim,” tambah Simeone.
Pemilik 105 caps buat Argentina tersebut dengan formasi 4-4-2 bisa memberikan tekanan bergelombang buat lawannya. Bertemu dengan tim-tim yang mengedepankan ball possession, Simeone meredamnya dengan pertahanan rapat. Ilmu grendel lini belakang yang didapatnya ketika berkompetisi di Italia selama enam tahun.
Dalam situs UEFA, Simeone mengatakan tak sabar melengkapi rekornya musim ini. Di perjalanan menuju final, Simeone dan Atletico mengkandaskan raksasa-raksasa di Eropa.
Pada perempat final, Atletico mengkandaskan Barcelona dengan agregat 3-2. Kemudian di semifinal, Atletico memutuskan asa Bayern ke final dengan agregat 2-2. Gabi dkk lolos ke final berkat gol away.
“Kami sudah melalui dua dari tiga tim terbaik dunia saat ini. Dan kami menghadapi tim ketiga, juga terbaik di dunia di partai puncak,” tutur Simeone.
Sedang Zidane yang merasa ilmu kepelatihannya masih seumur jagung kepada AS kemarin mengatakan jika Simeone dan Atletico memiliki semuanya. Skuad yang solid, ambisi menang yang besar, juga karakter yang kuat.
“Simeone menunaikan tugasnya sebagai pelatih dengan sangat luat biasa. Simeone punya ilmu dan pemahaman yang sangat luas tentang sepak bola,” ujar Zidane.
Real di bawah Zidane bermain seperti tuntutan para Madridista. Tampil elegan, ofensif, dan menang. Sejak menggantikan Rafael Benitez sebagai arsitek per 4 Januari lalu, bapak empat anak itu terus menuai pujian.
Tak seperti Simeone yang senang berteriak-teriak di pinggir lapangan, Zidane lebih mirip aristokrat.
Zidane menyuntikkan motivasi yang luar biasa di ruang ganti. Zidane juga sering memberikan wejangan secara personal kepada pemain-pemain yang dianggapnya punya kemampuan mengubah jalannya laga.
Dengan strategi 4-3-3 yang dianut Zidane, Real berhasil seimbang dalam menyerang juga bertahan. Peran trio BBC (Gareth Bale, Karim Benzema, Cristiano Ronaldo) di lini depan jelas tak terganti.
Di lini tengah, Zidane memasang Casemiro sebagai gelandang bertahan yang mumpuni. Pemain asal Brasil itu versi Whoscored punya rata-rata tekel 3,2 kali per laga, intersep 2 kali per laga, dan clearence 1,5 kali per laga.
“Saya terus menyemati diri untuk belajar buat musim mendatang. Saya melihat karir kepelatihan saya masih sangat-sangat panjang,” ujar Zidane kepada AS.
Pertemuan musim ini adalah momentum bagus buat Zidane membalas kekalahan dari pertemuan di La Liga. Pada 27 Februari lalu, untuk kali pertama kekalahan dicorengkan Atletico buat karir kepelatihan Zidane di Real. (dra/jpg)