SUMUTPOS.CO- Lolosnya Aljazair ke babak 16 besar disambut sorak sorai seluruh warga Arab. Sekat-sekat negara luruh karena negeri di utara benua Afrika itu kini menjadi satu-satunya wakil mereka di Brasil. Prestasi ini juga menjadi klimaks karena inilah kali pertama mereka selamat dari fase grup selama empat partisipasi di Piala Dunia sejak 1982.
Karnaval dan perayaan digelar di Algeria, ibu kota Aljazair. Layar-layar raksasa di sejumlah sudut kota menampilkan Madjid Bougherra dkk yang sukses menahan seri Rusia, Jumat (27/6). Televisi di toko-toko kelontong sengaja dinyalakan demi mengikuti perkembangan nasib Si Rubah Gurun. Warga yang tumplek di jalan-jalan ibukota kompak meniup vuvuzela dan menekan klakson.
“Saya sengaja pulang sore dari kantor agar tidak kena macet plus bisa nonton pertandingan,” kata Kamel, 30 tahun, seperti dilansir Channel News Asia. “Sekarang kami diizinkan berharap setelah peluit akhir ditiup wasit,” timpal Leila, pacar Kamel.
Hal senada diungkapkan, Kheira. Perempuan 70 tahun itu juga ikut menonton laga dari rumahnya. Dia menyiapkan makanan ringan dan kue buat lima anaknya. Tunangan mereka dan sembilan cucunya ikut menonton laga dari rumah. “Ini adalah peluang kami untuk lebih jauh lagi di Piala Dunia. Saya harap kami bisa terus merayakan kemenangan mereka,” paparnya.
Negara lain juga ikut merayakan prestasi Aljazair. Bahkan, negara yang menjadi rival lama mereka, Maroko, juga ikut bersorak. Pelatih Aljazair Vahid Halilhodzic bahkan mengatakan bahwa Aljazair mewakili kebanggan warga Islam lainnya dari Bosnia, Kroasia, dan negara-negara lain pecahan Yugoslavia. “Para pemain bakal bermain dengan kebanggaan di dada mereka. Warga dunia bersorak mendukung mereka,” kata Halilhodzic. (aga)
SUMUTPOS.CO- Lolosnya Aljazair ke babak 16 besar disambut sorak sorai seluruh warga Arab. Sekat-sekat negara luruh karena negeri di utara benua Afrika itu kini menjadi satu-satunya wakil mereka di Brasil. Prestasi ini juga menjadi klimaks karena inilah kali pertama mereka selamat dari fase grup selama empat partisipasi di Piala Dunia sejak 1982.
Karnaval dan perayaan digelar di Algeria, ibu kota Aljazair. Layar-layar raksasa di sejumlah sudut kota menampilkan Madjid Bougherra dkk yang sukses menahan seri Rusia, Jumat (27/6). Televisi di toko-toko kelontong sengaja dinyalakan demi mengikuti perkembangan nasib Si Rubah Gurun. Warga yang tumplek di jalan-jalan ibukota kompak meniup vuvuzela dan menekan klakson.
“Saya sengaja pulang sore dari kantor agar tidak kena macet plus bisa nonton pertandingan,” kata Kamel, 30 tahun, seperti dilansir Channel News Asia. “Sekarang kami diizinkan berharap setelah peluit akhir ditiup wasit,” timpal Leila, pacar Kamel.
Hal senada diungkapkan, Kheira. Perempuan 70 tahun itu juga ikut menonton laga dari rumahnya. Dia menyiapkan makanan ringan dan kue buat lima anaknya. Tunangan mereka dan sembilan cucunya ikut menonton laga dari rumah. “Ini adalah peluang kami untuk lebih jauh lagi di Piala Dunia. Saya harap kami bisa terus merayakan kemenangan mereka,” paparnya.
Negara lain juga ikut merayakan prestasi Aljazair. Bahkan, negara yang menjadi rival lama mereka, Maroko, juga ikut bersorak. Pelatih Aljazair Vahid Halilhodzic bahkan mengatakan bahwa Aljazair mewakili kebanggan warga Islam lainnya dari Bosnia, Kroasia, dan negara-negara lain pecahan Yugoslavia. “Para pemain bakal bermain dengan kebanggaan di dada mereka. Warga dunia bersorak mendukung mereka,” kata Halilhodzic. (aga)