Di balik setiap kekalahan, Liverpool tetap lebih dominan. Penguasaan bola selalu di atas 60 persen, begitu juga dengan jumlah tembakannya ke gawang lawan. ”Ini masih skuad terbaik meski kalah di tiga laga. Tidak ada yang berubah. Hanya, mood di sekitar kami saja yang berubah (setelah rentetan kekalahan),” kata Klopp.
Situs This Is Anfield dalam analisisnya menyebut, tidak ada salahnya apabila pada laga krusial ini Klopp menjajal bermain back three. Seperti upaya mirroring yang sudah pernah dilakukan klub-klub lawan Chelsea agar mengimbangi formasi 3-4-3 ala Antonio Conte. Walaupun, baru Tottenham Hotspur yang mengalahkannya.
Kecepatan pemain-pemain Liverpool jadi modal awalnya. Jika main dengan back three, maka Klopp bisa memilih Joel Matip, Dejan Lovren dan Joe Gomez sebagai back three-nya. Mengapa Gomez? Karena, bek 19 tahun itu selalu nyaman ketika memegang bola. Selain itu, dia punya kemampuan bermain dengan passing-passing pendeknya.
Sebaliknya, Conte waspada dengan tren Liverpool ketika meladeni klub-klub dari papan atas. Manchester City pernah tumbang di Anfield, begitu juga Leicester City. ”Ini yang lebih berbahaya, karena mereka akan bermain seperti tim yang marah setelah kalah dalam tiga laga beruntun. Kami harus paham ancaman itu,” seru pelatih Italiano itu.
Satu hal yang harus dikembalikan Gary Cahill dkk dalam laga tandangnya. Yaitu, menang dengan cleansheet yang sempat ternoda saat kalah 0-2 di White Hart Lane (5/1). ”Kami harus memainkan sepak bola kami dengan intensitas yang bagus, dan kemudian kami akan lihat bagaimana hasilnya kemudian,” tambahnya. (ren/jpg/adz)