31.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Sang Entrepreneur yang Tak Malu Kuliah Lagi

Para Alumnus NBA yang Tampil di Flexi NBL All-Star 2012 (2-Habis)

Ricky Pierce punya kontribusi besar untuk pembinaan basket selepas pensiun. Dia menjadi entrepreneur dan menciptakan bola dan sistem khusus untuk melatih orang jadi penembak jitu.

Ricky Pierce merupakan yang tertua di barisan alumnus NBA di Flexi National Basketball League (NBL) Indonesia All-Star 2012. Usianya kini sudah 52 tahun.

Meski demikian, bukan berarti dia sudah tak bisa lagi bermain basket. Tahun lalu, Dale Ellis menjadi bukti saat datang bersama tim USA Legends melawan bintang-bintang NBL Indonesia. Usia juga sudah kepala lima, tapi masih mampu mengacak-acak pengawalan pemain terbaik tanah air.

Dan Pierce bukan pensiunan sembarangan. Enam belas tahun lamanya dia berkiprah di NBA, mulai 1982 hingga 1998. Membela tim-tim tenar seperti Seattle SuperSonics, Detroit Pistons, dan Indiana Pacers.

Karir poin rata-ratanya termasuk hebat, hingga 14,9 poin per game.

Pada 1991, dia terpilih masuk NBA All-Star. Dua kali, pada 1987 dan 1990, dia terpilih sebagai NBA Sixth Man of the Year.

Begitu pensiun, dia juga tidak jauh-jauh dari basket. Bahkan dia termasuk yang inspiratif. Dia menjadi seorang entrepreneur, menciptakan sistem latihan menembak yang sangat populer di Amerika Serikat. Namanya AccuShot22, yang menggunakan bola khusus dengan petunjuk tem pat meletakkan jari yang tepat.

Dia juga menulis buku basket untuk anak-anak: Bouncing Billy. Tujuannya untuk menginspirasi anak-anak agar bermain basket dengan benar, sambil memahami dan mentoleransi perbedaan satu dengan yang lain.

Lebih inspiratif lagi; Tahun ini, di usia 52 tahun, Pierce memutuskan untuk kembali kuliah. Dia ingin menuntaskan apa yang tidak dia selesaikan ketika terpilih masuk NBA pada 1982 lalu. Dulu berhenti di Rice University, kini kembali ke Rice University.

Targetnya: Lulus di jurusan olahraga dan menjadi pelatih. Karena untuk menjadi pemain hebat, dia butuh skill. Tapi untuk menjadi pelatih, dia butuh lulus kuliah.

“Kenapa saya dulu pensiun (dari NBA)? Karena saya tua. Kita hanya bisa bermain begitu lama. Dan saya bermain sampai 16 tahun. Selama ini, saya ingin menjadi pelatih di tingkat universitas. Saya telah melatih banyak pemain setelah saya pensiun, jadi saya gatal terus melakukannya. Dulu saya tidak lulus, makanya sekarang saya kembali,” ungkap Pierce.

Sementara itu, di antara empat eks bintang NBA yang datang, pencapaian karir Duane Causwell mungkin yang paling minim. Tapi, bukan berarti dia pemain biasa-biasa saja. Bagaimana pun juga, dia punya karir sangat panjang, bermain sampai 11 tahun di NBA. Tujuh tahun bersama Sacramento Kings (1990-1997), empat tahun bareng Miami Heat (1997-2001).

“Di NBA rata-rata karir pemain hanyalah empat tahun,” ingat Azrul Ananda, direktur PT Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia selaku penyelenggara even, sekaligus commissioner NBL Indonesia.

Mengapa Causwell bisa bertahan begitu lama? Ukuran badan merupakan alasan utama. Bagaimana pun, center raksasa adalah jenis langka di NBA (dan di liga mana pun). Bertinggi badan 213 cm, Causwell sangat berguna bagi timnya selama 11 tahun!

Dengan tinggi seperti itu, Causwell akan sulit dibendung bintang-bintang Indonesia di laga Flexi NBL Indonesia All-Star 2012 nanti. Mungkin, hanya Vin Baker yang bisa menjadi lawannya! (dbl/jpnn)

Para Alumnus NBA yang Tampil di Flexi NBL All-Star 2012 (2-Habis)

Ricky Pierce punya kontribusi besar untuk pembinaan basket selepas pensiun. Dia menjadi entrepreneur dan menciptakan bola dan sistem khusus untuk melatih orang jadi penembak jitu.

Ricky Pierce merupakan yang tertua di barisan alumnus NBA di Flexi National Basketball League (NBL) Indonesia All-Star 2012. Usianya kini sudah 52 tahun.

Meski demikian, bukan berarti dia sudah tak bisa lagi bermain basket. Tahun lalu, Dale Ellis menjadi bukti saat datang bersama tim USA Legends melawan bintang-bintang NBL Indonesia. Usia juga sudah kepala lima, tapi masih mampu mengacak-acak pengawalan pemain terbaik tanah air.

Dan Pierce bukan pensiunan sembarangan. Enam belas tahun lamanya dia berkiprah di NBA, mulai 1982 hingga 1998. Membela tim-tim tenar seperti Seattle SuperSonics, Detroit Pistons, dan Indiana Pacers.

Karir poin rata-ratanya termasuk hebat, hingga 14,9 poin per game.

Pada 1991, dia terpilih masuk NBA All-Star. Dua kali, pada 1987 dan 1990, dia terpilih sebagai NBA Sixth Man of the Year.

Begitu pensiun, dia juga tidak jauh-jauh dari basket. Bahkan dia termasuk yang inspiratif. Dia menjadi seorang entrepreneur, menciptakan sistem latihan menembak yang sangat populer di Amerika Serikat. Namanya AccuShot22, yang menggunakan bola khusus dengan petunjuk tem pat meletakkan jari yang tepat.

Dia juga menulis buku basket untuk anak-anak: Bouncing Billy. Tujuannya untuk menginspirasi anak-anak agar bermain basket dengan benar, sambil memahami dan mentoleransi perbedaan satu dengan yang lain.

Lebih inspiratif lagi; Tahun ini, di usia 52 tahun, Pierce memutuskan untuk kembali kuliah. Dia ingin menuntaskan apa yang tidak dia selesaikan ketika terpilih masuk NBA pada 1982 lalu. Dulu berhenti di Rice University, kini kembali ke Rice University.

Targetnya: Lulus di jurusan olahraga dan menjadi pelatih. Karena untuk menjadi pemain hebat, dia butuh skill. Tapi untuk menjadi pelatih, dia butuh lulus kuliah.

“Kenapa saya dulu pensiun (dari NBA)? Karena saya tua. Kita hanya bisa bermain begitu lama. Dan saya bermain sampai 16 tahun. Selama ini, saya ingin menjadi pelatih di tingkat universitas. Saya telah melatih banyak pemain setelah saya pensiun, jadi saya gatal terus melakukannya. Dulu saya tidak lulus, makanya sekarang saya kembali,” ungkap Pierce.

Sementara itu, di antara empat eks bintang NBA yang datang, pencapaian karir Duane Causwell mungkin yang paling minim. Tapi, bukan berarti dia pemain biasa-biasa saja. Bagaimana pun juga, dia punya karir sangat panjang, bermain sampai 11 tahun di NBA. Tujuh tahun bersama Sacramento Kings (1990-1997), empat tahun bareng Miami Heat (1997-2001).

“Di NBA rata-rata karir pemain hanyalah empat tahun,” ingat Azrul Ananda, direktur PT Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia selaku penyelenggara even, sekaligus commissioner NBL Indonesia.

Mengapa Causwell bisa bertahan begitu lama? Ukuran badan merupakan alasan utama. Bagaimana pun, center raksasa adalah jenis langka di NBA (dan di liga mana pun). Bertinggi badan 213 cm, Causwell sangat berguna bagi timnya selama 11 tahun!

Dengan tinggi seperti itu, Causwell akan sulit dibendung bintang-bintang Indonesia di laga Flexi NBL Indonesia All-Star 2012 nanti. Mungkin, hanya Vin Baker yang bisa menjadi lawannya! (dbl/jpnn)

Artikel Terkait

Panpel Klaim PSMS U-15 Tak Curi Umur

Honda DBL All-Star 2016 Tiba di AS

GOR Samudra Riuh Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/