Heboh Reshuffle, Bom Buku di Utan Kayu Meledak
Ulil Abshar Abdalla mantan Koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL) yang kini menjadi Ketua DPP Partai Demokrat mendapat kiriman paket sebuah buku. Menariknya, buku yang dikirimkan ke perkantoran Komunitas Utan Kayu,
di Jalan Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa sore kemarin meledak.
Isu berkembang, bom buku tersebut adalah sebuah teror untuk Ulil yang belakangan ini keras mendesak reshuffle. “Sebagai perkiraan, bisa saja itu salah satu motifnya.
Tapi kan untuk mengatakan bom Ulil karena (kerasnya dia mendesak) reshuffle terlalu dini,” bantah Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan kepada Rakyat Merdeka Online (grup Sumut Pos).
Ramadhan Pohan membenarkan bahwa selama 10 tahun berkecimpung di JIL dan menyurakan kebebasan dan nasionalisme-relijius, sebagaimana jargon Partai Demokrat, Ulil memang tidak pernah mendapat ancaman.
Tapi sekali lagi, dia belum berani mengambil keputusan bahwa motif bom tersebut adalah politik. Dia menyarankan agar publik menunggu hasil penyelidikan polisi.
“Kami yakin ancaman bom terhadap Ulil tidak akan menyurutkan semangat demokrasi dan pluralisme Indonesia. Kami yakin Ulil dan kita semua, apapun latar belakang parpol, sosial, agamanya, tidak bakal kalah menghadapi politik sempit, politik kekerasan dan politik sektarian,” tegas Ramadhan.
“Kita tidak takut. Ulil pasti tidak sendirian, kita semua dari semua kekuatan parpol-parpol pro politik damai dan elemen-elemen demokratis, kukuh bersama Ulil menjaga dan merawat Indonesia yang demokratis dan anti-kekerasan,” tambahnya. Senada dengan Ramadhan Pohan, Partai Keadilan Sejahtera melalui Ketua DPP PKS, Martri Agung, mengatakan aksi bom buku di Utan Kayu itu tidak memiliki kaitan dengan isu reshuffle yang terus digulirkan Ulil. Pasalnya, Ulil merupakan orang baru di dunia politik dan pengaruhnya di Demokrat pun tidak seberapa. “Bagi parpol terlalu kecil kalau ngurusin Ulil,” kata Martri Agoeng di gedung DPR MPR Jakarta.
Tak ada asap kalau tak ada api. Isu ini merebak memang karena ada pemicu. Adalah Ulil sendiri yang mencium ada motif politis di balik ledakan bom yang terjadi petang kemarin.
Ulil menduga, pengeboman itu terjadi karena dia berbicara keras dalam isu politik belakangan ini. “Ini menarik, apakah (karena) setelah saya aktif di politik dan mengeluarkan pernyataan agak keras tentang isu politik kekinian,” ujarnya.
Meski begitu, Ulil enggan menduga-duga motif pengiriman paket bom untuk dirinya. Dia pun tidak mengerti maksud pengiriman buku berisi bom itu. “Saya nggak tahu siapa yang mengirim dan apa maksudnya. Saya enggak berani mengira-ngira,” kata Ulil.
Diketahui paket untuk Ulil Abshar Abdalla yang dikirimkan ke kantor KBR 68 H ternyata benar-benar bom. Bom itu meledak pukul 16.05 WIB. Tragis! Seorang polisi yang memeriksa paket itu menjadi korban. Satu tangannya putus. Paket bom buku yang meledak itu pun dikirim bersama sepucuk surat yang menyertainya. Berikut kutipan surat yang ditujukan untuk Ulil.
“Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sulaiman Azhar Lc
Alamat : Jalan Bahagia Gg Panser no 29, Ciomas, JABAR
No Telepon : 081332220579
Pekerjaan : Penulis
Sedang dalam proses penyelesaian penulisan buku yang urgensinya sangat erat dengan aktivitas Bapak, dalam lembaga yang bapak pimpin. Penulis bermaksud mengajukan permohonan sudi kiranya untuk memberikan kata pengantar dalam buku saya.
Judul Buku : Mereka yang Harus Dibunuh Karena Dosa-dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin.
Tema : Deretan nama dan tokoh Indonesia yang pantas dibunuh.
Jumlah halaman : 412 halaman
Sudilah kiranya kami melakukan interview dengan Bapak atas karya kecil ini. Atas perhatian serta waktu, saya ucapkan terima kasih.” (zul/guh/jpnn)
—
Dikira Jinak Disiram Air
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Sutarman mengakui tindakan Kastreskrim Polres Jakarta Timur Kompol Dodi Rahmawan menyalahi prosedur saat menangani bom yang dikirim ke kantor KBR68H. Akibatnya, bom tersebut meledak hingga membuat tangannya putus.
“Dia (Kompol Dodi) menelepon Gegana meminta petunjuk. Bom itu kemudian disiram air dan diperkirakan sudah jinak, ternyata malah meledak,” ujar Sutarman di lokasi kejadian Jl Utan Kayu 68, Jakarta Timur, Selasa (15/3).
Menurutnya, seharusnya Dodi menunggu tim Gegana. Namun, karena tim Gegana tidak juga datang, Dodi kemudian berupaya menjinakkan bom itu dengan bantuan rekannya yang berbicara di telepon. “ Seharusnya dia tunggu Gegana dulu,” tegas Sutarman.
Terkait kejadian itu, Presiden SBY belum memberikan pernyataan resmi hingga Selasa petang. Namun, Staf Khusus Presiden bidang Informasi Heru Lelono mengatakan, Presiden SBY pasti sudah mendapatkan berbagai laporan mengenai peristiwa yang melukai Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur Kompol Dodi Hermawan itu.
“Saya juga kaget mendengar bila benar (Kompol Dodi) menjadi korban karena mencoba membuka paket tersebut. Kemungkinan yang bisa saya terka adalah beliau pernah menjadi anggota Gegana sebelumnya. Sehingga merasa mampu melakukan,” ujar Heru Lelono kepada Rakyat Merdeka Online (grup Sumut Pos) lewat pesan pendek.
Bertentangan dengan Sutarman, Heru juga mengatakan, Tim Gegana tidak terlambat. Mungkin saja, penilaian petugas di lapangan saat yang membuat seolah Gegana terlambat. Dia mempersilakan Polri melakukan penyelidikan atas kasus ini.
Terlepas dari itu, sial memang menimpa Kompol Dodi Hendarwan. Namun yang jelas, petang kemarin dirinya langsung menjalani operasi bedah di ruang UGD Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Dari luar ruang UGD yang berlokasi lantai satu RSCM, tampak istri Kompol Dodi, Silva, didampingi anggota keluarga duduk di bangku sembari terisak-isak. Selain Dodi ada dua korban lainnya juga dalam perawatan intensif RSCM. Mereka adalah sekuriti Komunitas Utan Kayu, Mulyana (40), dan salah seorang anggota Polsek Matraman, Bara Libra Sagita (23).
Sementara itu, sebuah paket buku yang diduga bom juga ditujukan untuk Kepala Badan Narkotika Nasional Gregorius Mere, atau yang sering dikenal sebagai Gories Mere. Dilaporkan tim Gegana meledakkan paket yang diduga berisi bom sekitar pukul 21.00 WIB. Paket tersebut sama persis dengan yang dikirim untuk Ulil Abshar ke Kantor Berita Radio 68 H.
“Polisi terus menyisir lokasi sekitar dan barang bukti dibawa ke Pusat Laboratorium Forensik untuk diselidiki,” ujar wartawan di lapangan. (guh/wid/jpnn)