25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Jika tak Diperbaiki, Kita Demo Presiden…

Wakil Rakyat Ajak Perjuangkan Perbaikan Jalur Maut Aek Latong

MEDAN-Kecelakaan maut di Aek Latong Tapsel yang merenggut 14 korban jiwa, membuka mata banyak pihak perihal buruknya fasilitas jalan di provinsi ini. Khusus jalan negara di Aek Latong, Wakil Ketua DPRD Sumut Ir Chaidir Ritonga juga mendesak Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho membentuk gugus tugas dalam menangani kerusakan.

“Kita harus satu langkah tak ada alasan lagi jalur ini dibiarkan begini. Berapa korban yang sudah jatuh? Berapa kerugian yang sudah dialami warga pengguna jalan? Kejadian ini kiranya dapat membuka mata publik dan kondisi jalan ini menjadi manifestasi kesenjangan pembangunan di luar pulau Jawa dan luar pulau Jawa,” ucapnyan
Secara bersama, seluruh jajaran pemerintahan di provinsi secepatnya berupaya menggugat pemerintah pusat agar melakukan terobosan dalam percepatan pembangunan di jalur Aek Latong.

“Jika kita harus bersatu dan bahu-membahu untuk memperjuangkan itu, tentu tak begitu sulit. Mulai dari pimpinan DPRD Sumut dengan 100 anggotanya, 30 Anggota DPR Pusat asal Sumut, empat anggota DPD asal Sumut, bersatu dan bahu-membahu tentu tidak begitu sulit apalagi ini menyangkut kepentingan umum,” tegasnya.

Jika aspirasi tersebut tidak ditanggapi, bila perlu warga Sumut akan melakukan aksi demonstrasi ke Jakarta. “Bila perlu kita demo itu PU, keuangan, PU atau wakil presiden dan presiden. Namun, yang pertama kita minta dulu Gubsu membuat gugus tugas, jika Gubsu tak mau maka kita akan bertindak sendiri,” pungkasnya.

Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar, Mulkan, menerangkan jalan negara di daerah tersebut memang sudah lama tak mengalami renovasi. “Sudah sekitar 16 tahun tak ada pembangunan jalan di sana. Dan akibat parahnya, sudah banyak pula menelan korban jiwa,” terangnya.

Anggota Komisi C DPRD Sumut Dapem VI ini juga menjelaskan, di sana sudah dibuat jalan alternatif, namun hingga saat ini belum bisa digunakan.

Ia juga setuju agar DPRD Sumut bersama Pemprovsu memperjuangkan pembangunan ini secepatnya ke pemerintah pusat.

Pemerintah pusat, menurut Mulkan lagi, memang terkesan kurang memperhatikan jalan-jalan di daerah. Pasalnya, kenapa jalan-jalan di Jawa mulus semua. “Nah, kita harus bersama-sama memperjuangkan hal ini ke pusat. Selain itu perbedaan jalan yang layak dengan yang tidak, baik di Pantai Barat dan Timur sangat jauh, tak ada perimbangan. Khususnya infrastruktur jalannya. Jika dibandingkan dengan Sumbar dan Kepri kita sangat jauh ketinggalan,” ungkapnya.

Pengamat ekonomi Sumut Jhon Tafbu Ritonga menjelaskan, Jalinsum di Pantai Barat dan Timur sudah tak manusiawi. “Jalan ini merupakan jalan yang lebar, lokasi dan kondisinya cocok untuk tahun 70-an, bukan untuk abad 21,” jelasnya.

Ia menceritakan, pekan lalu ia bersama keluarga sempat melihat sediri kondisi jalan di Batubara. “Pada saat itu ada bus yang tabrak lari warga setempat. Intinya, harusnya Jalinsum tak lagi melewati kota dan perkampungan, karena alasan lebar dan kondisinya tak cocok,” kata Tafbu.

Ironisnya lagi, sambungnya, kondisi jalan kabupaten ke pedesaan juga sudah tak layak. “Jadi saya berharap pemerintah daerah maupun pusat harus membangun jalan yang baru yang lebih manusiawi,” tegasnya.

2012, Jalur Alternatif Selesai

Menyikapi perbaikan jalur Aek Latong, Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho menargetkan pengerjaannya selesai pada 2012 mendatang. Pembangunan jalur alternatif itu sendiri menelan biaya sekitar Rp65 miliar.

“Pertama, kami atas nama Pemrovsu mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas persitiwa ini. Semua tidak kita inginkan,” ujar Gatot saat meninjau lokasi lakalantas di Aek Latong, Senin (27/6) sore.
Pihak Pemrovsu, tambah Gatot, akan berkoordinasi secepatnya dengan pemerintah pusat dalam percepatan perbaikan jalan Aek Latong tersebut.

Disinggung jalur alternatif yang dibuka sejak 2009 lalu, Gatot menyebutkan, dari laporan Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) ada sekitar 75 meter lagi jalan belum terbuka. Karena daerah tersebut daerah patahan, sehingga ada sedikit pengalihan lagi dari panjang sebelumnya.

Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Sumut-Aceh, Wijaya Seta, menambahkan, konstruksinya sebenarnya dimulai sekitar dua tahun lalu tapi masih sebatas pembukaan jalur. “Rencanannya memang single years. Namun, karena banyak kesulitan, karena daerah ini banyak hujan, waktu pengerjaan jadi terpotong. Maka kita pakai multy years. Target selesai tahun 2012,” ucap Wijaya.

Jalur alternatif yang dibuka, sambung Wijaya, sudah melalui tinjauan geologi dari Jepang dan lainnya. Selain daerah patahan bumi, ahli juga menyebutkan banyak kantong-kantong air. Sehingga, rencana jalur aternatif sepanjang 1,1 kilometer jadi sekitar 3 kilometer. “Jadi sudah menghindari dari tempat (kantong-kantong air, Red) itu,” ungkapnya.
Saat ditanya apa yang akan dilakukan sebelum jalur alternatif selesai 2012, Wijaya menyebutkan, jalan bagian bawah yang datar dilebarkan dulu sembari dinaikkan. Sementara bagian tanjakan (jika mengarah ke Sipirok) akan diturunkan. “Ini dilakukan untuk mengurangi ketinggian,” sebutnya.

Sementara soal lampu jalan di Aek Latong yang tidak ada, mengingat ketika kejadian, penumpang yang turun dari mobil sebelum bus ALS masuk ke telaga kesulitan karena gelap, ia mengungkapkan itu sudah dikoordinasikan dengan pihak PLN. “Kita akan pasang lampu. Kita sudah minta izin PLN. Kita siapkan lampu dan kabel-kabel dan segala macamnya,” terangnya.

Wijaya menegaskan, khusus jalan rusak parah Aek Latong, tidak ada anggaran khusus, hanya anggaran pemeliharaan rutin saja.. (ran/neo/smg)

Wakil Rakyat Ajak Perjuangkan Perbaikan Jalur Maut Aek Latong

MEDAN-Kecelakaan maut di Aek Latong Tapsel yang merenggut 14 korban jiwa, membuka mata banyak pihak perihal buruknya fasilitas jalan di provinsi ini. Khusus jalan negara di Aek Latong, Wakil Ketua DPRD Sumut Ir Chaidir Ritonga juga mendesak Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho membentuk gugus tugas dalam menangani kerusakan.

“Kita harus satu langkah tak ada alasan lagi jalur ini dibiarkan begini. Berapa korban yang sudah jatuh? Berapa kerugian yang sudah dialami warga pengguna jalan? Kejadian ini kiranya dapat membuka mata publik dan kondisi jalan ini menjadi manifestasi kesenjangan pembangunan di luar pulau Jawa dan luar pulau Jawa,” ucapnyan
Secara bersama, seluruh jajaran pemerintahan di provinsi secepatnya berupaya menggugat pemerintah pusat agar melakukan terobosan dalam percepatan pembangunan di jalur Aek Latong.

“Jika kita harus bersatu dan bahu-membahu untuk memperjuangkan itu, tentu tak begitu sulit. Mulai dari pimpinan DPRD Sumut dengan 100 anggotanya, 30 Anggota DPR Pusat asal Sumut, empat anggota DPD asal Sumut, bersatu dan bahu-membahu tentu tidak begitu sulit apalagi ini menyangkut kepentingan umum,” tegasnya.

Jika aspirasi tersebut tidak ditanggapi, bila perlu warga Sumut akan melakukan aksi demonstrasi ke Jakarta. “Bila perlu kita demo itu PU, keuangan, PU atau wakil presiden dan presiden. Namun, yang pertama kita minta dulu Gubsu membuat gugus tugas, jika Gubsu tak mau maka kita akan bertindak sendiri,” pungkasnya.

Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar, Mulkan, menerangkan jalan negara di daerah tersebut memang sudah lama tak mengalami renovasi. “Sudah sekitar 16 tahun tak ada pembangunan jalan di sana. Dan akibat parahnya, sudah banyak pula menelan korban jiwa,” terangnya.

Anggota Komisi C DPRD Sumut Dapem VI ini juga menjelaskan, di sana sudah dibuat jalan alternatif, namun hingga saat ini belum bisa digunakan.

Ia juga setuju agar DPRD Sumut bersama Pemprovsu memperjuangkan pembangunan ini secepatnya ke pemerintah pusat.

Pemerintah pusat, menurut Mulkan lagi, memang terkesan kurang memperhatikan jalan-jalan di daerah. Pasalnya, kenapa jalan-jalan di Jawa mulus semua. “Nah, kita harus bersama-sama memperjuangkan hal ini ke pusat. Selain itu perbedaan jalan yang layak dengan yang tidak, baik di Pantai Barat dan Timur sangat jauh, tak ada perimbangan. Khususnya infrastruktur jalannya. Jika dibandingkan dengan Sumbar dan Kepri kita sangat jauh ketinggalan,” ungkapnya.

Pengamat ekonomi Sumut Jhon Tafbu Ritonga menjelaskan, Jalinsum di Pantai Barat dan Timur sudah tak manusiawi. “Jalan ini merupakan jalan yang lebar, lokasi dan kondisinya cocok untuk tahun 70-an, bukan untuk abad 21,” jelasnya.

Ia menceritakan, pekan lalu ia bersama keluarga sempat melihat sediri kondisi jalan di Batubara. “Pada saat itu ada bus yang tabrak lari warga setempat. Intinya, harusnya Jalinsum tak lagi melewati kota dan perkampungan, karena alasan lebar dan kondisinya tak cocok,” kata Tafbu.

Ironisnya lagi, sambungnya, kondisi jalan kabupaten ke pedesaan juga sudah tak layak. “Jadi saya berharap pemerintah daerah maupun pusat harus membangun jalan yang baru yang lebih manusiawi,” tegasnya.

2012, Jalur Alternatif Selesai

Menyikapi perbaikan jalur Aek Latong, Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho menargetkan pengerjaannya selesai pada 2012 mendatang. Pembangunan jalur alternatif itu sendiri menelan biaya sekitar Rp65 miliar.

“Pertama, kami atas nama Pemrovsu mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas persitiwa ini. Semua tidak kita inginkan,” ujar Gatot saat meninjau lokasi lakalantas di Aek Latong, Senin (27/6) sore.
Pihak Pemrovsu, tambah Gatot, akan berkoordinasi secepatnya dengan pemerintah pusat dalam percepatan perbaikan jalan Aek Latong tersebut.

Disinggung jalur alternatif yang dibuka sejak 2009 lalu, Gatot menyebutkan, dari laporan Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) ada sekitar 75 meter lagi jalan belum terbuka. Karena daerah tersebut daerah patahan, sehingga ada sedikit pengalihan lagi dari panjang sebelumnya.

Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Sumut-Aceh, Wijaya Seta, menambahkan, konstruksinya sebenarnya dimulai sekitar dua tahun lalu tapi masih sebatas pembukaan jalur. “Rencanannya memang single years. Namun, karena banyak kesulitan, karena daerah ini banyak hujan, waktu pengerjaan jadi terpotong. Maka kita pakai multy years. Target selesai tahun 2012,” ucap Wijaya.

Jalur alternatif yang dibuka, sambung Wijaya, sudah melalui tinjauan geologi dari Jepang dan lainnya. Selain daerah patahan bumi, ahli juga menyebutkan banyak kantong-kantong air. Sehingga, rencana jalur aternatif sepanjang 1,1 kilometer jadi sekitar 3 kilometer. “Jadi sudah menghindari dari tempat (kantong-kantong air, Red) itu,” ungkapnya.
Saat ditanya apa yang akan dilakukan sebelum jalur alternatif selesai 2012, Wijaya menyebutkan, jalan bagian bawah yang datar dilebarkan dulu sembari dinaikkan. Sementara bagian tanjakan (jika mengarah ke Sipirok) akan diturunkan. “Ini dilakukan untuk mengurangi ketinggian,” sebutnya.

Sementara soal lampu jalan di Aek Latong yang tidak ada, mengingat ketika kejadian, penumpang yang turun dari mobil sebelum bus ALS masuk ke telaga kesulitan karena gelap, ia mengungkapkan itu sudah dikoordinasikan dengan pihak PLN. “Kita akan pasang lampu. Kita sudah minta izin PLN. Kita siapkan lampu dan kabel-kabel dan segala macamnya,” terangnya.

Wijaya menegaskan, khusus jalan rusak parah Aek Latong, tidak ada anggaran khusus, hanya anggaran pemeliharaan rutin saja.. (ran/neo/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/