26 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14043

Polisikan Tetangga Karena Menebang Pohon Pepaya

SIANTAR- Habis sudah kesabaran Sasdan Manihuruk (49) warga Jalan Batu Permata Raya, Kelurahan Bah Kapul, Siantar Sitalasari, menghadapi Jamudin Siahaan (49) yang tak lain tetangganya sendiri.

Meski hanya menebang pohon papaya, perwira yang bertugas di kesatuan Rindam BB/I Pematangsiantar ini, terpaksa melaporkannya ke pihak berwajib. Pasalnya, selain tanpa izin menebang, pelaku kerab mengajaknya berduel hingga mencaci institusi tempatnya mengabdi.

Sasdan kepada POSMETRO MEDAN (grup Sumut Pos), Senin (23/1), membenarkan laporan tentang Jamudin Siahaan itu ke Polsek Martoba.
Peristiwa penebangan papaya itu sendiri terjadi pada Minggu (22/1) di rumahnya Jalan Batu Permata Raya Kelurahan Bah Kapul, Siantar Sitalasari.
Kapolsek Siantar Martoba AKP Mukson mengaku, pihaknya belum memeriksa terlapor. Pun begitu, pihaknya sudah menggelar olah TKP dan mengambil batang pohon pepaya sebagai bukti.

Bermula ketika Sasadan sedang bersantai menikmati kopi diteras rumahnya, sekitar pukul 09.30 WIB . Seketika terusik tatkala Masnur br Sianturi (49), istrinya tiba-tiba memberitahu soal penebangan pohon pepaya persis di samping rumah hunian mereka. Bersamaan itu pula, memberitahu kalau Jamudin tetangga sebelah rumahlah pelakunya.

Merasa keberatan, Sasdan yang kini berpangkat Kapten itu beranjak dari tempt duduknya menuju rumah Jamudin yang hanya berjarak 7 meter dari rumahnya. Bukanlah jawaban yang memuaskan ketika ditanya alasan penebanagan tadi, Jamudin yang sudah menjadi tetangganya 6 tahun ini justru memaki dan menantangnya.

Tidak mau terpancing emosi, apalagi setelah diingatkan sang istri, Sasdan memilih meninggalkan tempat dan kembali ke rumah. Tidak mau persoalan berlarut-larut, apalagi mengingat selama ini Jamudin yang disebutnya hanya bekerja sebagai pemulung itu, kerab memaki dan menantangnya apabila berpapasan. Akhirnya, korban dan istrinya sepakat membawa persoalan itu ke pihak berwajib di Mapolsek Siantar Martoba di Kelurahan Tanjung Pinggir. Akibat perbuatan pelaku, dirinya menderita kerugian mencapai Rp100 ribu.

Selain isi laporan itu, bapak tiga anak ini juga menuturkan, Jamudin kerab memaki isntitusinya sebagai TNI. Malah pernah ketika dirinya melintas berjalan kaki dari depan warung tuak, dihadapan orang banyak, pelaku mengeluarkan bahasa kotor terkait pekerjaannya. Merasa aparat hukum yang memang mengerti hukum, bahasa itu diabaikannya hingga tidak meladeni pria beranak empat itu.

Sikap Jamudin seperti itu menurutnya, muncul setelah serikat dikampung tempat mereka (Sasdan dan Jamudin) bermukim, mencopot nama Jamudin dari keanggotaan STM (Sarikat Tolong Menolong). Penyebabnya tak lain karena bersangkutan tidak solid kepada organisasi kampung. Kebetulan Sasdan menjabat ketua STM di kampung. Sehingga Jamudin merasa keberatan dan menuduhnya sebagai dalang pencopotan dirinya itu. “Padahal itu sesuai keputusan rapat anggota bukan kebijakan saya,” ujar Sasdan.

Malah pelaku pernah mengajaknya berduel sembari memegang parang, sikap itu terang saja membuatnya khawatir. Beruntung beberapa warga melihat aksi itu dan mendesak pelaku agar masuk ke rumah. Tidak jauh berbeda ketika korban membangun teras dengan dua orang pekerja bangunan. Kebetulan pekerja bermarga Pardede, pelaku justru memberi ancaman kepada para pekerja itu seraya menantang adu fisik. Hal itulah yang membuat korban ngotot untuk melaporkan persoalan penebangan pohon pepaya itu ke Polisi dan berharap sikap pelaku bisa berubah. “Apalagi pimpinan saya tau soal makian pada institusi itu bisa berakibat fatal pada Jamudin,” tambah Sasdan.

Terpisah, Kapolsek Siantar Martoba AKP Mukson mengaku, pihaknya belum memeriksa terlapor yang dilapor oleh Sasdan. Begitupun sudah menggelar olah TKP dan mengambil batang pohon Pepaya sebagai barang bukti. “Kita masih melakukan pengembangan penyelidikan dan sudah olah TKP. Tidak lama, saksi-saksi akan kita panggil,” terang Mukson. (mag-5/smg)

Mulai dari Barongsai Sampai Hening Cipta Buat Gus Dur

Melihat Perayaan Imlek di Berbagai Daerah

Di tengah kemeriahan perayaan Imlek 2563 di Tahun Naga Air, ada berbagai kegiatan menarik yang mampu menarik perhatian masyarakat, dari pertunjukan barongsai di pusat kota hingga mengheningkan cipta bagi mantan presiden RI Abdurrahman Wahid
(Gus Dur).

Di Tebingtinggi, atraksi barongsai singa dan naga (dragon) biasanya didominasi warna merah dan hitam, tapi kali ini bernuansa hijau. Ratusan pasang mata seakan terpana dan enggan beranjak saat melihat penampilan Barongsai Teratai Naga Hijau sepanjang 20-an meter diiringi dentuman gendang dan dentangan simbal berlari dan meliuk-liuk mengejar bola api  mutiara hijau sembari menari-nari merayakan imlek di Vihara Mahadana, Jalan Veteran, Kota Tebingtinggi, Senin (23/1) dini hari.

Tidak hanya memamerkan kepiawayannya dengan mengunjungi vihara-vihara, atraksi anak-anak asuhan yang tergabung dalam Perkumpulan Barongsai Teratai binaan Kaden  Brimobdasu  Detasmen B Kota Tebingtinggi Kompol Suryo Sudarmaji ini, juga unjuk kebolehan di dihadapan ratusan warga yang menyamsikan perayaan puncak Imlek.

Di balik berbagai atraksi barongsai yang sangat menarik dan luar biasa tersebut, ternyata ada banyak makna yang terkandung di dalamnya.
Ketua Perkumpulan Barongsai Teratai Kota Tebing Tinggi, Tan Tji Kiat yang akrab disapa Akiat Gendut, disela-sela atraksi mengaku, cukup berbangga hati dan senang karena dapat terus mempertahankan salah satu kebudayaan leluhur (nenek moyang) etnis Tionghoa yaitu permainan Barongsai dan Perayaan Hari Raya Imlek yang dahulunya dilarang pemerintah.

“Tidak banyak dari kita khususnya generasi muda suku Tionghoa yang tahu asal usulnya dari mana, salah satu suku di Indonesia ini memang punya cerita unik dan penuh perjuangan, tanpa mengenyampingkan asal ras atau sukunya, semua etnis tetap harus mengingat asal usul serta identitas warisan yang dimiliki, dan yang terpenting adalah memikirkan bagimana memberikan sumbangan pikiran, tenaga dan sikap tulus ikhlas sesuai dengan bakat dan profesi masing-masing agar timbul kesejahteraan dan kedamaian ditengah-tengah masyarakat,” kata Akiat kepada Sumut Pos usai menggelar atraksi barongsai di depan vihara malam itu.

Dimbahkan Akiat, sudah saatnya memikirkan bagaimana mempergunakan segala kelebihan yang dicapai bukan untuk menyombongkan diri, melainkan bertekad membina generasi muda agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang dapat merusak moral serta mental generasi muda melalui permainan Barongsai yang sekaligus melestarikan salah satu kebudayaan nenek moyang mereka.

Sementara itu, kondisi Kota Tebingtinggi sepi, karena seluruh toko yang didominasi warga Tionghoa tutup total. Patuan Sumut Pos, Selasa (23/1) siang di Kota Tebingtinggi tepatnya sepanjang Jalan Sudirman, Ahmad Yani, Suprapto, Iskandar Muda, Kapten F Tandean dan beberapa jalan lainnya di Kota Tebing Tinggi terlihat toko seluruhnya tutup total dan Kota Tebingtinggi sepintas terlihat seperti kota mati.

Sedangkan di Kota Binjai, perayaan Imlek tak jauh beda dengan perayaan hari besar keagamaan lainnya.  Meski perayaan Imlek khusus bagi warga Tionghoa, namun pada puncak perayaan Imlek kemarin malam, ribuan warga Binjai tampak memadati Vihara Setia Budha, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Binjai Kota, yang menjadi pusat perayaan dengan dimeriahkan atraksi barongsai mulai dari malam hingga siang hari.

Sedangkan di Lubuk Pakam, perayaan Imlek digelar dengan pelasanaan Imlek Fair oleh Yayasan Perguruan Dharma Bakti, dan kegiatan mengheningkan citpa bagi alm Gus Dur, Senin (23/1).  Kegiatan mengheningkan cipta serta berdoa bagi mantan Presiden RI ke 4 almarhum Abdulrahman Wahid itu, dipusatkan di Pekong Hua Kuang (Pekong Kucing) Jalan Sentosa, pukul 00.00 WIB, dini hari, Senin (23/01).

Pimpinan Pekong Kucing, Herman Ahok (54) didampinggi koordinator acara Bani Chang (50) dan tokoh mayarakat setempat Aho (54), mengungkapkan, perayaan imlek kali ini digelar dengan kesederhanaan dan penuh syukur, karena warga keturunan Tiongha bisa merayakan hari besar tahunan ini dengan leluasa berkat jasa presiden Gusdur.

“Karena beliaulah perbedaan yang ada selama ini menjadi satu. Perbedaan itu bersatu dalam membangunan bangsa, sehingga kedepan bangsa kita akan lebih kuat dari bangsa lain. kita tidak akan melupakan jasa Gusdur,” ucapnya.

Sihan Peang dan Alpin Cendrawasih, warga keturunan Tiongha yang ikut hening cipta itu, memandang positif kegiatan itu. Bahkan, mereka mengusulkan agar pihak penyelenggara kegiatan mengelar hal serupa setiap tahunnya.

“Semoga jasa Gusdur dapat dikenang sepanjang masa dan para keluarga besarnya tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa,” doa mereka.
Sementara itu, Yayasan Sosial Dharma Bakti (YSDB) berkerjasama dengan Yayasan Perguruan Dharma Bakti (YPDB) di Jalan Bidan Desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam mengelar kegiatan imlek fair 18-21 Januari. (mag-3/dan/btr).

Modal Kecil pun Bisa Diatasi

Perempuan Berjiwa Entrepreneur

MEDAN  –  Apapun bisa dilakukan asal punya niat dan kemauan. Perkara masalah dan kendala, itu lain cerita. Yang penting mau berusaha. Hal ini sudah dibuktikan oleh tiga orang mahasiswi asal Universitas Sumatera Utara ini. Meskipun tidak punya modal besar dan waktu luang terbatas, namun ketiga perempuan ini masih menyempatkan diri untuk terjun di dunia entrepreneur.

Berbekal keterampilan dan modal kecil itulah Indah, Ella dan Febri berkolaborasi, mengawinkan usaha kecil mereka yaitu Toko Riez Queen milik Indah, Toko Lapink milik Ella, Toko For Girls milik Febri. “Dengan kerjasama, jadi modal kecil pun bisa diatasi. Yang penting kan usaha dulu,”  ujar Indah, si pemilik Toko Riez Queen, Rabu (18/1)

Dalam mengembangkan usahanya, ketiganya rajin mengikuti pameran. Selama pameran, Indah, Ella dan Febri memajang pakaian yang didatangkan dari Bandung. “Sisanya ya kita buat sendiri. Kita design sesuai selera masa kini, kemudian kita jahit rapi. Jadi deh” ujar mereka kompak.

Ketiga mahasiswi ini masih mengandalkan bazar-bazar yang sering mereka buru infonya. “Kalau tidak begitu, kita akan ketinggalan. Mau buka toko tetap atau permanen, kita belum punya modal besar,”terang Ella.

Ketiga mahasiswi ini memanfaatkan Palladium sebagai tempat mereka memamerkan produk-produk baik itu yang didatangkan dari luar kota, maupun buatan tangan sendiri.

Produk dan pakaian yang dijual beragam. Seperti  casual remaja, blus kalelawar yang dibandrol dengan harga Rp230 ribu, cardigan dihargai Rp200 ribu, hingga yang paling mahal adalah blus 3 tingkat  dengan harga Rp250 ribu.  (mag-11)

BNI Dibobol Rp129 Miliar, Boy Terindikasi Disembunyikan

MEDAN-Upaya pencairan tersangka pembobol Bank BNI 46 Cabang Jalan Pemuda Medan sebesar Rp129 miliar, Boy Hermansyah belum menuai hasil. Saat ini keberadaan pria yang masuk dalam DPO interpol itu belum terlacak.

“Upaya pencarian masih dilakukan. Saat ini belum bisa dipastikan keberadaannya dimana. Ada yang bilang dia di Malaysia. Tapi, terus kami upayakan,” jelas Kasi Penerangan Hukum (Kasipenkum) Kejatisu, Marcos Simaremare, Senin (23/1).

Marcos menambahkan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan interpool terkait pencarian Boy Hermansyah. Namun, belum menuai hasil diharapkan.  Tidak hanya pencarian Boy Hermansyah saja belum menuai hasil. Berkas keempat tersangka lainnya sekarang menjadi tahanan kota yakni Radiyasto selaku pimpinan Sentra Kredit Menengah BNI Pemuda Medan, Bahrul Azli, pimpinan Kelompok Pemasaran Bisnis BNI Pemuda Medan, Mohammad Samsul Hadi, Pimpinan Rekanan dan Kantor Jasa Penilaian Publik dan Titin Indriani, Relationship BNI SKM Medan belum dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Medan.

Pasalnya, ada beberapa dokumen yang dibutuhkan belum didapat. Untuk mendapatkan dokumen itu harus mendapat persetujuan dari Gubernur Bank Indonesia.
“Dalam waktu dekat ini akan dilimpahkan. Dokumen yang kami minta sedang diproses di Bank Indonesia. Jadi, sudah tidak ada masalah,” ucap Marcos.
Sementara itu, Wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan Muslim Muis SH mengatakan, diduga kuat keberadaan Boy Hermansyah sengaja dilindungin kekuatan besar atau oknum tertentu sementara waktu. Diduga Boy akan dikeluarkan begitu empat tersangka pembobol Bank BNI Cabang Jalan Pemuda itu divonis.

Alasannya, keterangan Boy dan empat tersangka lainnya tidak bisa dikonfrontir atau apa yang terjadi sebenarnya tidak terkuak.
“Kami menduga dia disembunyikan oleh kekuatan besar sampai waktu yang ditentukan,” jelas Muslim Muis, Senin (23/1).

Dia menambahkan, apabila Boy ditangkap diduga akan berpengaruh pada bank bersangkutan. Dimana, bank dianggap memudahkan pencairan dana pinjaman. Padahal agunan digunakan sudah dipakai untuk pinjaman lain.

Dia juga menduga ada permainan dengan dugaan pihak dalam membantu pencairan dengan kesepakatan yang dibuat dua belah pihak. Untuk itulah ada dugaan penundaan penangkapan Boy agar hasil persidangan tidak ketahuan adanya kelemahan bank dalam mengeluarkan pinjaman.
Selain itu, kesalahan bisa dilimpahkan ke bank.  Mengingat Boy hanyalah pemohon. Tidak ubahnya pemohon lain. Pihak bank yang menentukan apakah mencairkan atau menolak.

“Diduga ada permainan dalam pencairan dana ini sehingga terlalu mudah diproses untuk peminjaman sebesar itu. Pihak bank tidak memeriksa dokumen yang diagunkan dan sebagainya,” katanya.

Dia mencontohkan perkara ini sama seperti kasus travel cek pemilihan Deputi Senior BI. Dimana, beberapa anggota DPR yang menerima disidangkan lebih dulu. Setelah semua disidangkan baru Nunun Nurbaeti ditangkap. Tentunya bila interpol punya kemauan tidak susah menangkap Boy Hermansyah.
Sekadar mengingatkan, Kejatisu sudah menyita beberapa aset milik tersangka Boy Hermansyah yakni 19 hektar lahan HGB 02, 1 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Aceh Tamiang. Kejatisu juga telah menyita uang Rp60 miliar milik Boy dari rekeningnya di Bank BNI. Selain itu, sebesar Rp1,5 miliar milik PT Atakana di Bank Mandiri.

Penyitaan ini sebagai jaminan atas kerugian negara sebesar Rp53 miliar yang dibobol dari BNI dengan mengajukan kredit fiktif. Dalam perkara ini penyidik menemukan 4 pengucuran dana bermasalah dengan total

sebanyak Rp129 milir. Pertama adanya pengucuran kredit take over dari Bank Mandiri sebesar Rp23 miliar. Dimana Direktur PT BDKL, Boy Hermansyah mengajukan pengalihan kredit atau hutangnya di Bank Mandiri ke Bank BNI.

Dalam perkara ini ternyata sisa hutang Boy Hermnsyah hanya Rp 9 miliar. Temuan lain,adanya pengucuran kredit investasi refinancing Pabrik Kelapa Sawit (PKS) senilai Rp20 miliar. Dalam permohonan justru agunan kredit di Bank Mandiri yang diagunkan. Sehingga jaminan yang sama digunakan untuk dua jenis pinjaman. Bentuk dugaan penyimpangan lainya, adanya pengucuran kredit investasi pembelian kebun Sawit milik PT Atakana senilai Rp74,5 miliar. Tidak ada bukti jual beli kebun sawit dari PT Atakana ke PT BDKL. Sedangkan usulan kredit investasi rehabilitasi kebun sebesar Rp14 miliar. (rud)

Reaktualisasi dan Redefinisi Trilogi Pembangunan

Ir H Chaidir Ritonga Jadi Pembicara Dialog Publik Ika PPs UMA

MEDAN-WAKIL Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM tampil sebagai pembicara pada dialog publik Prospek Harapan 2012: Penegakan Hukum dan Ekonomi yang Berkeadilan Dalam Bingkai Stabilitas Politik di kampus Universitas Medan Area Jalan Sei Serayu Medan, Jumat (20/1).

Pembicara lain dalam dialog publik diadakan Ikatan Alumni Pascasarjana Universitas Medan Area (Ika PPs UMA) ini Wakil Rektor I UMA Drs H Heri Kusmanto MA dan Dosen Unimed Drs Mazda El Mukhtaz MSi. Kegiatan yang diikuti sejumlah dosen, mahasiswa dan masyarakat ini juga dihadiri Rektor UISU yang juga Guru Besar UMA Prof Dr Zulkarnain Lubis, Wakil Direktur III PPs UMA Muazzul SH MHum dan Wakil Ketua Ika PPs UMA Yulizar P Lubis.
Chaidir yang juga Ketua Perhimpunan Alumni IPB Sumut mengutarakan dari dialog publik ini para pembicara sepakat mengkaji ‘Trilogi Pembangunan’ yang dikembangkan pemerintahan semasa orde baru. ‘’Stabilitas politik dan keamanan, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan serta stabilitas politik jadi kajian,’’ katanya.

Menurut dia, penegakan hukum, ekonomi berkeadilan dan stabilitas politik harus dapat dilaksanakan. Carut-marut kondisi bangsa, lanjut dia, karena kurangnya penegakan hukum, ekonomi yang kurang berkeadilan dan kapitalistik. ‘’Stabilitas politik mana yang bisa dibangun dengan kondisi kebalasan dan tanpa ada landasan hukum. Akhirnya semua sepakat, tiga hal dari trilogi pembangunan harus direaktualisasi dan redefinisi kepada nilai-nilai dasar dalam berbudaya dan berbangsa yakni Pancasila,’’ katanya.

Chaidir berharap kondisi carut-marut bangsa dapat teratasi sehingga demokrasi dan penanganan ekonomi dan penegakan hukum yang kini liberal telah lari dari bingkai Pancasila sebagai falsafah negara san sumber dari segala sumber hukum.

Menanggapi pertanyaan Taufik dari Unimed tentang kepentingan politik yang kinerja legislatif, Chaidir mengungkapkan Indonesia bukan menganut sistem parlementer dan presidensial. ‘’Artinya negara ini dibuat yang bukan-bukan, sehingga produk yang dihasilkan yang bukan-bukan,’’ katanya mencontohkan.

Wakil Rektor I UMA Drs H Heri Kusmanto MA mengkritisi demokrasi liberal transaksional dan politik pembangunan yang dikembangkan pemerintah termasuk dengan perangkat perundang-undangan yang mengaturnya. Sedangkan Dosen Unimed Drs Mazda El Mukhtaz MSi menyoroti permasalahan Hak Azasi Manusia (HAM). Mazda menilai partai politik (parpol) harus direformasi karena dari parpol banyak menjadi eksekutif. Ke depan, ia mendesak parpol memberi edukasi pendidikan politik pada masyarajat sehingga penegakan hukum dan ekonomi yang berkeadilan dalam bingkai stabilitas politik dapat terwujud. (*)

Sambut Imlek, HDCI Sumut Gelar Touring dan Baksos

MEDAN-Komunitas pecinta motor besar yang bergabung di Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Sumut menggelar touring dan bakti sosial (baksos) dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2563.

Para rider Harley Davidson ini memulai touring dari Mabua Harley Davidson (MHD) Medan, di Jalan S Parman, Medan, sebagai dealer  motor besar asal Amerika ini, Sabtu (21/1), dengan dipimpin langsung Ketua HDCI Sumut Ijeck. Tercatat 40-an peserta mengikuti touring menujun Tandem, Hamparan Perak,  Deliserdang, sekaligus pemberian bantuan ke vihara Sariputra, yang berlokasi di Dusun 7, Desa Tandem Hulu II yang berada di sana.
Ketua HDCI Sumut saat penyerahan bantuan mengatakan,  touring dan kegiatan Bakti Sosial  merupakan kegiatan tetap dari HDCI Sumut di setiap menyambut perayaan hari-hari besar keagamaan, dan saat ini etnis Tionghoa sedang merayakan Tahun Baru Imlek. “Semoga bantuan ini dapat diterima dengan baik, dengan harapan semuanya bisa merayakan hari raya lebih baik lagi,” ucap Ijeck.

Sementara Pemimpin Vihara Sariputra, Sugiat menyatakan terima kasih atas kepedulian dari HDCI Sumut, yang mengatakan sumbangan ini dapat meringankan warga kurang mampu dalam merayakan Tahun Baru Imlek mereka.  Etnis Tionghoa yang berdomisili di sekitar lokasi vihara juga antusias menyambut kedatangan rombongan HDCI Sumut, dengan ramai-ramai datang ke lokasi vihara.

Ijeck, usai touring dengan finis kembali ke MHD Medan, menambahkan, pihaknya senantiasa ingin berbagi dengan sesama, terutama di hari-hari spesial seperti perayaan hari raya dan tahun baru. “Bantuan yang disalurkan merupakan sumbangan dari semua anggota HDCI Sumut, yang ingin berbagi dengan sesama di setiap  hari raya ataupun tahun baru. Kita ingin kehadiran HDCI Sumut bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” tandas Ijeck.
Ationg dan Uche dari Seksi Touring dan Baksos HDCI Sumut menyebutkan di Medan kemarin (23/1), touring dan baksos yang digelar pada akhir pekan kemarin, terselenggara atas kerja sama dengan Pengprov IMI  Sumut dan juga Ditlantas Polda Sumut.

Adapun bantuan yang diserahkan berupa beras 100 goni, minyak makan 100 bungkus, mie instan 100 karton, dan 50 lusin sirup.
Touring dan Baksos menyambut perayaan Imlek ini, lanjut Ationg, adalah kegiatan kedua di awal tahun 2012, setelah pekan lalu, para rider HDCI Sumut sukses melakukan touring dengan rute Medan- Pekanbaru – Medan, yang diikuti 15 peserta. “Ke depannya, kegiatan dari HDCI Sumut akan semakin banyak, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah anggota dari komunitas pecinta motor besar ini,” ungkap Ationg. (jun)

Tiga Daerah Rawan Perampokan

Tinggi angka perampokan membuat Polresta Medan memperketat pengawasan di sejumlah tempat. Seperti apa? Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Bagus Syahputra dengan Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol M Yoris Marzuki.

Apa yang sudah dilakukan polisi?

Untuk mengantisiapasi perampokan Polresta Medan sudah membentuk personel gabungan dari Unit Reskrim Polsek di jajaran Polresta Medan dan Satuan Intel Polresta Medan. Kemudian  memetakan lokasi yang rawan kejahatan.

Dimana saja lokasi yang rawan?

Lokasi rawan tindak kriminal ada tiga yakni Polsekta Percut Sei Tuan, Polsekta Medan Kota dan Polsekta Medan Sunggal. Nah untuk daerah ini kita akan melakukan patroli untuk memantau situasi lokasi tersebut sehingga tindakan bisa langsung dilakukan.

Apa lagi yang dilakukan?

Pendataan terhadap kepala lingkungan di Kota Medan. Hal ini dilakukan agar kepala lingkungan berkordinasi dengan polisi, sehingga tindakan kriminal yang terjadi di masing-masing lingkungan bisa langsung diketahui. (*)

Bos PT Inatex Ngaku tak Salah

MEDAN-Direktur Utama PT Inatex, Lusiana br Nadeak membantah keterangan empat satpam PT Inatex, Sofyan, Abdullah, M Taufik dan Hotmer Siahaan yang mengaku mendapat perintah darinya atas pengrusakan lapak pedagang ikan.
“Nggak ada saya memberi perintah kepada satpam untuk melakukan pengrusakan terhadap lapak pedagang ikan,” kata Lusi Nadeak saat dihubungi, Senin (23/1).

Menurut Lusi, tindakan yang dilakukan oleh satpam sudah benar, karena lapak pedagang yang dirusak itu adalah milik PT Inatex yang disewakan kepada pedagang.

“Lapak pedagang ikan punya kita (PT Inatex), kenapa harus pedagang yang keberatan. Masa sewa mereka kan sudahn habis dan saya juga sudah memberikan surat peringatan sampai ketiga kalinya,” ujarnya.

Terkait pemanggilan pertama oleh penyidik Polsekta Medan Kota kepadanya dan Presiden Direktur PT Inatex, Sutan Mulia Nadeak, Lusi mengaku tidak bersalah. “Saya kan nggak ada salah, kenapa saya kok dipanggil polisi. Sudahlah, nanti telepon lagi,” cetusnya.
Kuasa Hukum PT Inatex, Irfan Harahap yang dikonfirmasi tak tahu menahu persoalan itu.

“Nggak tahu menahu aku dengan persoalan itu. Nggak ada orang itu (Bos PT Inatex) minta aku untuk mendampinginya. Jadi yang aku tahu hanya masalah pertemuan ditingkat DPRD Sumut saja,” ucapnya melalui telepon selulernya.

Irfan juga mengaku pusing berurusan dengan kliennya. Dimana, pihak PT Inatex seperti tidak mengambil pusing dengan urusan laporan pedagang ke Polsekta Medan Kota yang sedang dalam tahap penyelidikan.

“Saya sudah bilang ke pimpinan PT Inatex. Tetapi sampai saat ini belum ada tanggapan dari mereka. Lagi pula kawasan itu kan milik orang itu, jadi mana bisa aku memaksanya. Jadi apalagi yang mau aku bilang,” jelasnya.

Dikatakannya, untuk hasil perkembangan pertemuan pedagang dengan PT Inatex di DPRD Sumut sampai saat ini belum ada.
“Sampai saat ini belum ada progres dari DPRD Sumut. Jadi masih gitu-gitu saja. Karena tidak ada tanggapan dari PT Inatex,” ucapnya.
Pantauan wartawan pedagang ikan yang sudah tidak dizinkan oleh PT Inatex berjualan di dalam kawasan PT Inatex, kini berjualan di sepanjang Jalan Tanjung Bunga, Medan Kota.

“Lihatlah pedagang masih berjualan di sini. Penyelesaian di DPRD Sumut juga belum ada perkembangan yang jelas. Padahal ini sudah masuk minggu keempat. Janji  wakil rakyat itu hanya tiga minggu saja,” ungkap Ketua Persatuan Pedagang Pasar Tradisional (P3T), Rusli Tanjung.
Dijelaskannya, proses hukum yang sudah berjalan di Polsekta Medan Kota akan tetap diperjuangkan pedagang sampai ke pengadilan. “Kami tidak akan mundur. Biar hukum yang memproses mereka,” cetusnya.(adl)

Wajah Hitam, Mulut dan Hidung Berdarah

Tukang Tempal Ban Tewas dalam Bengkel

MEDAN-Bonar Sihombing (51) ditemukan tewas di kios tambal ban miliknya di pinggir Jalan Sisingamangaraja Km 7,5, Tanjung Morawa, Senin (23/1) sekira pukul 11.00 WIB.

Saat ditemukan, mayat Bonar dalam posisi telanjang dan jongkok di atas papan tempat tidur yang ada di dalam bengkel tempel ban miliknya. Dari mulut dan hidung korban mengeluarkan darah dan wajah korban sudah menghitam.

Informasi yang dihimpun, mayat Bonar pertama kali ditemukan anaknya Tono. Saat itu, Tono hendak mengantarkan teh manis untuk Bonar. Tono berulang kali memanggil ayahnya dari luar, namun tidak ada sahutan. Merasa curiga, Tono pulang ke rumahnya yang ada di belakang bengkel dan memberitahukan ibunya boru Rajagukguk.

Tono kembali ke bengkel yang hanya berjarak 50 meter dari rumah mereka. Bersama dengan ibunya, Tono kembali memanggil ayahnya dari samping bengkel sambil melihat ke dalam bengkel yang terbuat dari papan dan seng.

Karena tak kunjung menyahut, Tono langsung mendobrak pintu dan melihat kondisi ayahnya sudah tidak bernyawa. Seketikan itu juga Tono dan ibunya menjerit sehingga mengundang perhatian warga sekitar. Polisi yang mengetahui kejadian ini langsung turun ke lokasi kejadian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Dari hasil olah TKP tidak ditemukan adanya tanda-tanda mencurigakan atau penganiayaan terhadap korban.
Kanit Reskrim Polsekta Patumbak, AKP P Samosir mengatakan tak ditemukan tanda-tanda mencurigakan di tubuh korban.
Dibantu warga, korban yang tidak memakai busana langsung diboyong ke rumah. Di dalam rumah isak tangis keluarga pun terdengar.
Istri korban berulang kali memeluk jasad suaminya sambil menangis. Warga pun berdatangan.

Istri korban Rostamar br Rajagukguk (50) mengaku terkejut saat melihat suaminya telanjang tak bernyawa.
“Waktu ku pegang sudah dingin badannya, sudah gitu telanjang pula,” ujar Rostamar.
Keluarga meminta agar tak dilakukan visum terhadap jasad Bonar.

“Ngapain visum-visum, orang kata polisi nggak ada apa-apa kok. Ngabis-ngabisi duit lah kalau visum-visum lagi, kesana-kemari capeklah,” ujar salah seorang kerabat korban. (mag-5)

Pemko Rekayasa Arus Lalulintas

Antisipasi Kemacetan Pembangunan Fly Over Simpang Pos

MEDAN-Untuk mengantisipasi macet di Simpang Pos selama proses pembangunan fly over awal bulan Februari, Pemko Medan berencana akan melakukan rekayasa arus lalulintas di beberapa titik jalan untuk menghindari kemacetan.

“Kita kan tahu selama pembangunan fly over pasti pengguna jalan akan terganggu dengan pengerjaan itu. Sudah jelas pasti akan macet,” kata Sekda Kota Medan, Syaiful Bahri.

Untuk beberapa titik jalan yang akan dilakukan perubahan selama pembangunan berjalan, Syaiful belum bisa menjelaskannya. Pemko Medan akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk membahasnya.

“Rekayasa lalulintas yang dilakukan belum bisa di jelaskan titik jalan mana saja yang akan dipakai selama pembangunan. Pemko Medan akan melakukan pembahasan terlebih dahulu dengan instansi terkait dengan menggelar rapat,” ungkapnya.

Kasatker Metropolitan Balai Jalan dan Jembatan Kementrian PU Wilayah Sumut, Simalatua Sinaga menuturkan kalau dalam bulan ini pihaknya akan berkordinasi dengan pihak yang berhubungan langsung dengan lalulintas. Hal itu untuk mengantisipasi kemacetan selama proses pembangunan fly over Simpang Pos. (adl)