28 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14211

Sudah Diselingkuhi Dipukuli Pula

SRI Ramayani (28), warga Pasar IX, Desa Tembung, Percut Seituan, melaporkan suaminya, JS (35) ke Mapolresta Medan, Rabu (21/12). Sri mengaku dipukuli oleh suaminya.

Sri saat membuat visum di RSU dr Pirngadi Medan mengatakan, dirinya mendengar gosip kalau suaminya selingkuh. Mendapat gosip itu, dirinya pun mencari kebenaran gosip itu. Ternayata benar suaminya JS sedang asyik duduk berdua bersama wanita lain di sebuah warung tidak jauh dari rumah.

“Saat saya datangi suami saya marah-marah dan bilang kalau wanita itu temannya,” katanya.

Tidak hanya disitu, setelah mereka berdua pulang ke rumah, suaminya langsung memukuli dirinya dengan menggunakan sapu dan kayu.

“Kalau dia selingkuh saya masih maklum tapi dia memukuli saya dengan sapu dan kayu. Ini kejadian kedua kalinya dia memukuli saya makanya saya membuat laporan ke Mapolresta Medan,” sebutnya.

Ditambahkannya, dia melaporkan suaminya setelah terlebih dahulu merembukkan kejadian yang menimpa dirinya itu kepada keluarganya.

“Keluarga semua setuju agar suami saya itu dilaporkan ke polisi karena perbuatannya itu tidak terpuji dan sudah dua kali,” ujarnya.

Ditegaskannya, dirinya juga mengalami luka yang cukup serius. “Lihat saja, akibat dipukul suami saya wajah, tangan, kaki dan lengan saya merah dan lebam semuanya. Dasar tidak ada prikemanusiaan. Sudah selingkuh malah memukuli saya,” ungkapnya. (jon)

Program e-KTP tak Sesuai Target

Peralatan Banyak yang Belum Bisa Digunakan

MEDAN-Program kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Medan dipastikan tak sesuai target selesai tahun 2011. Berdasarkan data jumlah wajib e-KTP yang sudah entri data hanya 414.439 jiwa dari 2.170.400 wajib e-KTP.

Kadisdukcapil Kota Medan, Darussalam Pohan mengakui program tidak akan terlaksana sesuai target. Bahkan untuk mencapai separuh dari target juga tidak bisa.

“Kami akui tidak bisa mencapai target. Hingga akhir tahun, kami memperkirakan baru 481.639 wajib KTP yang sudah entri data dengan perkiraan setiap kecamatan berhasil mengentri 400 orang wajib KTP setiap harinya,” kata Darusalam di gedung DPRD Medan, Kamis (22/12).

Dikatakannya, kendala pencapaian target dikarenakan belum lengkapnya peralatan pada masing-masing kecamatan sehingga proses entri data berjalan lambat. Total 106 alat e-KTP yang akan dipinjamkan dari pemerintah pusat belum diterima seluruhnyaolehpihakkecamatan.

Walaupunbeberapa waktu lalu sudah ada penambahan 48 alat lagi, namun tidak bisa dioperasionalkan karena peralatannya belum lengkap.

“Untuk alat e-KTP yang berjumlah 106 dan merupakanpinjamandaripusat, sampaisaat ini baru 48 alat saja yang sudah masuk. Itu pun tidak bisa digunakan karena alatnya masih belum lengkap,” jelasnya.

Selanjutnya, tambah Darusalam, program e- KTP ini akan dilanjutkan hingga tahun depan.

Untuk sementara, pihaknya memperkirakan bisa selesai pada April 2012 apabila peralatan yang dijanjikan telah diterima lengkap jadi pelaksanaan entri data bisa lebih cepat.

“Kekurangan alat ini benar-benar menjadi kendala karena dari segi lain tidak ada masalah.

Seperti konsorsium yang terdiri dari PT Indosat, PT Sucofindo, PT Lintas Arta dan PT Kuadran sudah menyatakan kesiapannya tapi tetap menunggu peralatan,” ujarnya.

Ketua Komisi A DPRD Medan, lhamsyah menyakini kalau sejak awal dilaunchingnya e-KTP di Kota Medan tidak akan tercapai seperti yang diharapkan Pemko Medan. “Keyakinan itu terlihat ketika perlatan yang belum lengkap juga dan kesiapan operator serta undangan bagi wajib e-KTP yang terlalu dipaksakan tanpa ada kajian yang lebih dalam,” jelas Ilhamsyah.

Menurutnya, kalau program e-KTP merupakan proyek yang terlalu dipaksakan. Namun demikian, Ilhamsyah juga memberikan saran kepadaDisdukcapil untuklebihseriuslagi.“Saran ke depan agar kajian tentang kelengkapan e-KTP lebih diperhatikan dengan serius, selain itu untuk undangan wajib e-KTP juga mengarah secara proporsional,” bebernya. (adl)

MPI Sumut Ajak Seluruh Elemen Masyarakat Berantas Korupsi

MEDAN-Guna memberantas praktik-praktik korupsi yang membuat masyarakat Sumatera Utara, khususnya Medan semakin menderita, seluruh anggota dan pengurus MPI Sumut berkomitmen mem brantas korupsi.

Ketua Harian Dewan Pimpinan Nasional Masyarakat Pancasila Indonesia (DPN MPI), Marjuki P mengajak seluruh elemen masyarakat dan organisasi kepemudaan di Sumatera Utara bersama-sama ikut memberantas korupsi.

Marjuki merasa sangat prihatin dengan penanganan yang dilakukan aparat penegak hukum dalam melakukan penahanan dan memberantas pelaku-pelaku korupsi yang ada di Sumatera Utara, khususnya Medan.

Marjuki menambahkan, dalam penanganan korupsi yang melibatkan orang penting maupun pejabat, aparat penegak hukum, khususnya Kejatisu seperti enggan menangani hingga pelaku-pelaku korupsi tersebut kemungkinan akan kembali melakukan aksi kejahatannya yang bisa membuat rakyat banyak menderita.

Marzuki P Hutasuhut didampingi Plt Wakil Sekjen DPN MPI, DR Zul Iskandar, mewakili unsur pengurus DPN, Sopian, Direktur LBH DPN MPI, Anay Tulah,SH,Mhum, Ketua DPP MPI Sumut, Muhammad Ridwan, Ketua OKK DPP Sumut Heri Manurung, Ketua DPC Medan Johor, Busor dan DPC Khusus Percut Seituan, Abdul Rahman mengatakan, mereka akan terus memonitor setiap penanganan kasus korupsi.

Marjuki P dan seluruh anggota dan pengurus MPI akan terus mem pertanyakan dan memonitor kinerja aparat penegak hukum dan mem berantas korupsi.

Ketua DPP MPI Sumut, M Ridwan mengatakan, MPI sebagai salah satu organisasi masyarakat hadir untuk mengawal roda pemerintahan khususnya di Sumut dan Kota Medan dalam praktik korupsi serta kasus penindasan lainnya yang merugikan masyarakat banyak.

“Kita meminta Kementrian Hukum dan HAM melalui Kejaksaan Agung untuk segera menggantikan Kejati Sumut yang tidak berani menegakkan keadilan untuk memeriksa pejabat daerah yang telah jelasjelas memiliki bukti melanggar hukum,”ujar Ridwan.

Ridwan juga mengatakan, MPI mewakili seluruh elemen masyarakat di Sumut khususnya Medan, meminta aparat penegak hukum untuk serius memberantas pelaku korupsi tanpa tebang pilih. Jika pemberantasan korupsi tidak segera diselesaikan, maka kepercayaan masyarakat akan pudar kepada para petugas penegak hukum,” tegas M Ridwan.

Zul Iskandar menyebutkan proses penyelesaian kasus harus mengedepankan kepentingan orang banyak dan menjunjung tinggi supremasi hukum dengan tegak. Selain itu, Iskandar meminta ke depan Ketua KPK yang baru saja dilantik menepati janjinya dalam memberantas korupsi khususnya yang melibatkan para pejabat daerah. (mag-5)

Laporkan Pengusaha tak Bayar Tunjangan Natal

MEDAN-Dinas Sosial Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Medan kembali mengingatkan perusahaan, untuk membayar tunjangan hari raya (THR) Natal paling lama seminggu sebelum 25 Desember.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Medan, Marah Husin Lubis sudah menyampaikan surat edaran No 506/2475/DSTKN/2011, tentang pelaksanaan tunjangan perayaan hari besar 7 Desember 2011 lalu.

“Dengan adanya surat edaran tersebut, seluruh perusahaan diminta untuk segera melaksanakannya.

Paling lama seminggu sebelum hari Natal sudah diberikan kepada karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” katanya.

Dijelaskannya, adapun ketentuan besaran THR telah diatur pada Peraturan Menteri (Permen) Tenaga Kerja RI No 04/MEN/1994, tentang tunjangan hari raya keagamaan bagi pekerja di perusahaan. Sesuai dengan aturan, perusahaan harus memberikan THR kepada karyawan yang sudah bekerja selama tiga bulan atau lebih dengan besaran sesuai masa kerja.

Diketahui, untuk masa kerja selama 12 bulan lebih menerima satu bulan upah. Sedangkan bagi pekerja dengan masa kerja tiga bulan ke atas tapi kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional dengan perhitungan masa kerja dibagi 12 bulan dikali satu bulan upah. Ditegaskannya, bagi pengusaha yang melanggar ketentuan Permen akan diancam dengan hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dimana, pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan/ PPNS Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan.

Sampai saat ini, lanjutnya, pihaknya belum ada menerima laporan pengaduan dari karyawan. Berarti seluruh perusahaan telah memberikan THR sesuai ketentuan.(adl)

Tak Sanggup Biaya Rumah Sakit, Ortu Bayi Kembar Empat Pulang

MEDAN- Setelah melahirkan empat bayi kembar berjenis kelaminperempuandiRSIAStellaMaris Medan melalui program bayi tabung, pasangan suami istri Denny Kusyanto (31) dan Mardiana (29) warga Subulussalam kembali pulang kerumahnya, Kamis (22/12). Sedangkan keempat bayi yang dilahirkan melalui operasi caesar ini masih menjalani perawatan di ruang inkubator.

“Kita pulang hari ini, karena kita juga nggak sanggup menanggung biaya perawatan di rumah sakit. Kondisi istri saya mulai membaik. Keempat bayi kita juga sehat-sehat saja, tapi masih di inkubator. Meskipun istri saya rawat jalan, tapi keempat bayi kita akan terus dipantau kesehatanya.

Kita tidak mau terjadi apaapa, jadi untuk sementara, bayi nya masih dirawat di rumah sakit,” kata Denny Kusyanto.

Memiliki bayi kembar empat sekaligus, merupakan anugerah terbesar yang diperoleh pasangan suami istri tersebut. Betapa tidak, setelah enam tahun lamanya menanti kebahagaiaan tersebut, barulah dirinya dan istri dapat merasakan arti sebuah keluarga dengan kehadiran si buah hati. Mardiana melahirkan empat bayi perempuan tersebut pada Senin (19/12) dinihari.

“Pasca dilahirkan, dua dari empat bayi kami nggak menangis seperti bayi lainnya. Jadi oleh medis, langsung dilakukan penanganan seperti dipasang alat bantu pernapasan CPAP, oksigen dihidung pada bayi. Bayi pertama yang dilahirkan berat badannya 900 gram, bayi kedua 1.035 gram, ketiga 1.020 gram dan bayi keempat 985 gram. Nama bayi nya belum dibuat, masih kita rembukkan dengan keluarga besar,” ungkap Denny. (mag-11)

79 Jenazah Dievakuasi

Tragedi Kapal Imigran Gelap di Tulungagung  

TULUNGAGUNG – Berapa jumlah penumpang kapal naas tersebut memang masih belum bisa dipastikan.

Namun, jumlahnya dipastikan bisa mencapai lebih dari 150. Ini setelah tim SAR gabungan kembali berhasil menemukan 38 jenazah lagi. 37 ditemukan di Banyuwangi, dan satu lagi ditemukan di Pantai Popoh, Tulungagung.

Dengan demikian total jenazah yang berhasil dievakuasi dari laut mencapai 79 orang. “Ditambah dengan korban selamat 49 orang, maka jumlahnya mencapai 128 penumpang,” ucap penanggung jawab wilayah Satgas imigran Brigjen Pol Eddi Sumantri. Hanya, Eddi belum berani memastikan berapa jumlah penumpang yang naik kapal tersebut.

Rincian penemuan jenazah ini sebagai berikut. Pencarian di Pantai Rowo Biru, Siliragung menemukan tiga jenazah pria, dan tiga perempuan. Di Pantai Kelampok Grajakan, Purwoharjo ditemukan empat pria, dua perempuan, dan satu anak. Kemudian di Pantai Trianggul Asri Tegaldlimo ditemukan 33 jenazah. Selanjutnya, KRI Untung Surapati mengevakuasijenazah enam pria dan dua perempuan, serita KRI Oswald Siahaan menemukan 16 jenazah pria, tiga perempuan, dan dua anak. Sisa empat orang lagi ditemukan di Pantai Popoh dan Sine, Tulungaung.

Eddi mengatakan bahwa dengan perkembangan ini, pencarian tidak lagi diberi deadline seminggu seperti sebelumnya. “Kami tidak akan kaku dengan aturan yang ada. Kami akan terus mencari sampai batas waktu yang tak ditentukan,” tutur pria yang juga Wakapolda Jatim tersebut. Selain itu, radius pencarian pun juga diteruskan di sepanjang pantai Selatan Jawa-Bali.

Di bagian lain, perkembangan penyelidikan kasus people smuggling belum menunjukkan perkembangan berarti. Setelah empat nelayan, dua PNS, dan empat oknum tentara (tiga dari Koramil Besuki, Tulungagung, dan satu dari Kodim Sampang), masih belum ada tambahan pemeriksaan.

“Semuanya kini sudah ditangani oleh Satgas Imigran,” kata Kapolres Tulungagung AKBP Agus Wijayanto. Menurut perwira dengan dua melati di pundak tersebut, Satgas tersebut merupakan tim gabungan dari Bareskrim Mabes Polri dan Polda Jatim. Juga ada kerjasama koordinasi dengan pihak terkait lainnya, seperti TNI-AD.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos menyebutkan bahwa para oknum tentara tersebut mendapat upah sekitar Rp 5 juta.

“Boleh dibilang ini sebenarnya merupakan sambilan dari mereka saja. Mereka juga mengaku terkejut dan kaget, sekaligus panik, ketika tahu kapal tersebut tenggelam,” terang sumber di Satgas.

Hanya, penyidikan atas kasus tersebut kini sedikit terhambat oleh birokrasi. Karena korlapnya adalah anggota militer aktif, maka penanganannya dilakukan oleh Denpom. Kendati TNI-AD sendiri sudah kooperatif. (ono/jpnn)

Perampok di Jalan Veteran Ditangkap

MEDAN- Kepolisian Sat Reskrim Polresta Medan membekuk tiga dari lima kawanan perampok, yang menyatroni rumah San Saiya alias Hasan (75) warga Jalan Veteran No 18 AE/62 lingkungan IX Kelurahan Buntu Kecamatan Medan Timur, Rabu (21/12). Ketiganya adalah MS (30), MP (58) dan JRG (43). Selain mengamankan tiga tersangka petugas juga meringkus penadah barang curian tersangka, AA (30) warga Jakarta.

“Pengungkapan kasus ini berawal adanya informasi dari masyarakat pada Rabu jam 15.00 WIB yang menyebutkan ada mobil kijang Inova bewarna hitam yang mengganti kaca mobil yang pecah di bengkel aksesoris di Jalan Gandi Medan” kata Kasat Reskrim Polresta Medan Ajun Komisaris Polisi (AKP) M Yoris Marzuki, di Mapolresta Medan, Kamis (22/12) sore.

Polresta Medan langsung menurunkan tim khusus berjumlah 20 personil, untuk mengejar orang yang dicurigai tadi. petugas memulai perburuan lima kawanan bandit yang melakukan aksi perampokan sekitar 7 jam yang lalu. “Namun sesampainya di sana, kami sedikit terlambat karena kawanan perampok diketahui mengganti kaca mobilnya sekitar pukul 12.00 lalu” terang Yoris.

Dari bengkel asesoris mobil itu polisi mengantongi plat kendaraan kawanan pelaku yakni BK 1035 E, yang sebelumnya memakai plat palsu BK 1168 ZY. Setelah plat kendaraan kawanan pelaku diketahui, petugas melakukan pengecekan di Samsat Polda, hasilnya diketahui mobil itu milik warga Jalan Stadion Teladan. (gus)

Nikmati Masa Pengangguran

CHANDRA HAMZAH

HAMPIR seminggu, Chandra Hamzah sudah tak lagi berkantor di Kuningan, lokasi Gedung KPK berada. Chandra pun belum punya pekerjaan baru.

Namun dia mengaku masih menikmati masa ‘pengangguran’. Chandra masih leha-leha di rumah.

“Belum punya rencana apa-apa.

Saya ingin istirahat dulu,” kata Chandra usai mengikuti uji materi lambang negara di MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (22/12).

Chandra tampak santai saat ditemui wartawan. Senyumnya terus mengembang. Sayangnya, Chandra yang mengenakan kemeja putih dan jas hitam ini tidak banyak mau meladeni pertanyaan wartawan. “Saya di rumah saja,” imbuhnya pendek.

Chandra pun mengaku belum tahu akan beraktivitas di mana ke depannya. “Belum tahu, belum ada rencana,” tambahnya.

“Bagaimana komentar Bapak soal pimpinan KPK yang baru?” tanya wartawan. “Saya tidak mau komentar,” jawab Chandra sambil berlalu.(net/jpnn)

Mami Medan Digerebek

Sindikat Sabu di Tanjung Gusta Dibongkar, Tokoh Lokal Bernisial ‘B’ Diincar BNN

JAKARTA-Badan Narkotika Nasional (BNN) kembali membongkar sindikat narkoba internasional yang dikendalikan dari Lembaga Pemasyarakatan (LP). Rabu (21/12) pagi sekitar pukul 03.00 WIB, BNN berhasil membongkar sindikat dari dalam LP Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara (Sumut). Keberhasilan ini mengulang sukses di LP Nusakambangan.

Dua operasi khusus yang dipersiapkan secara cepat BNN yang turut bekerjasama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia (KemenkumHAM). Pertama, menangkap dua tersangka masing-masing berinisial Y dan A, bertindak sebagai kurir pengantar dan penerima.

Kemudian, menangkap pengendali sindikat narkoba jenis sabu bernisial EY alias Mami Medan, yang berstatus narapidana di LP Tanjung Gusta.

Dihubungi semalam, Direktur Bidang Penindakan dan Pengejaran BNN, Brigjen Pol Benny J Mamoto, mengatakan awalnya operasi ini masih sebatas pendalaman. Hanya, beberapa informasi yang masuk sifatnya mendesak, maka langsung dilakukan operasi.

“Ini sebenarnya menjadi bagian dari kerjasama antara BNN dengan Kemenhumham untuk menangani masalah pencegahan dan peredaran narkoba di LP dan Rumah Tahanan Negara (Rutan). Dari penandatangan pada 6 Desember, BNN dan Kemenkumham sepakat menggelar operasi. Hanya saja, muncul informasi yang intinya mendesak untuk segera dilakukan operasi,” kata Benny.

Awalnya, ujar Benny mulai menceritakan kronologi pengerebekan, BNN menerima informasi adanya transaksi sabu di salah satu pelabuhan di Medan. Transaksi ini ternyata berhubungan dengan seseorang di LP, yang tidak lain dikendali Mami Medan dari dalam LP. Ternyata Mami bukan pemain baru, setidaknya terpidana ini juga sudah pernah dihukum dua kali dalam perkara kepemilikan narkoba. Terakhir PN Medan, memvonis Mami 10 tahun penjara dan baru dijalani 2 tahun.

“Mendapat informasi ini, tim langsung turun melakukan pemantauan. Dan ternyata benar. Tersangka Y dan A sedang melakukan transaksi sabu seberat 20 Kg. Sabu ini dibawa menggunakan kapal laut dari Malaysia. Anggota kita langsung menangkap kedua kurir itu. Setelah digeledah, anggota juga menemukan uang tunai Rp40 juta dan beberapa alat komunikasi,” beber putra Sulut ini.

Pascapenangkapan, lanjut Benny, kasus ini langsung dikembangkan. Dari keterangan kedua tersangka yang tertangkap tangan, transaksi ini diatur Mami Medan untuk diserahkan kepada seseorang berinisial B, yang juga berdomisili di Medan. Orang berinisial B ini tergolong orang kuat di Medan. Saat ini dia masih dalam pengejaran BNN.

“Selasa (20/12) malam, saya bersama Wamenkumham Denny Indrayana, langsung terbang ke Medan. Tiba sekira pukul 01.00 dan langsung menuju LP Tanjung Gusta, tanpa pemberitahuan. Kami langsung menuju sel tempat Mami Medan ditahan dan melakukan penggeledahan. Disitu kami temukan uang tunai Rp28 juta, beberapa dokumen termasuk alat komunikasi,” sebut Benny, sembari mengatakan, semua petugas LP saat itu kaget dengan kedatangan mereka.

Saat ini, kata Benny, pihaknya masih mengembangkan kasus tersebut. Sepintas, sambungnya, si Mami Medan ini ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar. Perempuan yang sudah mempunyai cucu ini tidak hanya menjadi pengendali sindikat narkoba antar LP di Medan, tetapi turut menjadi pengandali sindikat narkoba di luar LP.
“Kami belum bisa memastikan apakah sindikat si Mami Medan ini yang terbesar atau masih ada sindikat yang lebih besar lagi. Ini masih dikembangkan. Yang jelas, sindikat di tangan si Mami Medan ini cukup berpengaruh dan jaringannya sudah terbangun sampai di negara lain,” kata Benny.

Soal koneksitas dengan sindikat di daerah lain, terutama Jakarta? Benny mengatakan, kemungkinan itu jelas ada, tapi masih dikembangkan. “Saya berpendapat, dimana ada LP atau Rutan yang menampung narapidana narkoba, pasti disitu beredar narkoba. Otomatis, disitu pula ada pengendali narkoba. Ini ibarat pasar, ada pecandu (pembeli) dan ada bandar (penjual),” tegasnya. “Saran saya, harus dipisahkan. Karena, pecandu harus benar-benar mendapat program rehabilitasi. Tidak bisa dibiarkan, apalagi bercampur dengan para bandar,” sarannya.

Soal keterlibatan oknum LP Tanjung Gusta? Benny kembali mengatakan, kasus ini masih dalam pengembangan. “Masih dalam pengembangan. Kalau terlibat, maka akan diproses sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.

Teman Satu Sel Mami Diamankan

Tim gabungan BNN, kembali mendatangi LP Klas II A Wanita Medan. Kedatangan tim ini, untuk memboyong teman sekamar Mami yang bernama bernama Susi.

Susi diboyong petugas gabungan untuk segera dikonfrontir dengan Mami karena berdasarkan pengakuan Mamik, ponsel miliknya yang satu lagi ada di tangan Susi.

Atas pengakuan Mamik itulah petugas BNN dan Kanwil Hukum dan Ham Sumut melakukan penggeledahan ulang. Bahkan untuk mencari ponsel milik Mamik, petugas sampai-sampai merobek kasur di kamar mereka.
Dengan dikawal petugas BNN, Susi diboyong ke luar LP dengan menggunakan Kijang Innova warna silver.Bahkan, saat diboyong wajah Susi ditutupi petugas, sehingga para wartawan yang sudah stand by, di depan LP tidak dapat melihat wajah Susi.

Ruhut: Mereka itu Manusia Berhati Monyet

Anggota Komisi III DPR Ruhut Sitompul mengaku tidak kaget dengan ditemukannya bandar narkoba jaringan internasional yang dicokok dari Lembaga Pemasarakatan (Lapas) Tanjung Gusta Medan, ini.
Menurut Ruhut, para bandar narkoba tetap nekad beroperasi meski berada dalam Lapas karena mereka tidak pernah takut dengan hukuman yang bakal diterapkan.

“Karena bandar narkoba selalu dihukum ringan. Saya setuju mereka dihukum mati. Teroris dan koruptor juga harus dihukum mati. harus ada shock therapy agar para bandar takut,” ujar Ruhut kepada Sumut Pos kemarin, dimintai tanggapan atas penggrebekan yang dilakukan BNN dan Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana, itu.
Ruhut menilai, argumen sejumlah kalangan bahwa hukuman mati melanggar HAM, sangat tidak tepat. “Jangan bilang melanggar HAM. Mereka-mereka itu manusia berhati monyet, harus dihukum mati,” cetus Ruhut berapi-api.

Sementara itu, Muhammad Iqbal, dosen Sosiologi Universitas Negeri Medan (Unimed), mengungkapkan kejadian ini bukanlah hal baru. “Kasus seperti ini adalah sebuah bentuk kejahatan yang terorganisir serta menunjukkan tidak adanya kontrol dari lembaga hukum seperti Menkumham dan lainnya,” ungkapnya.

Iqbal juga menilai ada bentuk sindikat yang memiliki akses dari sejumlah oknum yang memiliki keterlibatan untuk memnuhi pasokan kebutuhan tahanan di Lapas.

“Meskipun saya tidak ingin menuduh, namun hal ini bisa terjadi pastinya secara tidak langsung ada keterlibatan orang dalam ataupun orang yang memiliki jabatan kuat di Lapas untuk melegalkan usaha kotor tersebut,” terangnya.

Pihak Lokal tidak Dilibatkan

Menariknya, kasus penggerebekan ini ternyata tidak diketahui pihak Poldasu. “Tanya saja ke BNN Pusat. Mereka yang melakukan penggrebekan. Tidak ada koordinasi sama kita,” ujar Direktur Reserse Narkoba Poldasu, Kombes Pol Andjar Dewanto.

Mirip dengan pihak Poldasu, ternyata pihak Kantor Wilayah Hukum dan Ham Sumut juga tidak tahu-menahu. “Saya tidak tahu pasti penggeledahan itu karena saya juga tidak ikut ketika dilakukan penggeledahan. Tapi berdasarkan informasi dari anggota saya, tim ini hanya melakukan pemeriksaan terhadap salah seorang penghuni LP wanita, bernama Anli Yusuf alias Mami, terpidana dalam kasus narkoba yang divonis 10 tahun penjara,” ucap Kepala Kantor Wilayah Hukum dan Ham Sumut, Baldwin Simatupang ketika dikonfirmasi Sumut Pos di Jalan Putri Hijau Medan, kemarin. (fir/jpnn/sam/rud/uma/mag-5)
Bongkar Mafia di Tanjung Gusta

  1. BNN menerima informasi adanya transaksi sabu di salah satu pelabuhan di Medan (tidak disebutkan nama dan waktunya). BNN dan KemenkumHAM mendadak melakukan operasi. Hasilnya, tersangka Y dan A sedang melakukan transaksi sabu seberat 20 Kg. Sabu ini dibawa menggunakan kapal laut dari Malaysia. Tim langsung menangkap kedua kurir itu. Setelah digeledah, tim juga menemukan uang tunai Rp40 juta dan beberapa alat komunikasi
  2. Pasca penangkapan kasus ini langsung dikembangkan. Dari keterangan kedua tersangka yang tertangkap tangan, transaksi ini diatur Mami Medan untuk diserahkan kepada seseorang berinisial B, yang juga berdomisili di Medan. Orang berinisial B ini tergolong orang kuat di Medan. Saat ini dia masih dalam pengejaran BNN.
  3. Selasa (20/12) malam, Direktur Bidang Penindakan dan Pengejaran BNN, Brigjen Pol Benny J Mamoto bersama Wamenkumham Denny Indrayana, langsung terbang ke Medan. Tiba sekira pukul 01.00 dan langsung menuju LP Tanjung Gusta, tanpa pemberitahuan.
  4. Tim langsung menuju sel tempat Mami Medan ditahan dan melakukan penggeledahan.

Didapat barang bukti uang tunai Rp28 juta, beberapa dokumen, termasuk alat komunikasi.

Sumber: Direktur Bidang Penindakan dan Pengejaran BNN, Brigjen Pol Benny J Mamoto

Kepala Daerah Wajib Umumkan Nama Honorer

DPR Desak Honorer Diangkat jadi PNS

JAKARTA- Ketidakjelasan kapan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diterbitkan, membuat gemas anggota Komisi II DPR, Chatibul Umam Wiranu.
Politisi Partai Demokrat itu menilai.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) tidak konsisten dengan kesepakatan yang sudah diambil dengan Panja DPR yang melibatkan Komisi II, Komisi X, dan Komisi VIII DPR.

Chatibul menjelaskan, Panja bersama Kemenpan-RB sudah memilah-milah tenaga honorer. Ada yang dikembalikan ke daerah, ada yang diangkat secara bertahap, dan ada yang harus segera diangkat. Nah, honorer tercecer kategori I sudah disepakati segera diangkat menjadi CPNS.

“Sebenarnya BKN tinggal eksekusi. Tapi tiba-tiba muncul kebijakan moratorium penerimaan CPNS yang berlaku hingga Desember 2012. Dengan alasan moratorium ini, sebagian yang sudah diputuskan itu menjadi tertunda,” kata Chatibul, yang mantan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Menurutnya, mestinya tidak ada hubungan antara moratorium CPNS dengan rencana pengangkatan honorer menjadi CPNS. Dia mendesak RPP pengangkatan honorer segera disahkan menjadi PP. “Pokoknya harus diangkat. Jangan atas nama moratorium lantas tak diangkat itu honorer tercecer,” ujarnya.

Hanya saja, dia mengakui memang dalam kesepakatan yang diambil antara Panja dengan pemerintah, tidak disebutkan tenggat waktu pengangkatan tenaga honorer tercecer menjadi CPNS. “Hanya disepakati, pengangkatan secara bertahap (honorer kategori I disusul honorer kategori II), tergantung kemampuan anggaran,” jelasnya. “Tapi sekarang ini sama sekali tidak ada pengangkatan,” cetusnya.

Sementara, untuk moratorium penerimaan CPNS, Chatibul menyatakan persetujuannya. Alasannya, Indonesia saat ini sudah tergolong negara dengan jumlah pegawai cukup besar. Dampaknya, anggaran negara tersedot untuk belanja pegawai.

Menumpuknya jumlah PNS di daerah, menurutnya, terjadi saat mulai diterapkan model pemilukada langsung. Para kepala daerah terpilih seenaknya merekrut CPNS, dengan memprioritaskan para pendukungnya saat pemilukada.
“Kepala daerah mengangkat pegawai, dijadikan semacam barter karena dulu mereka tim suksesnya. Balas jasa politik,” kata Chatibul. (sam)