25 C
Medan
Saturday, December 27, 2025
Home Blog Page 14330

Ciri-ciri Perampok Bersenpi Belum Dikenali

MEDAN- Polresta Medan bersama Polsekta Medan Sunggal mengaku kesulitan dalam mengungkap pelaku perampokan bersenjata api (senpi) yang terjadi di Jalan Sekolah, Desa Purwodadi, Sunggal, Deliserdang, Selasa (29/11) lalu. Pasalnya, setelah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan dari kamera CCTV dari pabrik milik korban Rini (29), penyidik belum juga mengetahui ciri-ciri pelaku perampokan tersebut.

“Masih belum diketahui Mas, agak susah untuk dikenali, karena dari hasil CCTV kedua pelaku menggunakan jaket hitam dan pakai helm full face. Jadi sudah di zoom pun masih belum kelihatan ciri-cirinya. Tapi masih tetap dilakukan semaksimal mungkin,” jelas Kepala Unit (Kanit) Kejahatan dan Tindak Kekerasan (Jahtanras) Polresta Medan AKP Yudi Frianto saat dikonfirmasi, Jumat (2/12) sore.

Dikatakan Yudi, kalau sudah jelas ciri-ciri pelaku, pihaknya akan menyamakan pelaku yang telah menjadi target operasi (TO) untuk mengungkap kasus tersebut. “Nantilah kalau sudah kelihatan ciri-ciri pelaku, rencana akan disamakan dulu dengan pelaku yang sudah jadi TO polisi. Kemudian melakukan penyidikan untuk menangkap pelaku,” ungkapnya.

Sementara itu Kapolsekta Medan Sunggal AKP M Budi Hendrawan mengatakan, dari keterangan empat saksi yang telah diperiksa, belum ada yang mengetahui ciri-ciri pelaku perampokan tersebut. “Kalau dari keterangan saksi, belum ada yang bisa memastikan ciri-ciri pelaku. Karena memang tertutup wajah pelaku,” terangnya.

Sedangkan untuk hasil lima selongsong peluru dan lima proyektil yang disita Polsekta Medan Sunggal, diduga dari senpi jenis FN. Namun, pihaknya tetap akan mencocokkan dengan keterangan dari saksi yang di TKP untuk mengetahui pelaku.(gus)

Tinju PNS Dinkes, Pejabat Eselon III Ditangkap

MEDAN- Seorang pejabat eselon III,  Kasubbag Umum Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut Drs Mansyur ditangkap Unit Jahtanras Polresta Medan akibat meninju dan memaki Penanggung Jawab Administrasi Kepegawaian dan Umum Dinkes Sumut, Hasarul Hayat SKM.

Penangkapan pejabat eselon III itu dilakukan setelah Hasarul melaporkan penganiayaan itu ke Polresta Medan. Setelah menjalani pemeriksaan dan cukup bukti, Polresta Medan, Jumat (2/12) langsung menangkap Drs Mansyur dari kantornya di  Dinkes Sumut di Jalan HM Yamin.

Keterangan yang dihimpun di kepolisian menyebutkan, peristiwa pemukulan itu terjadi, Senin (15/11) sekira pukul 14.25 WIB. Ketika itu, Hasarul Hayat SKM dan tersangka sama-sama berada di ruang tunggu Kepala Dinkes Sumut.

Tapi, ketika Hasarul membuka pintu ruangan kakdis untuk mengantarkan berkas yang akan ditandatangani, tiba-tiba Mansyur langsung  memaki-maki dengan perkataan kasar tanpa ada alasan jelas. Tak senang mendapat makian, Hasarul menanyakan maksud perkataan Mansyur. Spointan, Mansyur langsung meninju kepala Hasarul. Akibat pemukulan itu, kepala Hasarul mengalami luka memar dan membengkak, membuat Hasarul harus mendapatkan perawatan di rumah sakit terdekat.

Usai mendapatkan perawatan, korban langsung membuat pengaduan ke Polresta Medan. Mendatapi laporan ituy, kepolisian langsung menindaklanjutinya, setelah dilakukan pemeriksaan. Kini, Mansyur harus mendekam di Malporesta Medan.

Kasat Reskrim Polresta Medan AKP M Yoris Marzuki Sik melalui Kanit Jahtanras Polresta Medan AKP Yudi Frianto Sik SH ketika dikonfirmasi membenarkan telah mengamankan tersangka oknum Kasubbag Umum Dinkes Sumut.

“Berkasnya sudah ditindaklanjuti, tapi soal penahanan terhadap tersangka, masih dalam proses pemeriksaan. Tunggu hasil penyidikan saja ya, ” ujarnya. (gus)

Gaji Tenaga Honorer RSU Pirngadi tak Sesuai UMK

MEDAN- Sejak ditetapkan sebagai badan layanan umum daerah (BLUD) pada tahun ini, gaji honorer RSU Pirngadi tidak mengalami kenaikan. Parahnya, gaji para pegawai itu di bawa standart kelayakan upah minimum kota (UMK) 2011. Buktinya, ratusan honorer hanya diberi upah mulai Rp500 ribu hingga Rp900 ribu per bulan.

Seperti diutarakan seorang pegawai honorer di rumah sakit milik Pemko Medan, KRS (34). Sejak lima tahun sudah bekerja sebagai pegawai honorer dan diangkat atas SK Direktur RSU Pirngadi hanya digaji Rp900 ribu. Dengan hitungan awal diterima sebesar Rp500 ribu.
“UMK di Medan saja sudah Rp1,17 juta per bulan, kenapa gaji kami dibawah UMK. Seharusnya sudah ada kenaikan lebih,” ucapnya, Jumat (2/12)

Pegawai honorer lainnya, RDS (28) menyampaikan sejak RSU Pirngadi dijadikan BLUD, yang berarti pengelolaan dengan sistem manajemen professional rumah sakit. Ternyata gaji honorer tidak ada perubahan, padahal secara pekerjaan tetap sama dengan pegawai negeri sipil (PNS).
“Kami tetap mengabdi untuk RSU Pirngadi, tapi kami berharap honornya janganlah di bawah gaji buruh pabrik,” sebutnya.

Dia mengaku sebenarnya ingin menyampaikan permintaan kenaikan gaji, hanya saja sebagai pegawai honorer dirinya tahu diri. Bila berbicara atau menyampaikan aspirasi, bisa-bisa dipecat sebagai honorer di RSU Pirngadi dan jadi pengangguran.

“Tahu sendirilah bang, kalau banyak bicara nantinya dipecat. Yah kami bekerja saja untuk pengabdian dan supaya tak berstatus pengangguran,” ujarnya. “Kami berharap supaya Pemko Medan khususnya bias memperhatikan honorer RSU Pirngadi yang digaji rendah ini,” harapnya.

Kasubbag Hukum & Humas RSU Pirngadi Medan Edison Perangin-angin SH MKes mengaku, bahwa gaji honor diberikan sesuai dengan jabatan dan pekerjaannya. Tapi, setelah RSU Pirngadi berstatus BLU, benar salah satunya untuk mensejahterakan para pegawai dan honorer. Dengan status ini, kami hanya bisa menaikkan gaji honorer sebesar Rp100 ribu per tahunnya.

“RSU Pirngadi baru dua bulan menjadi BLU dan ini masih pertimbangan,” ucapnya. “Tolong bilang siapa orangnya yang bilang gajinya rendah. Tunjukkan orangnya, kalau dia (honorer, Red) masih mau kerja lagi,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Komisi B DPRD Kota Medan Khairuddin Salim menuturkan Dirut RSU Pirngadi Medan harus segera mungkin mempertimbangkan masalah pengupahan di rumah sakit tersebut.  Karena setiap pekerja yang ada di Kota Medan ini harus dibayar sesuai dengan UMK, termasuk honorer yang ada di instansi pemerintahan.

Khusus untuk RSU Pirngadi, paparnya rumah sakit milik Pemko Medan itu sudah BLUD, sehingga secara pengelolaannya sudah harus dikelola professional. Namun, kalau Dirut RSU Pirngadi tak bisa merubah gaji tenaga honorer sesuai UMK, melalui Komisi B kami akan pertanyakan hal tersebut. (jon)

Sumut Cetak Dokumen Sekuriti Non Uang

MEDAN-  Perusahaan Umum (Perum) Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) dan Perusahaan Daerah (PD) Aneka Industri Jasa (AIJ) menandatangani kerjasama operasional  (KSO) percetakan Sekuriti Printing Non Uang atau pencetakan dokumen sekuriti non uang.

Penandatanganan itu sebagai bentuk bahwa BUMD di bawah Pemprovsu mampu bersaing dengan perusahaan lainnya di Sumut. Lebih lanjut, BUMD lainnya diminta terus kreatif dan mampu meningkatan pendapatannya.

Demikian disampaikan Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho seusai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) atau perjanjian kerjasama antara PD AIJ dengan Perum Peruri di Bina Graha Pemprovsu, Medan, Jumat (2/12).

“Ini menjadi bukti bahwa BUMD di bawah Pemprovsu bisa bersaing, dengan bentuk kerjasama bersama Perum Peruri ini tentu akan memberi ruang bagi percetakan security printing di Medan untuk wilayah barat. Artinya, harus ada peningkatan profesionalisme di kalangan manajemen PD AIJ yang bisa ditularkan pada BUMD lainnya,” ucapnya.

Dia menambahkan, peningkatan order percetakan kepada PD AIJ di kabupaten/kota, tidak hanya sekuriti printing, tapi percetakan lainnya seperti keperluan kantor dan lainnya.

Direktur Utama (Dirut) Perum Peruri Yunino Yahya pada kesempatan itu mengatakan, kerjasama ini sudah dijajaki sejak tahun 2000, dan dengan berbagai hal baru saat ini terlaksana ditandai dengan penandatanganan MoU ini.

Dikatakannya, langkah awal, Perum Peruri akan menempatkan tim ahli di bidang percetakan sekuriti printing di PD AIJ. Selanjutnya akan dilakukan kerjasama menangani percetakan dokumen wilayah barat Indonesia.

Kerjasama dimaksud, meliputi percetakan sekuriti printing yang selama ini ditangani Perum Peruri, seperti pasport, akte, ijazah dan dokumen lainnya seperti soal-soal ujian CPNS di sejumlah kementerian dan perguruan tinggi.  “Misalkan ada order Perum Peruri, tidak tertutup kemungkinan dikerjakan PD AIJ dengan share keuntungan fifty-fifty,” sebutnya. (ari)

Momentum Refleksi Setahun dan Rencana

Meriahkan Tahun Baru Hijriyah

LANGKAT- Bupati Langkat H Ngogesa Sitepu menyiratkan tahun baru hijriyah momentum merefleksikan setahun telah dilakukan dan rencana tahun ke depan bakalan diperbuat. Layaknya saudagar, dalam hidup kita diajarkan pintar menghitung rugi laba.

“Muhasabah merupakan salah satu upaya pintu menuju kesuksesan hidup,” kata Ngogesa memberikan sambutan di kegiatan dzikir dan tabligh akbar di Masjid Subulussalam, Kelurahan Sawit Seberang, Kecamatan Sawit Seberang, Minggu (27/11).

Ngogesa mengatakan, kesuksesan hidup bagaimana seseorang mampu mengkaji diri untuk menghilangkan perilaku tidak baik dan mempertahankan sekaligus meningkatkan perilaku sudah baik. Nilai hidup, bukan ditentukan seberapa banyak didapat, akan tetapi seberapa banyak telah diberikan.

Al-Ustadz, H M Syukur, bertausiyah menegaskan, dzikir kekuatan ummat Islam dan tidak boleh diabaikan sebagai wujud yakin akan takdir Allah. Pada sisi lain, diingatkan tetap memelihara dan meningkatkan hubungan antara masyarakat dan pemerintah, karena ukhuwah islamiyah menguat bila masing-masing pihak saling menutupi kelemahan.(mag-4)

CBD Polonia Berpotensi Gagal

Perpres No 62 Tahun 2011 Pastikan Polonia Tetap Beroperasi

MEDAN-Perpres No 62 tahun 2011 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan (RTRK) Mebidangro yang dikeluarkan dan diberlakukan mulai 20 September 2011, ditanggapi beragam banyak pihak. Pasalnya, Perpres itu diyakini akan mengubah rencana tata ruang Kota Medan yang disusun Pemko Medan.

Salah satu megaproyek yang terkena imbas langsung bila Perpres ini dilaksanakan adalah pembangunan Central Bisnis Distrik (CBD) Polonia. Perpres No 62 Tahun 2011 mengamanatkan agar Bandara Polonia tetap berfungsi melayani penerbangan dalam dan luar negeri, serta sebagai pangkalan angkatan udara (LANUD). Padahal di sekitar Bandara Polonia sedang dibangun persiapan menjadikan lokasi bandara sebagai pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi.

Ketua Fraksi Partai Damai Sejahtera (PDS), Landen Marbun, langsung mengomentari nasib pembangunan CBD Polonia. “Pemerintah Kota Medan harus tinjau ulang pembangunan CBD Polonia dengan menyesuaikan Perpres yang menjelaskan kalau Bandara Internaional Polonia tetap beroperasi seperti saat ini, walaupun Bandara Kualanamu selesai nanti,” kata Landen Marbun.

Dikatakannya, Perpres itu mengatur fungsi Bandara Polonia tetap beroperasi sebagai bandara internasional dan pangkalan udara TNI AU.

“Tidak dimungkinkan pembangunan CBD dilanjutkan. Apalagi CBD Polonia berencana menjadikan seluruh areal Bandara Polonia sebagai CBD yang memiliki tower yang dapat menggangu penerbangan pesawat. Kita minta Pemko Medan jangan sembarangan mengeluarkan izin mendirikan bangunan,” cetusnya.

Kendati demikian, Landen meminta agar Pemprovsu menggagas evaluasi pembangunan CBD Polonia karena kawasan tersebut merupakan lintas Kabupaten/Kota. “Kita minta keseriusan Pemprov untuk upaya penghentian pembangunan CBD Polonia karena penghentiaan pembangunan CBD Polonia merupakan upaya yang baik,” ujarnya.

Pengamat Perkotaan, Rafriandi Nasution mengatakan, Pemko Medan dan DPRD Medan harus segera menanggapi Perpres No 62 tahun 2011 ini. Jika tidak segera ditanggapi, akan berdampak terhadap perubahan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Medan. Termasuk dampak tidak baik terhadap para investor yang sudah menanamkan investasinya di kawasan Central Bisnis District (CBD). “Perpres itu tidak bisa dianggap sepele, karena itu akan terkait dengan konsep RTRW Medan,” terang Rafriandi.

Dijelaskannya, Pemko Medan sudah memiliki konsep RTRW mengembangkan CBD Polonia saat Bandara Kualanamu difungsikan. Di lahan bekas Bandara Polonia nantinya ada akses jalan tol ke Kualanamu, monorail serta busway sebagai pendukung fasilitas CBD. “Selama ini, itulah mimpi RTRW kota Medan, lalu muncul Perprers. Dengan begitu bagaimana pembangunan CBD ke depan? Apakah mati suri,” terangnya.

Diingatkannya, saat ini sudah 2.500 investor yang menanamkan investasinya di kawasan CBD Polonia. Belum lagi investor yang menanamkan investasinya di kawasan pinggiran Sungai Deli. “Kalau ternyata pembangunan CBD tidak jadi, bisa jadi pengembangnya akan lari atau ada juga yang akan menuntut,” terang Rafriandi.

Oleh karena itulah, kata Rafriandi, maka Pemko Medan dengan dewan harus segera menyikapi Perpres tersebut. Jika tidak segera dikaji, seluruh program seperti tender pembuatan monorail, program-program pembangunan yang telah dilakukan Bappeda di kawasan Polonia, akan hanya menghabiskan uang.

CBD Tetap Dibangun

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan, Syaiful Bahri, menjelaskan kalau fungsi Bandara Polonia di Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Medan Polonia itu dipindahkan ke kawasan lain agar tidak mengganggu pembangunan gedung tinggi dan infrastruktur lain di tengah kota.

Terkait proyek CBD Polonia di sekitar kawasan Bandara Polonia dan kemungkinan proyeknya gagal setelah keluarnya Perpres, Sekda membantah kemungkinan itu. “Jangan cepat kali menyimpulkan gagal, ini masih proses. Dengan fakta yang sederhana, Anda sudah menyimpulkan sesuatu, maka kebijakan itu akan sangat jauh dari sasaran yang sebenarnya,” ungkapnya di gedung Dewan usai mengikuti Paripurna DPRD Medan untuk pandangan Fraksi terhadap Ranperda R-APBD Kota Medan tahun 2012.

Saat disinggung sikap ngotot Pemko Medan agar fungsi Bandara Polonia tetap dipindah ke Bandara Kualanamu, sekda menjawab singkat. “Tidak usah, Anda arahkan saya membuat kesimpulan seperti itu. Kan sudah bisa disimpulkan sendiri dari yang saya katakan itu,” tegasnya sembari tersenyum.

Dikatakannya, dalam sisi pertahanan, Bandara Polonia masih tetap dimanfaatkan. “Angkasa Pura itu mengelola airport sipil (bandara sipil), yang punya bandara polonia itu kan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Itu kan disewa Angkasa Pura dari AURI, pemilik HPL airport itu kan AURI,” jelasnya.

Tapi kalau nanti Bandara Kualanamu beroperasi, status LANUD Polonia itu akan berubah. Pembangunan di kawasan Bandara Polonia dilakukan.

Saat ditanya kemungkinan fungsi Bandara Polonia dan Kualanamu seperti Bandara Sukarno-Hatta dan Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta, Sekda menilai itu hal teknis. Menurutnya, semuanya masih bisa berubah seiring perkembangan jaman dan pembangunan infrastruktur di Kota Medan.

Sekda memaparkan, ketika pihaknya mengadakan rapat dengan Departemen Pertahanan di Jakarta, disepakati untuk mencari pengganti fungsi Bandara Polonia. “Karena yang perlu dibangun itu, (bandara) untuk sipil. Mungkin mereka (AURI) tidak mau lagi digabungkan dengan sipil. Jadi, agar betul-betul tidak mengganggu oleh pergerakan dan aktivitas sipil dan militer. Itu kan masih diperlukan pemikiran lain yang berbeda dari Departemen Pertahanan untuk keamanan dan pertahanan,” jelasnya.

TNI AU Diminta Memilih

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan, seluruh penerbangan sipil yang selama ini beroperasi di Bandara Polonia, nantinya akan dipindahkan ke Bandara Kualanamu. Untuk TNI AU yang selama ini juga menggunakan Polonia sebagai Pangkalan, boleh memilih apakah tetap di Polonia atau ikut pindah ke Kualanamu.
“Nantinya yang masih ada di Polonia itu cuman TNI AU, sebagai Pangkalannya di situ. Tapi terserah TNI AU, mau ikut pindah atau tetap di situ,” terang Direktur Bandara Kemenhub, Bambang Cahyono, kepada Sumut Pos di Jakarta, Rabu (30/11).

Bambang menjelaskan hal itu terkait informasi yang berkembang bahwa nantinya Polonia tetap beroperasi meski Kualanamu sudah dipergunakan. Informasi yang berkembang itu untuk sebagian kalangan dianggap sangat penting lantaran di lahan bandara Polonia dibangun pusat bisnis CBD.

Namun, ada kemungkinan TNI AU juga akan ikut pindah ke Kualanamu, mengingat lahan Polonia sudah diperbolehkan untuk pembangunan CBD. Dari pernyataan Bambang Cahyono terlihat bahwa Kemenhub belum tahu sikap TNI AU ke depan, apakah tetap akan di Polonia atau bergabung ke Kualanamu.(adl/rud/ari/sam)

Pemulangan Haji Selesai

MEDAN- Pemulangan jamaah haji kloter 19/MES yang merupakan kloter terakhir dengan jumlah 343 orang, dijadwalkan tiba di Bandara Polonia Medan, Jumat (2/12) sekitar pukul 02.35 WIB. Para jamaah haji disambut oleh Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, Ketua PPIH Debarkasi Medan Drs H Abd. Rahim MHum, Sekretaris PPIH Drs H Abd Rahman Harahap MA Humas PPIH Debarkasi Medan Sazli Nasution dan para unsur muspida lainnya.

“Pada pemulangan ini sebanyak 58 jamaah berasal dari Aceh. Mereka dipulangkan ke daerahnya dengan pesawat yang ditanggung pihak Garuda. Dengan pulangnya jamaah haji kloter 19/MES ini, maka penyelenggaraan haji tahun ini selesai,” kata Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Medan,” kata Sazli Nasution, Kamis (1/12).
Sebelumnya, pemulangan jamaah haji kloter 18/MES yang berjumlah 441 orang berasal dari Mandailing Natal ditambah 8 orang petugas pusat dan daerah tiba dengan selamat di Bandara Polonia Medan pada Kamis (1/12) sekitar pukul 02.56 WIB. “Jamaah menumpangi pesawat GA 3218 dan disambut oleh Wakil Bupati Madina Drs H Dahlan Nasution dan Sekda Kabupaten Madina HM Daud Batubara MSi serta para unsur PPIH Debarkasi Medan,” urainya.
Sementara itu, Sekretaris PPIH Abd Rahman Harahap mengatakan sebanyak 8500 orang jamaah haji Sumatera Utara yang telah diberangkatkan ke Tanah Suci dari 8234 kuota Sumut. Namun pada pemulangan ini, 8484 jamaah haji pulang dengan selamat ke Tanah Air atau sekitar 99,07 persen dan telah melaksanakan serangkaian proses ibadah haji serta diharapkan menjadi haji mabrur.

“Jumlahnya berbeda, karena pada saat pemulangan ada sebagian jamaah haji yang meninggal di Arab Saudi. Pada pemberangkatan, ada porsi tambahan dari Arab Saudi untuk Indonesia. Jadi jumlah jamaah yang berangkat bertambah. Saat ini ada 3 jamaah haji yang masih dirawat ditanah suci karena menderita suatu penyakit. Biaya perawatannya ditanggung oleh Pemerintah Arab Saudi, jadi diharapkan keluarga jamaah tidak perlu khawatir,” jelasnya.

Menurutnya, 3 jamaah yang sakit tersebut akan dipulangkan pada penerbangan lain pada 10 Desember yang akan datang. “Tapi, jika pada tanggal tersebut, kondisi jamaah belum pulih, maka petugas TPIH Arab Saudi akan mengawasi dan nantinya dikoordinasikan dengan Konjen RI di Jeddah dan dipulangkan dengan pesawat reguler dengan biaya yang ditanggung Pemerintah Indonesia,” urainya.

Dikatakannya, pada pemulangan jamaah haji dari kloter 01/MES hingga kloter 19/MES sama seperti pada saat pemberangkatan tanpa mengalami kendala yang berarti. Nantinya penyelenggaraan haji yang akan datang, akan dibahas pada rapat evaluasi 2012 dalam waktu dekat ini. Diharapkan rapat evaluasi nantinya mampu mengatasi daftar panjang waiting list di Sumut. Selain itu, keistimewaan Debarkasi Medan sendiri yaitu besarnya perhatian para kepala daerah terhadap jamaah haji.

“Alhamdulillah, pemulangan ini tidak begitu banyak kendala yang berarti. Perhatian para Pemko/Pemkab sangat besar. Seperti biaya transportasi dan konsumsi ditanggung serta adanya acara penyambutan dari masing-masing kepala daerah. Memang ada sedikit keterlambatan pada saat pemulangan, tapi ini sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kedepannya, penyelenggaraan haji ini akan terus kita evaluasi,” tegasnya. (mag-11)

Tampil di Pembukaan Mega Medan Fair 2011

Anang dan Ashanty Mesra di Tapian Daya

MEDAN-Anang dan Ashanty kembali menunjukkan kemesraannya di depan umum. Menariknya, kali ini mereka tampil mesra di Medan. Ya, keduanya hadir di pembukaan Mega Medan Fair 2011 di Tapian Daya PRSU Jalan Gatot Subroto Medan, Kamis (1/12) malam.

Tampil dengan lagu pertamanya berjudul ‘Aku Bukan Bang Toyib’, Anang dan Ashanty merasa senang dapat kembali lagi menghibur warga Medan. “Horas Medan, kami senang sekali dapat hadir di Kota Medan. Terima kasih kepada Wali Kota Medan dan Wakil,” kata Anang yang dibalas senyuman Ashanty di atas panggung.

Tak lupa, keduanya menyanyikan lagu ‘Menentukan Hati’ . “Untuk yang berpacaran mari berpegangan tangan. Sekali lagi, Medan Horas,” ucap Anang.

Setelah itu, keduanya melantunkan lagu berjudul ‘Mau Dibawa Kemana’ dan ditutup dengan lagu berjudul ‘Jodohku’. “Semoga berjodoh Kota Medan menjadi Kota Metropolitan, “ ujarnya usai menyalami seluruh pejabat Pemko Medan yang hadir.

Sebelum penampilan, Anang dan Ashanty yang ditemui Sumut Pos di ruang artis mengatakan perkembangan Kota Medan sangat maju. “Hasil perkembangan Kota Medan setelah dua tahun yang lalu saya kemari, sudah sangat maju dan kota yang memiliki letak yang strategis. Diharapkan juga dapat menarik investor untuk ikut membangun Kota Medan yang sangat dekat dengan negara luar seperti Singapura dan Malaysia agar dapat menarik turis lokal dan internasional,” harapnya.

Anang juga mengharapkan agar Kota Medan selalu menjaga kebersihan agar bisa menjadi Kota yang indah. Dikatakannya, karakter masyarakat Medan kasar. “Tapi, memiliki hati yang lembut,” ujarnya.
Ditanya soal kuliner di Kota Medan, Anang dan Ashanty mengaku suka durian. “Kalau makanan yang disukai di Medan ya duriannya. Selain itu, makanan di Medan banyak yang enak-enak,” ucap  keduanya usai berlatih vocal didampingi seluruh kru.

Wali Kota Medan Rahudman Harahap dalam kata sambutannya membuka Medan Mega Fair 2011 mengatakan, Kota Medan akan menyongsong Visit Medan Year 2012 yang akan digelar 1-10 Desember 2011 mampu menjadi kota tujuan wisata. “Di mana Kota Medan menjadi kota tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara, selain itu juga pada Desember 2011 ini Kota Medan akan menggelar even internasional yaitu  Mega Medan Fair,” katanya.

Hadir dalam acara tersebut Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, Staf Ahli Mentri Kordinator Bidang Ketenagakerjaan Arifian Habibi dan Wali Kota Ipoh Malaysia Dato Rosyidi. Acara pembukaan juga dimeriahkan dengan penampilan tarian daerah Kota Medan, band lokal serta kembang api sebagai pembuka acara Medan Mega Fair 2011.(adl)

Rika Loretta, Sembilan Tahun Divonis Positif HIV/AIDS

Bangkit Setelah Terjaring Razia Badan Narkotika Nasional

Mengingat tahun 2002 membuat Rika Loretta miskin kata-kata. Ya, pada tahun itulah dia divonis positif HIV/AIDS. Di saat bersamaan, dia pun harus kehilangan pekerjaannya di Malaysia.

Kesuma Ramadhan, Medan

Rika duduk setengah jongkok di samping toilet Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, di Jalan  Brigjend Katamso, Selasa (30/11) lalu. Saat itu di gedung milik pemerintah tersebut memang sedang ada acara peluncuran buku, artikel, dan kisah penderita HIV/AIDS, buah karya dr Umar Zein dan Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes). “Jangan jauhi penderita HIV, tapi jauhilah penyakitnya,” buka Rika.

Kalimat pendek sarat makna ini dikeluarkannya ketika Sumut Pos mencari tahu latar belakang yang menjadikan Rika positif HIV/AIDS. Sesaat Sumut Pos merasa Rika akan menutup diri. Ternyata tidak. Buktinya, dia mulai bercerita tentang kisahnya.

Awalnya, wanita kelahiran 1976 ini mengaku memiliki kehidupan wajar. Namun, pada 1990-an ketika usia Rika genap 17 tahun, perkenalannya dengan narkoba dimulai. Saat itu, di hari jadinya, sang kakak (seorang pecandu narkoba jenis jarum suntik) menawarkan dirinya untuk mengadakan pesta narkoba. Layaknya lupa akan dunia dan akal sehat, tiga hari berturut-turut Erika terus menggunakan narkoba jarum suntik.

Setelah itu, hidup sebagai pecandu pun terbentuk. Cukup beruntung, Rika memiliki keluarga yang mapan, jadi untuk mendapatkan barang haram itu bukanlah sesuatu yang sulit. “Kalau dulunya ayah saya terbilang memiliki kemampauan finansial yang lumayan sehingga kami tidak terlalu sulit untuk mendapatkan uang buat membeli putaw,” sebutnya.

Hingga pada 1999, Rika mengakui menambatkan hatinya kepada seorang pria setelah berpacaran lima lima tahun. Keduanya melangsungkan pernikahan dengan status sebagai pecandu narkoba. Namun, baru setahun menjalin bahtera rumah tangga, Rrika memutuskan untuk berpisah dengan sang suami karena tak ingin terlarut dalam jurang kehancuran. Dari pernikahan ini, Rika mendapat seorang anak. Sayang, sang pencipta mengambil sang buah hati saat berumur satu hari.

Setelah bercerai, Rika kembali berupaya hidup normal dan kembali ke tengah kehidupan berkeluarga yang selama ini tak pernah dihiraukannya. “Aku memilih bercerai dengan suamiku karena aku gak mau terus terjerumus dalam dunia narkoba. Saat itu yang aku pikirkan bagaimana bisa hidup normal dan diterima kembali oleh keluarga meskipun harus menahankan sakit yang luar biasa akibat sakaw,” ungkapnya.

Ingin mengakhiri penderitaan dari kejamnya dampak narkoba, Rika berusa mengalihkan perhatian dengan memutuskan untuk bekerja sebagai TKW di Malaysia pada 2002, lewat travel milik pamannya. Namun baru beberapa bulan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, penyakit kulit yang tak kunjung sembuh hadir di tengah-tengah kehidupannya.

Saat itu sang majikan memutuskan untuk membawa dirinya menjalani pemeriksaan di sebuah rumah sakit.
Dari pemeriksaan itu, sang majikan mengetahui kalau Rika positif HIV. Tak pelak, Rika langsung dipulangkan tanpa dijelaskan alasannya. Hal ini membuat Rika bingung. Sesampainya di kediaman kedua orangtuanya di Jakarta, Rika baru tersadar jika dirinya dinyatakan positif HIV. Hal ini diketahui setelah ada faks yang sampai ke kantor ayahnya.
Awal mengetahui vonis penyakit yang dideritanya, tak ada kesan takut yang berlebih. Bahkan, Rika hanya bersikap tak acuh, mengingat itu merupakan sebuah konsekuensi yang harus diterimanya. Namun, guncangan psikologis baru dirasakan Rika dua minggu setelah dijatuhi vonis sebagai seorang penderita HIV positif.

Terkesan terasing di keluarga yang masih menganggap tabu penyakit HIV sempat membuat Rika semakin terjerembab dalam lubang kehinaan dan kenistaan. “Saat itu aku seakan terasing, bahkan ayah memilih untuk pindah dari rumah yang biasa mereka tempati. Aku merasa saat itu ayah malu jika tetangga dan masyarakat akan mengetahui penyakitku. Hal itu membuat mentalku semakin jatuh dan mengambil jalan pintas dengan memutuskan kembali untuk menggunakan narkoba,” ucapnya.

Namun seakan mendapatkan sebuah ilham dari Yang Maha Kuasa, pada 2003 Rika terjaring razia yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional. Saat, itu Erika harus menjalani rehabilitasi fisik, mental, dan spiritual lebih kurang dua tahun lamanya.

Di saat-saat masa rehabilitasi, anak ketiga dari empat bersaudara tersebut seakan menemukan kembali dunianya, setelah menjalani rehabilitasi psikologi yang terus mencoba mengembalikan alam sadarnya.
Kesadaran yang semakin tumbuh, menambah kepercayaan Rika untuk bertahan hidup dan mencoba kembali normal dengan memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan swasta. Hal ini tak lain untuk memenuhi kebutuhan obat ARV yang terbilang cukup mahal.

Mengambil hikmah dari pengalamannya, pada 2005 Erika memutuskan untuk  bergabung dalam sebuah lembaga peduli HIV  Medan Plus, yang dikenalkan oleh sang kakak yang juga memiliki riwayat positif HIV. Bahkan, lewat keseriusannya membantu para penderita yang senasib dengannya, pada 2006 Erika bersama sang kakak, memutuskan untuk ke Aceh dan membangun sebuah LSM peduli HIV,  yakni Medan Aceh Partnership selama empat tahun lamanya sesuai masa kontrak.

Begitulah, hari-hari yang memiliki makna dalam hidupnya terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Bahkan pada 2006, Rika seakan mendapatkan kebahagian yang tak ternilai harganya. Dia dipertemukan dengan Sandi, seorang pria yang notabenenya sehat dan tidak berstatus HIV. Sandi memutuskan siap merajut hidup dengan Rika, meskipun harus mengambil resiko yang cukup riskan; tertular HIV.

“Suami saya juga orang yang aktif di beberapa LSM, jadi dia sudah paham akan hal ini. Kendala saya saat itu meyakni kedua orangtua Sandi, namun dengan pendekatan yang cukup lama akhirnya saya diterima dan hidup layaknya orang normal bersama suami,” tutur Rika.

Bahkan di usia pernikahannya yang memasuki lima tahun, sang suami masih dengan status awalnya yakni negatif HIV meskipun telah melakukan berbagai kegiatan bersama hingga kepada hubungan suami isteri. Namun untuk melalui hidup agar tetap terjaga kondisi kesehatannya, Rika membatasi sang suami untuk mendekatinya ketika dirinya sakit maupun sebaliknya.

“Saya rasa saling memahami di antara keduanya adalah kunci hubungan ini tetap bertahan. Karena untuk diketahui HIV tidak mudah ditularkan, bahkan ketika dalam masa subur dan kondisi saya fit kami bahkan pernah melakukan hubungan tanpa alat pengaman (kondom). Alhamdulillah suamiku aman, mengingat penularan HIV dari perempuan ke laki-laki lewat hubungan intim risikonya cukup kecil. Tapi apapun yang terjadi kondom selalu tersedia di rumahku,” ujarnya sembari tersenyum.

Di akhir perbincangan, Rika berpesan kepada masyarakat untuk tidak melakukan diskriminasi kepada para penderita HIV baik lewat media apapun maupu secara langsung. (*)

WNI di Yaman dan Suriah Diminta Pulang

JAKARTA-Pemerintah memberikan warning (peringatan) untuk warga negara Indonesia yang berada di Yaman dan Suriah agar kembali ke tanah air. Langkah itu menyusul tewasnya dua pelajar asal Indonesia di Yaman akibat terkena hantaman roket.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa mengungkapkan, warning diberikan sekaligus karena situasi dalam negeri dua negara tersebut. “Keadaan di Yaman dan Suriah sesuatu yang berkembang dengan penuh ketidakpastian,”n
kata Marty usai mengikuti kunjungan Presiden Republik Federal Jerman Christian Wulff di Istana Merdeka, kemarin (1/12).

Sama saat peristiwa yang terjadi di Mesir, lanjut dia, WNI di Yaman dan Suriah diminta selalu berkomunikasi dengan KBRI untuk memastikan bahwa mereka aman atau mendapat perlindungan. Bahkan, atas instruksi presiden, dubes RI di Damaskus, Suriah, sudah dipanggil untuk melakukan konsultasi. “Ini sebagai wujud keprihatinan kita atas apa yang terjadi di Suriah,” terang Marty.

Menurutnya, jatuhnya pelajar Indonesia sebagai korban tewas di Yaman membuat pemerintah menganjurkan WNI untuk pulang. “Kami akan memberikan bantuan,” katanya. Meski begitu, lanjut Marty, pemulangannya dilakukan secara bertahap, menyesuaikan dengan kondisi terkini.

Mantan dubes RI untuk PBB itu menuturkan, KBRI di Yaman sudah memberikan imbauan untuk kembali ke Indonesia. Kantor perwakilan juga memfasilitasi untuk proses pemulangan. Namun, kata Marty, kadang para pelajar tersebut juga mengikuti arahan dari pimpinan kampus atau lembaga pendidikan tempat mereka menempuh studi.
“Jumlahnya saya tidak hafal (yang sudah dipulangkan), tapi sudah lebih dari puluhan orang yang kembali ke tanah air. Itu dilakukan secara bertahap,” urai Marty.

Seperti diberitakan, dua pelajar asal Indonesia yang menuntut ilmu di Pesantren Darrul Hadist di Provinsi Sa’dah yang berbatasan dengan Arab Saudi tewas di Yaman. Mereka terkena hantaman roket milik kelompok pemberontak berpaham Syiah Zaidiyyah.

Pesantren memang salah satu target militan karena banyak santri yang berasal dari berbagai negara. Akibatnya, sekitar 10.000 santri yang masih terjebak di pesantren tersebut tidak bisa leluasa keluar. Termasuk 100an santri asal Indonesia. (fal/jpnn)