28 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14362

Nggak Ada Bulan Madu, Madunya Sudah Habis

Pernikahan Ketujuh Dalang Manteb ‘Oye’ Sudarsono

Untuk kali ketujuh, dalang kondang Ki Manteb Sudarsono menikah. Bagi dalang yang tenar dengan kalimat Pancen Oye itu, menikah lagi adalah keharusan sebagai tuntutan profesi.

RIKA-ARI WIBATSU, Solo

MASJID Fatimah yang berlokasi di Jalan Dr Radjiman, Solo, Jawa Tengah, Kamis pagi (24/11) cukup ramai. Satu per satu tamu berdatangan dan duduk lesehan di dalam masjid yang dibangun keluarga pengusaha batik Danar Hadi tersebut. Melihat dandanan mereka yang datang, tampaknya, para tamu bukan menghadiri pengajian. Sebab, semuanya kompak ber-dress code acara resmi resepsi.

Ya, mereka memang datang untuk menyaksikan pernikahan pasangan dalang Ki Manteb Sudarsono (63) dan Beni Samsiah (37) warga Karangmojo, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Tidak tanggung-tanggung, itu adalah pernikahan ketujuh Manteb. Sedangkan untuk Sasa, panggilan akrab Beni Samsiah, itu adalah pernikahan kedua.

Sekitar pukul 09.00, prosesi ijab kabul mulai disiapkan. Sasa yang datang belakangan di lokasi pernikahan itu segera dibimbing ke lantai dua Masjid Fatimah. Begitu pula Manteb, yang sejak lama menunggu di lantai 1, tempat akad nikah berlangsung.

Dipimpin Mahmud, penghulu dari Kantor Urusan Agama (KUA) Serengan, Solon
Manteb menyunting Sasa dengan maskawin emas seberat 50 gram. Hadir di acara akad nikah itu, Samsudin Umar, ayahanda Sasa. Acara ijab kabul pun berlangsung cukup lancar. Seolah sama dengan namanya, Manteb cukup manteb dalam menjalankan prosesi ijab kabul yang sakral tersebut.
Tidak ada perasaan grogi atau cemas yang terlihat dari Manteb saat dirinya menunggu prosesi ijab kabul dimulai. Bahkan, sambil menunggu kedatangan mempelai perempuan, Manteb yang mengenakan setelan jas berwarna hitam tersebut terlihat senang.

Senyum senantiasa mengembang di wajahnya saat menyalami satu per satu kerabat dan keluarga yang datang untuk memberikan ucapan selamat. Bahkan, saat berbincang dengan wartawan, dalang yang dikenal lantaran kecepatan sabetan wayangnya di atas panggung itu selalu menjawab pertanyaan dengan guyon. “Wis ora grogi meneh, wong wis tau (Sudah tidak canggung lagi karena sudah pernah menikah, Red),” kata Manteb sambil tertawa.

Manteb menuturkan, pernikahan yang dijalani sekarang bukan sekadar ibadah. Tuntutan profesinya sebagai dalang ruwatlah yang mengharuskannya segera mengakhiri masa menduda. April lalu Manteb resmi bercerai dengan istri keenamnya, Erni. Menurut pakem tinggalan (ketentuan peninggalan) kakeknya yang dijadikannya pegangan, seorang dalang ruwat harus memiliki istri dan tidak boleh beristri lebih dari satu.

“Kalau ada dalang ruwat yang tidak punya istri atau istrinya lebih dari satu, ya monggo. Semua kan nurut bukune dhewe-dhewe. Tapi, buku yang saya pegang mengharuskan dalang ruwat beristri dan tidak boleh lebih dari satu (istri) atau tidak boleh masih joko (perjaka, Red),” ujarnya. “Bukan karena kesusu (tergesa-gesa) saya memutuskan untuk menikah lagi. Tapi, memang tuntutan profesi. Saya perlu orang yang betul-betul mengenal profesi saya dan bisa ngopeni (merawat, Red) saya,” lanjut Manteb, yang juga bintang iklan obat itu.

Soal pilihan yang jatuh ke Sasa, dalang berjuluk Dalang Setan tersebut punya alasan tersendiri. Menurut dia, Sasa merupakan teman istri Manteb, Sri Suwarni. Selama pertemanan itulah, Manteb mengetahui kepribadian Sasa. Perempuan 37 tahun tersebut menjawab setuju dinikahi Manteb setelah lamaran kedua.

“Dia yang membantu ngopeni istri saya yang waktu itu sakit. Mencarikan rumah sakit dan sebagainya. Memang tidak seperti kisah cinta anak muda sekarang. Wong wis tuwa, sing penting pas (sudah tua, yang penting tepat, Red). Saya tanya, aku dampingono, iso ora, dia jawab insya Allah bisa. Ya sudah, akhirnya menikah,” ungkap Manteb.

Manteb juga menceritakan sebuah romantika hidup antara dirinya dan Sasa. Tiga bulan setelah Sri Suwarni (istri kelimanya) meninggal, Manteb mengaku sebenarnya pernah melamar Sasa untuk dijadikan istri. Tetapi, janda satu anak tersebut tak memberikan jawaban. Karena itu pula, Manteb kemudian menikahi Erni.

Namun, biduk rumah tangganya dengan Erni kandas. Mereka kemudian berpisah secara baik-baik. Setelah itu, Manteb langsung mendatangi Sasa lagi. Dia kembali melamar perempuan tersebut. Lalu, lamaran kedua itu diterima. “Sempat saya tanya, mengapa dulu tidak menerima lamaran saya. Dia malah menyalahkan saya yang kesusu menikah dengan perempuan lain,” papar dia. “Padahal, dia juga sebenarnya mau. Tapi, hanya merasa tak enak karena istri saya (Sri Suwarni) yang juga temannya meninggal baru seratus hari. Ibarate, kuburane wae durung garing (ibaratnya, kuburannya saja belum kering, Red). Tapi, aslinya dia nggak menolak,” lanjut Manteb.

Berbeda dengan Manteb, Sasa kemarin cenderung diam. Sesudah ijab kabul, dia tampak sibuk menerima ucapan selamat dan bersalaman dengan para tamu. Meski begitu, dari wajah perempuan yang beruntung menjadi istri dalang kondang itu tampak rona bahagia.

Banyak pihak yang mendoakan pernikahan itu menjadi pernikahan terakhir bagi keduanya. Termasuk, Samsudin Umar. Samsudin merelakan anak sulungnya tersebut dinikahi Manteb setelah melihat kesungguhan dan niat baik dalang itu meminang putrinya. “Saya hanya berharap, itu pernikahan terakhir bagi mereka. Pernikahan yang memberi berkah dunia dan akhirat,” harap Samsudin.

Hal senada diungkapkan oleh rekan sekerja Manteb, dalang Anom Suroto. Anom yang datang dalam resepsi pernikahan sederhana itu mengharapkan Sasa menjadi pelabuhan hati Manteb yang terakhir. Sementara itu, pengacara Muhammad Taufik yang menjadi saksi pernikahan tersebut juga menyatakan bersedia menjadi saksi setelah Manteb berjanji bahwa kali ini merupakan pernikahan terakhir. “Itu harus menjadi the last wedding,” pintanya.

Sayang, tidak ada waktu khusus bagi pasangan tersebut untuk berbulan madu. Kamis sore Manteb sudah harus terbang ke Jakarta lantaran kemarin ada pentas di TMII. Dilanjutkan dengan manggung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. “Ora enek bulan madu, madune wis entek (Tidak ada bulan madu, madunya sudah habis, Red). Setelah ini, ada pekerjaan. Tapi, istri saya akan saya bawa juga,” ujar Manteb, menjawab pertanyaan wartawan.

Tidak banyak tamu yang diundang dalam acara tersebut. Selain keluarga, tamu yang memberikan doa restu adalah rekan kerja Manteb. Termasuk, para niyaga dan sinden yang setia mendampingi Manteb manggung. Enam anak Manteb dan 14 cucunya terlihat mendukung pernikahan ketujuh ayah dan kakek mereka itu.

Lantas, mengapa memilih Masjid Fatimah sebagai tempat ijab kabul? Manteb mengaku sengaja memilih masjid sebagai lokasi ijab kabul. Pemilihan masjid itu, menurut dia, tak lepas dari niatnya untuk bertobat. Dia berharap, pernikahan dengan Sasa tersebut menjadi pernikahan terakhirnya.
“Menikah di Taman Mini (Jakarta) sudah, di rumah juga sudah. Kali ini saya milih menikah di masjid.

Ngiras pantes tak nggo mertobat (sekaligus keinginan untuk bertobat, Red). Mudah-mudahan ini menjadi yang terakhir. Aku ora isin. Iki lelakon sing kudu tak lakoni. Anak putuku nyengkuyung kabeh (Saya tidak malu. Ini merupakan garis hidup yang harus saya jalani. Anak cucu saya, semua mendukung),” tambahnya.(*)

Medan Zona Merah Peredaran Narkoba

Kota Medan menjadi zona merah peredaran narkoba. Pasalnya, segala jenis narkoba tersedia di kota terbesar ketiga di Indonesia ini. Bahkan, setiap bulan panti rehabilitasi narkoba Sibolangit Center selalu over kapasitas dalam menangani masyarakat yang menjadi korban narkoba.

Saat ini saja, panti rehabilitasi ini mempunyai daftar tunggu lebih dari 100 pasien. “Kalau tempat saya yang masuk melakukan rehabilatas banyak. Saat ini masuk daftar tungu rehabilitas. Karena saya mememang membatasi penanggulangan korban narkoba di panti 50 pasien, dan pasien dalam panti didominasi warga Kota Medan,” terang Kamaluddin Pengurus Rehabilitasi Sibolangit Center dan ketua Gerakkan Anti NArkoba, Jumat (25/11) siang.

Dia juga mengatakan, Kota Medan sudah masuk dalam zona merah peredaran narkoba. Untuk itu, dalam memerangi peredaran narkoba, polisi harus membersihkan intitusinya terlebih dahulu. “Sebelu memerangi narkoba, polisi juga harus membersihkan institusinya terlebih dahulu, sebab percuma saja memerangi, tapi intitusinya tidak bersih,” sebutnya.

Ia juga mengatakan, dalam memerangi narkoba di institusi polisi, oknum polisi yang terlibat narkoba harus mengakui kepada komandannya bahwasannya ia menjadi korban narkoba. Sehingga polisi yang mengaku tersebut harus diberi rehabilitasi dan tidak dipecat.

Sementara Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga mengatakan, dirinya akan bekerja keras membekuk pelaku narkoba, mulai pengedar sampai pemakai. Setiap harinya, anggotanya menangkap dua sampai lima pemakai hingga bandar narkoba. Hal ini tentunya untuk menekan angka peredaran narkoba di Medan.

Begitu juga dilakukan Kanit Reskrim Polsekta Percut Sei Tuan AKP Faidir Chaniago mengatakan, setiap minggunya di kawasan hukum Polsek Percut Sei Tuan, ia dan anggotanya berhasil memnangkap para pemakai dan penggunanan narkoba.(gus)

Warga Jalan Turi Demo PTUN Soal SPPBE

MEDAN- Puluhan warga Jalan Turi Medan mendatangi kantor Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Jumat (25/11). Mereka meminta pada PTUN agar membantalkan pembangunan Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) milik PT Petro Grasindo Energi di lingkungan mereka.

Warga Jalan Turi Medan yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Lingkungan dan Pembangunan (MPLP) itu melakukan aksinya sembari melakukan orasi. Dalam orasinya, warga menuntut agar PTUN segera mencabut izin berdirinya SPPBE milik PT Petro Grasindo Energi yang keberadaannya dianggap meresahkan warga sekitar.

Massa MPLM yang dikordinator Bosmen Simamora mengatakan, permasalahan antara warga Jalan Turi Medan Amplas dengan PT Petro Grasindo terjadi sejak Juni 2009 lalu. “Dalam masalah ini PT Petro Grasindo Energi telah menipu warga. Karena saat hendak melakukan pem bangunan, mereka mengaku hanya membangun gudang penampungan tabung kosong,” ujar Simamora.

Menyikapi aksi warga itu, Humas PTUN Medan Elly Sulianto di hadapan massa berjanji akan menindaklanjuti tuntutan masyarakat tersebut. “Kami berjanji akan  menerima dan akan membahas serta mempelajari terlebih dahulu soal batas pengujian izin usaha perusahaan yang bersangkutan,” ujar Elly. (rud)

BRT Jawab Persoalan Lalulintas

Pemko Medan tengah merencanakan pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) dengan jalur alternatif koridor-koridor di inti kota, lingkar luar hingga luar daerah. Di harapkan, BRT ini dapat mengatasi permasalahan transportasi yang terjadi di Medan saat ini. Hal ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan Zulkarnain kepada wartawan Sumut Pos Adlansyah Nasution, kemarin. Berikut petikan wawancaranya.

Apa tujuan dari pengembangan BRT di Medan?
Bus Rapid Transit (BRT) adalah sistem bus yang cepat, nyaman, aman dan tepat waktu dari infrastruktur, kendaraan dan jadwal. Pengembangan BRT ini merupakan salah satu upaya Pemko Medan dalam mengembangkan moda transportasi yang layak bagi masyarakat Kota Medan. Tidak hanya di dalam kota, namun juga ke luar kota. Kita juga akan terus mengembangkan berbagai peraturan pendukung yang dapat memanjakan pihak swasta untuk mempercayakan investasinya di Kota Medan.

BRT itu juga model transportasi lintas daerah dan provinsi. Selain itu, dapat menjadi moda transportasi yang sudah lama diharapkan dan diinginkan untuk mengatasi masalah kemacetan di Kota Medan. Kita berharap Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang sudah ada dibuat pemerintah pusat itu lebih dilengkapi lagi dengan pengembangan infrastruktur daerah dengan kemampuan daerah.

Di mana saja skala pelayanan BRT itu?
Pengembangan BRT ini dengan skala pelayanan Medan, Binjai dan Deli Serdang (Mebidang). Dari hasil studi yang dilakukan, sesuai hasil survei dan permasalahan transportasi yang berkembang, fokus penentuan alternatif awal koridor-koridor BRT Mebidang untuk dalam Kota Medan sebanyak 7 koridor dan 2 koridor menuju luar kota.

Bisa disebutkan, dimana saja 9 koridor BRT ini?
Jalur koridor tersebut antara lain, pertama, Pinang Baris-Guru Patimpus meliputi Terminal Pinang Baris-Jalan Gatot Subroto-Jalan Guru Patimpus. Kedua, Brigjend Katamso-Yos Sudarso meliputi Jalan Brigjen Katamso-Jalan Pemuda-Jalan Achmad Yani-Jalan Balaikota-Jalan Puteri Hijau-Jalan Yos Sudarso (Simpang Brayan). Ketiga, Amplas-Irian Barat meliputi Terminal Amplas-Jalan Sisimangaraja-Jalan Cirebon-Jalan Irian Barat). Keempat, Perintis Kemerdekaan-Kuala Namu meliputi Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan HM Yamin-Jalan Letda Sudjono-Kuala Namu. Kelima, Jamin Ginting-Raden Saleh meliputi Jalan Jamin Ginting-Jalan S Parman-Jalan Kapten Maulana Lubis-Jalan Raden Saleh. Keenam, Asrama-Kolonel Bejo meliputi Jalan Asrama-Jalan Kapten Sumarso-Jalan Helvetia (Bay Pass)-Jalan Pertempuran-Jalan Pertahanan-Jalan Cemara-Jalan Kol Bejo. Ketujuh, AH Nasution-Pinang Baris meliputi Jalan AH Nasution-Jalan Ngumban Surbakti-Jalan Flamboyan Raya-Jalan Sakura Raya-Jalan TB Simatupang-Terminal Pinang Baris. Kedelapan, Terminal Binjai-Terminal Pinang Baris meliputi Jalan Medan-Binjai dan kesembilan, Terminal Amplas-Terminal Lubuk Pakam meliputi Jalan Medan-Lubuk Pakam.

Lalu, bagaimana untuk pengembangan koridor tersebut?
Untuk pengembangan sembilan koridor BRT ini juga perlu dilakukan perencanaan lebih teknis. Sebab, dalam pelaksanaan teknisnya juga perlu dilakukan Desaign Engenering Detail (DED) terhadap struktur pembangunan fisik bangunan. Master Plan ini kan kita persiapkan untuk perencanaan lebih teknisnya. Karena selama ini hanya perencanaan berupa omongan saja. Kalau master plan ini, perencanaannya yang sudah pasti hanya saja tinggal bagaimana implementasinya ke depan. Karena perencanaan ini tinggal menyusun bagaimana sumber pembiayaannya dan teknis pelaksanaannya melalui DED yang disusun.(*)

Pulanglah Nak…

Sejak 25 Juni 2011 lalu, Limsar Simbolon (16), pergi meninggalkan rumah. Hingga kini sang ibu tidak mengetahui dimana keberadaan putra tercintanya ini “Kami sangat merindukan dan sangat mengkhawatirkan keadaannya,” ujar Br Hombing ibunda Limsar saat ke redaksi Sumut Pos, Jumat (25/11).

Disebutkan Br Hombing yang sehari-hari berdagang buah di Pasar Simpang Limun Medan ini, sejak meninggalkan rumah, Limsar tidak pernah memberi kabar. Dugaan Br Hombing, Limsar yang baru saja tamat SMP saat itu sengaja meninggalkan rumah karena sebelumnya sempat kena marah oleh sang ayah.

Beberapa informasi yang diterimanya menyebutkan, kalau Limsar ikut anak-anak jalanan menjadi pengemis.  “Tapi sudah saya cari ke beberapa tempat mangkal anak jalanan seperti di persimpangan lampu merah, bahkan sampai ke Belawan tetapi tidak ketemu. Ada juga yang menginformasikan anak saya saat ini jadi pengemis di Dumai,” ujar Br Hombing.

Karenanya, Br Hombing berharap, bagi yang mengetahui keberadaan Limsar segera menghubunginya di alamat Jalan Garu I Gang Durian II Nomor 4, Simpang Limun Medan. Atau telepon 082161737583. “Mungkin dia takut untuk pulang. Pulanglah Nak, mamak sama bapak tidak akan marah. Kakak dan adik-adikmu juga sudah sangat rindu,” lirihnya.(sih)

Curi Beras Demi Keluarga

Tak punya uang untuk membeli beras, Zulfahmi Ginting, warga Jalan Rumah Sakit Kusta, Kelurahan Sicanang, Medan Belawan, nekat mencuri beras di toko sembako di Jalan Kapten Muslim, Medan Helvetia. Akibatnya, kini dia duduk di kursi pesakitan Pengadilan Negeri Medan dan dituntut 1 tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Ceritanya, pada 4 Agustus lalu, Zulfhami mendatangin toko sembako di Jalan Kapten Muslim berpura membeli susu dan rokok sehingga Fenny, penjaga toko tak curiga.
Di saat Fenny sibuk mengambil barang yang dipesan itu, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek ini langsung mengambil satu goni beras berukuran 10 kg dan membawanya kabur.

Fenny yang mengetahui aksi Zulfahmi, langsung memberitahukan kepada ayahnya, Suparno. Saat ditangkap, Zulfahmi berkilah kalah beras tersebut dibelinya dari toko yang ada di depan toko tersebut. Tak mau terima mentah-mentah jawaban Zulfhami, Suparno langsung mengkroscek ke pemilik toko yang ada di depan. Ternyata pemilik toko itu membantah penjelasan Zulfahmi.

Usai pembacaan tuntutan, terdakwa hanya memohon keringanan kepada hakim. Sebab, dia mengaku terpaksa mencuri 10 kg beras itu lantaran tak punya uang dan beras itu untuk makan bersama nenek dan orangtuanya. “Waktu itu saya hanya mengantongi uang Rp25 ribu,” ucapnya.

Selain itu, Zulfahmi juga mengaku sudah lama tak bekerja sebagai penarik ojek, karena sepeda motornya telah dicuri orang. Atas perbuatanya tersebut ia ditahan di Rutan Tanjung Gusta Medan dan telah menjalani kurungan 4 bulan.(mag-2/smg)

Disdik Dituntut Sejahterakan Guru

MEDAN- Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Ibnu Hajar Damanik berharap Dinas Pendidikan di setiap daerah di Sumatera Utara mampu membenahi dan menyempurnakan manajemen kepada para guru. Hal tersebut dilakukan demi menghasilkan dan memaksimalkan sumber daya manusia yang telah dimiliki guru.

Demikian disampaikan Prof Ibnu Hajar Damanik ketika ditanyai mengenai pandangan dalam pelaksanaan hari guru ke 66 yang jatuh pada Jumat (25/11).

“Jika ini terealisasi, para guru bisa semakin dihargai di mata masyarakat dan tentunya pahlawan tanpa tanda jasa ini bertambah kreatif menyampaikan banyak ilmunya kepada peserta didiknya,” sebutnya Dia juga mengatakan, peran dinas pendidikan yang berfungsi sebagai pemegang manajemen guru harus bisa meningkatkan profesionalismenya. Menurutnya, salah satu cara memberikan hak guru melalui bantuan yang disampaikan oleh program pemerintah.

“Baik itu dana BOS, dana sertifikasi dan lainnya. Sehingga para guru mampu menjalankan kewajibannya selaku pendidik tanpa memikirkan dan mempertanyakan mengenai haknya yang belum didapatkannya,” katanya.

Dinas Pendidikan, lanjutnya, harus menjalankan fungsi dan perannya dengan sempurna, dan semuanya dilakukan demi mewujudkan peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan para guru.

Ibnu menegaskan, seriusnya progam pemerintah untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia kiranya dapat berhasil kalau didukung oleh memantapan oleh Dinas Pendidikan. Di samping itu juga, para guru dituntut terus bisa menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya.

Karena sejauh ini menurutnya, banyak orangtua murid yang memuji kinerja guru yang memberikan pendidikan kepada anaknya. Artinya, perlahan tapi pasti para orangtua menggantungkan harapan yang besar di tangan para guru.

Maka dari itu, yang menjadi hak guru kiranya tidak dipersulit dalam penyaluran oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/kota di Sumut.

Sementara itu pengamat Psikologi Sosial Unimed DR Rajab Lubis menyebutkan, kini profesionalisme guru terus dibentuk oleh pribadi sang guru. Meskipun masih dalam pengupayaan belum maksimal namun hal ini menunjukkan etikat baik dari perubahan wajah pendidikan Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

“Hal ini jelas terlihat semenjak adanya regulasi sertifikasi para guru. Oleh karenanya banyak guru yang pintar dan berusaha menunjukkan standarisasi dari pekerjaannya sebagai tenaga pendidik yang menjadi teladan siswa-siswanya. Kemudian guru juga dituntut bisa menghargai dirinya selaku guru,” ungkap Rajab. (uma)

4.500 Warga Disidang di PN Medan

Hasil Operasi Tertib Lalulintas

MEDAN- Sebanyak 4.500 warga yang kena tilang oleh Tim Gabungan Polresta Medan, Dishub Medan, Satpol PP dan TNI, mulai menjalani sidang di Ruang Chandra I dan II lantai dua gedung Pengadilan Negeri Medan, Jumat (25/11). Sidang tersebut dipimpin dua hakim yakni Jonny Sitohang dan Suhartanto.

Masyarakat yang menjalani sidang kebanyakan pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran lalulintas karena tidak menyalakan lampu utama kendaraan pada siang hari. Sedangkan denda tilang berpariatif, mulai Rp20 ribu hingga Rp100 ribu.

“Ya, denda tilang berpariatif, melihat pasal dan pelanggaran yang dilakukan si pengendara sepeda motor,” kata Humas Pengadilan Negeri Medann Achmad Guntur kepada wartawan, Jumat (25/11).
Guntur mengatakan, masyarakat yang mengikuti proses persidangan tilang tidak boleh diwakilkan. “Pengambilan tilang tidak boleh diwakilkan oleh orang lain. Si pengendara yang kena tilang itu sendiri yang mengikuti proses persidangan,” ujarnya.

Sementara itu, Bayu Subronto, mahasiswa Panca Budi Medan Fakultas Hukum yang ikut menjalani sidang mengaku kecewa dengan sikap aparat kepolisian yang melakukan tilang. Menurutnya, aparat kepolisian dinilai belum melakukan sosialisasi terhadap para pengendara sepeda motor di Kota Medan.

“Buktinya, kebanyakan yang kena tilang karena tak menyalakan lampu pada siang hari. Berarti, selama ini petugas kepolisian kurang melakukan sosialisasi terhadap masyarakat. Masyarakat hanya diimbu menyalakan lampu, namun lampu apa yang dinyalakan kita tidak tahu. Sementara itu, polisi yang melakukan penilangan juga tidak pernah menunjukan surat tugas dalam melakukan razia,” tegas Bayu.

Menurutnya, tindakan kepolisian yang tak menunjukkan surat tugas dalam menggelar razia, telah melanggar Peraturan Pemerintah (PP) tahun 1992 yang isinya, apabila seorang petugas kepolisian menggelar razia, harus ada menunjukan surat tugas dari pimpinan, agar jelas razia ataupun sosialisasi yang dilakukan.

“Mereka yang menggelar razia, baik secara kelompok ataupun individu tidak dapat menunjukan surat tugas dari pimpinannya. Saya juga tidak tahu atas dasar kesalahan apa saya ditilang, karena saya menghidupkan lampu saat ditilang,” ujarnya kesal.(rud)

Raksasa Pantang Ternoda

Getafe v Barcelona

MADRID-  Barcelona masih belum terkalahkan hingga jornada ke-12 Liga Primera. Barca-julukan Barcelona kemungkinan masih belum terbendung saat mereka berlaga di pekan ke-13 dini hari nanti WIB. Ini lantaran Barca hanya akan menghadapi Getafe di Coliseum Alfonso Perez (tayangan langsung TV One pukul 04.00 WIB).

Ada sejumlah fakta yang membuat Getafe sulit menjadi tim pertama yang bisa menaklukkan Barca.  Yakni, buruknya kinerja tim asuhan  Luiz Garcia Plaza tersebut.  Getafe baru meraih tiga kemenangan dalam 15 laga terakhir.  Di ajang Liga Primera, Getafe baru meraup 10 poin. Ini membuat Getafe tercatat sebagai klub dari kota Madrid yang menorehkan start terburuk di Liga Primera.

Kans untuk menodai catatan tak pernah kalah tim tamu makin berat lantaran mereka tak bisa menurunkan Pedro Leon.  Gelandang pinjaman dari Real Madrid itu mengalami cedera lutut serius. Sektor tengah makin keropos menyusul absennya Abdel Barrada yang terkena skors.  Meski demikian, bomber Getafe Nicolas Ladislao Fedor Flores atau yang akrab disapa Miku tetap optimistis dengan peluang timnya.

“Tentu, Anda harus respeks pada rival sekelas Barcelona.  Mereka punya banyak pemain berkualitas dan telah memenangkan banyak trofi,” papar Miku kepada Reuters.
“Namun, satu tim bisa mengalahkan tim lain. Tak ada tim yang tak terkalahkan.  Keberuntungan adalah yang paling fundamental,” ujar pemain timnas Venezuela itu.

Faktor kelelahan pemain Barca juga menjadi handicap yang bakal dimanfaatkan kubu Getafe.  Rabu lalu (23/11), Barca baru saja melawat ke San Siro melakoni partai krusial melawan AC Milan di ajang Liga Champions. Meski berhasil meraih kemenangan 3-2, Josep Guardiola selaku entrenador mengakui kalau timnya harus mengerahkan segenap energi untuk menaklukkan jawara Serie A musim lalu tersebut.

“Saya tidak ingin bertemu Milan lagi, karena mereka sekarang memang lebih baik.  Menurutku, sepak bola Italia punya kelas yang tinggi,” papar Guardiola.  (ham/bas/jpnn)

Tak Senang, Silakan Out

Pelatih Liverpool, Kenny Dalglish, tak mau mempertahankan pemain yang sudah tak senang lagi di timnya. Bagi mereka yang tak terima dicadangkan, King Kenny membuka pintu keluar dari Anfield.
Kebijakan rotasi yang diterapkan oleh Dalglish membuat sejumlah pemain bintang The Reds tak selalu jadi starter. Bahkan, pemain-pemain mahal seperti Andy Carroll, Stewart Downing, dan Jordan Henderson pun seringkali memulai pertandingan dari bangku cadangan.

Dalglish menyadari betul bahwa tak semua pemain bisa menerima kebijakan rotasi. Pria asal Skotlandia ini pun sudah siap untuk melepas pemain-pemain yang keberatan dengan hal tersebut demi menjaga keseimbangan tim.
“Kekuatan skuad selalu terletak pada mereka yang tidak bermain. Dari situlah Anda mendapatkan sukses,” ungkap Dalglish di Soccernet.

“Memang sulit bagi mereka yang tak bermain. Sulit menjaga mereka tetap termotivasi dan berkembang,” sambungnya. “Jadi, kalau mereka datang dengan sikap baik dan tidak bersungut-sungut saat pergi, itu akan sangat membantu buat semua orang. Kalau mereka tak berkomitmen untuk bermain, itu tak akan jadi masalah saya, tapi  masalah mereka.” pungkasnya.  (net/jpnn)