25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14460

Hakimnya yang Harus Diperbaiki…

Pro-kontra Tentang Ide Pembubaran Pengadilan Tipikor di Daerah

Pembubaran pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) di daerah dinilai bukan merupakan solusi atas buruknya kualitas putusan yang telah terjadi. Setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menolak usulan pembubaran pengadilan Tipikor di daerah, sejumlah fraksi di DPR RI juga melontarkan penolakan yang sama.

JAKARTA – “Untuk saat ini, kami tidak setuju dihapus,” kata Nasir Jamil, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di Jakarta, kemarin (7/11).

Gagasan pembubaran pengadilan tipikor daerah pernah dilontarkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Bak gayung bersambut, usulan itu juga diamini oleh Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin. Amir menilai, pengadilan Tipikor cukup digelar di Jakarta sebagai pusat ibukota negara.

Menurut Nasir, permintaan penghapusan pengadilan tipikor daerah lebih disebabkan kekecewaan masyarakat dengan sejumlah vonis bebas terhadap terdakwa koruptor. Hal ini merupakan kritikan keras terhadap akuntabilitas dan transparansi di pengadilan tipikor. “Meskipun memang putusan bebas ini bukanlah hal yang aneh,” ujar Nasir.

Jika memang putusan itu terdapat indikasi suap, Nasir menilai hal itu bisa diselidiki oleh Komisi Yudisial. Dirinya mendesak agar KY dan Mahkamah Agung untuk melakukan evaluasi dan menyelidiki keputusan bebas tersebut. “Evaluasi dulu, hasilnya bisa untuk pertimbangan perlu tidaknya pengadilan tipikor, atau mencari alternatif lain,” ujarnya.

Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Lukman Hakim Saifudin menilai pembentukan pengadilan tipikor di daerah yang terlalu banyak menimbulkan kontrol yang sulit. Menurut dia, PPP saat pembahasan pembentukan pengadilan tipikor daerah mempertimbangkan agar tidak di setiap daerah, namun dibentuk dalam sistem region.

“Format pengadilan tipikor daerah saat ini kan kemauan pemerintah, kalau mau dibubarkan terlalu jauh,” ujar Lukman di gedung parlemen.

Menurut Lukman, langkah yang paling tepat adalah melakukan eksaminasi atas putusan hakim. Dalam hal ini, yang boleh menguji putusan hakim adalah pengadilan di atasnya. “Tidak harus putusan hakim, tapi juga proses penuntutannya, sampai kita menemukan masalahnya dimana,” ujarnya.

Bisa jadi, kata Lukman, rendahnya kualitas pengadilan tipikor daerah bisa jadi disebabkan anggaran yang kurang. Maka dari itulah, diperlukan langkah eksaminasi. “Ide langsung bubar ini menurut saya tidak arif, selidiki dulu,” tandasnya.
Wakil Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golongan Karya Azis Syamsuddin juga menolak ide pembubaran Pengadilan Tipikor di daerah. “Tidak (setuju), karena pembentukannya oleh UU,” ujar Aziz.

Menurut Azis, lahirnya keputusan hakim tidak bisa dilihat tunggal. Ada proses panjang yang utuh sejak dimulainya penyidikan sampai penuntutan dan proses sidang. “Ini harus kita garis bawahi terhadap rangkaian proses projustisia (penyidikan, penuntutan) dan fakta hukum yang berkembang di dalam persidangan serta keyakinan Hakim dalam membuat keputusan,” tandasnya.

Anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Martin Hutabarat menambahkan, dirinya juga tidak sependapat jika pengadilan tipikor di daerah dibubarkan. Dia sependapat dengan usulan sebaiknya pengadilan tipikor dibentuk dalam region-region tertentu untuk memudahkan pengawasan. “Saya melihat provinsi kecil seperti Babel (Bangka Belitung), Sulawesi Barat atau Gorontal belum memerlukan,” ujar Martin.

Jika pembentukan pengadilan tipikor dibentuk di region tertentu, jumlahnya tentu tidak sebanyak saat ini. Menurut Martin, ketentuan itu memerlukan sebuah revisi dari UU tipikor. Namun, jangan sampai nanti momentum untuk melakukan revisi digunakan untuk membubarkan pengadilan tipikor daerah seluruhnya. “Merevisi bukan berarti menghapuskan, dibuat dulu regional, lalu dikaji kembali urgensinya,” tandasnya.

Wakil Ketua DPR Pramono Anung mengatakan dibandingkan pengadilan umum biasa, keberadaan pengadilan tipikor di daerah masih menjadi harapan publik. Kalau ada pengadilan tipikor yang membuat putusan berbeda dari tuntutan, lanjut dia, tentunya ini yang salah bukan pengadilan tipikornya.

Pram begitu Pramono Anung biasa disapa menduga hakim tertentu telah membuka ruang “pendekatan” yang selama ini tidak pernah terjadi di pengadilan tipikor pusat. “Makanya, yang harus diperbaiki para hakimnya. Bukan membubarkan  pengadilan tipikor di daerah,” ujar politisi PDIP, itu. Dia mendorong adanya evaluasi menyeluruh terhadap Mahkamah Agung (MA) terkait kebijakan besar dalam menempatkan hakim di pengadilan tipikor daerah. (bay/pri/jpnn)

Bekal Mental Baja

JAKARTA- Carut marut PSSI dan kompetisi nasional tak berpengaruh kepada timnas U-23 yang disiapkan untuk SEA Games 2011. Di laga perdana cabang olahraga sepak bola, Timna U-23 membuktikannya dengan torehan setengah lusin gol ke gawang Kamboja, di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta kemarin malam.

Pada babak pertama, Titus Bonai, Gunawan Dwi Cahyo, dan Patrich Wanggai (dua gol)  membuat Garuda Muda berpesta 4-0 di babak pertama. Hasil yang meningkatkan kepercayaan diri tim asuhan Rahmad Darmawan.  Di paruh kedua laga, Andik Vermansyah dan Ramdani Lestaluhu yang masuk sebagai pemain pengganti menambah keunggulan Indonesia menjadi 6-0.

Kemenangan itu tentu saja berdampak pada posisi Indonesia di klasemen sementara grup A dengan menduduki puncak. Malaysia dan Singapura yang sebelumnya berbagi hasil imbang 0-0 ada tepat di bawah Indonesia dengan poin masing-masing satu. Di partai selanjutnya, Indonesia akan menghadapi Singapura, Jumat (11/11) ini.

Pada laga itu, Indonesia benar-benar menguasai jalannya pertandingan. Sejak awal, peluang demi peluang sudah dimiliki Ferdinand Sinaga dkk.

Tapi gawang Indonesia bergetar pada menit 19. Namun, hakim garis sudah mengangkat bendera tanda offside. Serangan balik cepat dari Kamboja nyaris saja berbuah fatal untuk Indonesia yang terlalu asyik menyerang. Hingga usai babak pertama, keunggulan 4-0 tak berubah dengan penguasaan bola yang dikuasai penuh oleh Indonesia.
Di babak kedua, Kamboja  mencoba menyerang. Tapi sayang, Indonesia tampak lebih tangguh dari skuad mereka. Dua gol lagi dikemas untuk melengkapi hasil 6-0. (bbs/jpnn)

Malaysia Imbang, Timur Leste Menang Lagi

JAKARTA- Peraih medali emas sepak bola SEA Games sebelumnya, Malaysia gagal meraih angka penuh ketika menghadapi Singapura di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta kemarin. Kedua tim bermain imbang 0-0.

Hasil ini membuat kedua tim hanya berbagi poin 1. Dengan modal mempertahankan medali emas, tentu ini modal yang kurang menguntungkan bagi Malaysia, yang masih harus menghadapi laga berat menghadapi Thailand dan Indonesia serta Kamboja.

Sementara itu,  Timur Leste kembali meraih kemenangan. Kali ini korbannya Filipina yangmereka kalahkan 2-1 di Stadion Lebak Bulus Jakarta sore kemarin.

Timor Leste berhasil memimpin saat pertandingan baru berjalan 18 menit. Murilo Ribeiro de Almeida membuka skor setelah berhasil meneruskan umpan silang dari Antonio Marcos Sousa.

Jose Elmer Porteira membawa Filipina menyamakan kedudukan menjadi 1-1 di menit 37. Diawali dari umpan silang mendatar Patrick Henrichsen, Porteira merobek jala Timor Leste dengan sontekan.

Timor Leste kembali unggul 2-1 melalui Diogo Santos Rangel dengan gol cepat di tiga menit setelah kick off babak kedua. Saat tertinggal, Filipina semakin gencar melakukan penyerangan. Akan tetapi, hingga pertandingan berakhir Filipina gagal mencetak gol balasan dan Timor Leste berhak atas kemenangan.

Dengan tambahan tiga poin, Timor Leste kini memuncaki klasemen grup B sementara dengan enam poin.  (bbs/jpnn)

Syamsir – Johan Juansyah Terpental

JAKARTA – Tujuh nama yang terpinggirkan dari tim SEA Games akhirnya terkuak juga. Mereka yang dengan sangat terpaksa tidak masuk skuad karena batasan kuota itu adalah Rivki Mokodompit, Jajang Sukmara, Zulham Zamrun, Joko Sasongko, Ngurah Wahyu, Syamsir Alam, dan Johan Juansyah.

Sebelum nama-nama ini keluar, pelatih timnas U-23 Rahmad Darmawan mengaku bingung memutuskan siapa yang harus ‘dikeluarkan’ Sebab kualitas pemain merata. Yang agak sedikit mengejutkan adalah outnya Johan Juansyah. Pemain yang baru saja teken kontrak dengan Persija Jakarta (versi Ferry paulus) itu pernah disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kapten tim bersama Yongky Aribowo dan Egy Melghiansyah.

Untuk Syamsir Alam, sinyal jika pemain yang saat ini berkostum Penarol Junior (Uruguay) itu bakal tidak masuk skuad sudah bisa diprediksi sebelumnya. Salah satu faktornya adalah pemain yang sebelumnya berguru bersama tim SAD (Sociedad Anonima Deportiva) itu baru bergabung sekitar tiga pekan sebelum SEA Games dimulai. Sedangkan para pemain lain  sudah bergabung dengan tim sejak tiga bulan silam.

Meski namanya harus terpinggirkan Syamsir Alam bisa menerima dengan lapang dada. (ali/jpnn)

Persebaya Rilis Tim ke IPL

SURABAYA – Persebaya serius untuk bermain di Indonesia Premier Leagus (IPL) 2011-2012. Tim berjuluk Green Force itu akan berniat mengumumkan tim pada Minggu (13/11) nanti di Gelora 10 Nopember.

Menurut Llano Mahardhika, CEO PT Pengelola Persebaya, tak banyak perubahan tim yang akan diumumkan pada Minggu nanti dibandingkan yang berlatih bersama Divaldo Alves. “Kami tinggal menanti satu striker, tapi saya belum dapat memastikan pemain itu,” kata Llano.

Seperti diketahui barisan pemain Persebaya masih kekurangan di lini depan. Saat ini baru ada dua striker, Andrew Barisic dan Miko Ardianto. Barisic belum bsia tampil maksimal karena sedang dalam masa pemulihan cedera lutut kanan. Llano mengincar Rishadi Fauzi, striker Persita Tangerang yang pernah bergabung di seleksi timnas U-23. Namun kondisinya juga sedang tak maksimal, dia dibekap cedera ligamen.

Persibo menjadi alternatif setelah keinginan beruji coba dengan tim nasional (timnas) senior dipastikan tak terwujud. Begitu pula dengan turnamen segitiga kontra dua tim Malang, Arema dan Persema.

Sejak tim dipoles, Persebaya memang belum sekalipun menggeber uji coba yang serius. Sesekali DIvaldo berinisiatif menguji pemain dengan tim-tim internal PSSI Surabaya yang memiliki kelas jauh di bawah Green Force. Kini tim sudah nyaris lengkap dengan kedatangan Alexandre da Silva Mariano alias Amaral dan Mario Karlovic di sektor tengah. Mereka menambah M. Taufik, Andik Vermansyah, Rendi Irawan, serta Feri Ariawan. (vem/jpnn)

Biaya Sea Games Naik Sepuluh Persen

JAKARTA- Terlambatnya pengucuran dana dari Kemenpora ke Inasoc bukan hanya mengganggu persiapan Cabor. Inasoc juga mesti bekerja keras dengan berbagai biaya yang melambung akibat lambatnya pencairan dana itu. Di antaranya ialah mengenai biaya pengiriman barang-barang. Ketua Harian Inasoc Rahmat Gobel menyatakan, keterlambatan itu membuat pihaknya mesti pintar-pintar menyiasatinya.

“Semua biaya meningkat di kisaran 10 persen. Ini adalah efek domino dari keterlambatan pengucuran dana itu,” terang Rahmat saat ditemui setelah peluncuran logo Garuda Indonesia sebagai official air line SEA Games di Bandara Soekarno- Hatta kemarin (7/11).

Naiknya pembiayaan itu salah satunya terkait dengan sistim transportasi. Rahmat menyatakan, pihaknya bisa menggunakan kapal untuk mengangkut barang jika waktunya masih longgar. Namun, karena pengucuran dana terlambat, Inasoc mau tak mau mesti menggunakan pesawat terbang. Hal itulah yang membuat pihaknya kalang kabut. Terutama mengenai pertanggung jawaban.

“Karena itu kami akan mendesak untuk diadakan rapat pembahasan mengenai hal tersebut. Rapatnya harus sebelum SEA Games. Dengan begitu, diharapkan tidak ada lagi permasalahan setelah SEA Games,” ucap Rahmat.
Pembahasan tersebut mutlak digelar dalam waktu dekat. Dengan begitu, tidak akan ada lagi gonjang-ganjing setelah SEA Games usai. (ru/jpnn)

PGSI Target Enam Emas

JAKARTA- Masalah persiapan silih berganti menerpa PB PGSI menjelang SEA Games 2011. Setelah urusan matras selesai, kali ini giliran Light Emitting Diode (LED) yang menjadi kendala. Hingga kini PB PGSI belum juga menerima LED dari Inasoc. Padahal cabor gulat sendiri akan mulai dipertandingkan di Gedung Serba Guna Jakabaring, Palembang pada 14 November mendatang.

“LED ukuran 3,4 itu yang kami minta kepada Inasoc. Kalau untuk matras memang sudah selesai. Mereka sudah memberikannya kepada kami. LED itu juga sangat urgent untuk mengantisipasi berbagai hal setelah pertandingan usai,” terang  Sekretaris Jenderal PB PGSI Dody Iswandi kemarin (7/11).

Dia menambahkan, LED tersebut bisa menjadi sarana untuk melihat rekaman pertandingan jika ada salah satu pihak yang tak puas dengan keputusan wasit. Dengan begitu, Panpel ataupun Dewan Hakim punya bukti yang bisa dijadikan landasan berargumen.

PB PGSI pun mendesak Inasoc untuk mewujudkan pengadaan barang tersebut sebelum 10 November mendatang. Pasalnya, saat itu Delegasi Gulat Asia akan melakukan peninjauan. PB PGSI tentu tak ingin kehilangan muka karena dianggap tak siap menghelat even internasional.

“Yang juga kami kritisi adalah minimnya umbul-umbul di sekitar venue gulat. Kalau tak ada umbul-umbul, bagaimana masyarakat bisa tahu dan mau menonton. Kalau tak ada yang menonton, sama saja bukan tuan rumah,” sesal Dody. (ru/jpnn)

PSMS Butuh Deposit Rp10 M

MEDAN-Kesepakatan atau MoU antara pihak PSMS dan konsorsium masih sebatas persetujuan home base, penetuan CEO dan pengawasan keuangan. Hingga saat ini pihak PSMS dan konsorsium masih terus berkoordinasi untuk mencari kesepakatan dalam membawa klub berjuluk Ayam Kinantan ini berlaga di kompetisi IPL dalam waktu dekat.

Pelaksana teknis PSMS Iswanda Nanda Ramli menjelaskan, setelah ia dan pelaksana teknis PSMS lain Benny Tomasoa berangkat ke Jakarta menemui konsorsium, hasilnya baru terjalin kesepakatan home base PSMS tetap di Medan dan persetujuan tentang CEO PSMS yang merupakan orang PSMS.

Nanda mengatakan, CEO PSMS ini hanya ada empat nama yang mencuat termasuk Nanda sendiri. “Untuk CEO hanya kami berempat, yakni Idris, Benny Tomasoa, Freddy Hutabarat dan saya sendiri. Namun, itu nanti akan dibicarakan kembali dengan pak wali. Karena kebijakan ada di tangan beliau,” ujarnya, Senin (7/11).

Menurut Nanda, selain masalah CEO PSMS, pihak konsorsium juga telah setuju dengan pengawasan keuangan yang sudah dibicarakan. “Nanti malam (Kemarin, Red) finalisasinya. Rencananya pihak konsorsium akan mengemailkan finalisasi kesepakatan . termasuk yang paling penting yakni ‘Bank Garansi’ atau deposit,” jelasnya.
PSMS meminta kepada konsorsium untuk menyediakan ‘Bank Garansi’ sebesar Rp10 miliar. Menurut Nanda ini sebagai deposit dalam menjamin keberlangsungan PSMS di kompetisi mendatang.

“Inilah yang masih kita tunggu jawabannya dari pihak konsorsium. Jadi dalam menatap kompetisi, kita nanti tak perlu cemas lagi. Dan jika dana tersebut tak habis tepakai dalam satu musim kompetisi, maka akan dikembalikan dengan adanya pertanggung jawaban terhadap pemaiakan dana tersebut,” ujar Ketua DPD AMPI Kota Medan tersebut.
Nanda menuturkan, permintaan ketersediaan ‘Bank Garansi’ ini secara langsung dikemukakan oleh Ketum PSMS Rahudman Harahap. “Ini Ketum yang meminta langsung kepada pihak konsorsium,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan, jawaban dari pihak konsorsium ini akan diterima PSMS paling lambat besok (Hari ini, Red). Nanda berharap, dengan ketersediaan dana tersebut, maka PSMS tak lagi menghadapi permasalahan hingga akhir musim nanti. (saz)

Protes, Aktivis Cantik Striptis di Vatikan

Roma – Seorang wanita muda asal Ukraina, menyelinap melewati penjaga Vatikan. Di depan Gedung Basilica Saint-Peter, aktivis yang mengenakan pakai seksi itu menari bergaya striptis.

Wanita pirang yang mengenakan jeans ketat dan atasan hitam itu berposes seksi dan menantang. Ketika itu, selain pakaian seksi yang dikenakannya, gayanya menantang dengan meregangkan kakinya dan mulai melepas pakaian atasnya.

Dia juga tampil sambil membawa poster bertuliskan ‘Kemerdekaan Untuk Wanita’. Demikian ditulis AFP, Senin (7/11).
Aksi nekad wanita itu langsung dihentikan polisi Italia itu. Saat dibawa pergi dari lokasi, wanita nekat ini terus berteriak dan menendang polisi. Akibatnya, aksi tersebut menjadi pusat perhatian sejumlah turis.

Wanita itu merupakan anggota perkumpulan aktivis wanita Ukraina. Mereka mempropagandakan perlakuan diskriminatif. Satu strateginya untuk menarik perhatian publik adalah dengan membuka pakaian atas mereka hingga topless.

Grup ini didirikan di Kiev sekitar tahun 2008 lalu. Mereka mencoba memerangi wisata seks, prostitusi dan kekerasan seks. Dalam aksi sebelumnya, mereka tampil telanjang dada dan mengecat payudara mereka dengan warna merah putih hijau, seperti bendera Italia. Aksi itu dilakukan untuk mendesak Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, melawan prostitusi remaja.

Paus Benediktus XVI juga merupakan target favorit mereka karena dituduh tidak toleran terhadap hak-hak wanita. (net/jpnn)

Brotherhood Road Race Diikuti Racer Aceh dan Riau

MEDAN-Even balap motor Brotherhood RPM Road Race 2011 yang bakal digelar Sabtu-Minggu (12-13/11) di Sirkuit Multifungsi IMI Sumut Jalan Willem Iskandar Medan, mengakomodir pembalap seeded yang tidak punya tim. Rencananya, even ini memperlombakan dua kelas bebek 4 tak standar 125 dan 110 cc.

“Selama ini pembalap seeded non tim kesulitan untuk ikut lomba, karena tak punya motor. Untuk itu kami sengaja membuka kelas standar untuk mengakomodir mereka agar bisa tampil,” kata Ketua Panitia Roy Gusti Hafiz kepada wartawan di Medan, Senin (7/11).

Balapan yang digagas Brotherhood Independen, komunitas penggemar sepeda motor Ninja 250 untuk memperingati HUT ke-1 mereka, menjadi even pertama sekaligus akbar karena langsung memperebutkan dua unit sepeda motor bagi juara umum kategori seeded dan pemula, serta uang tunai jutaan rupiah.

Kelas-kelas yang diperlombakan yakni Bebek 4 Tak TU 125 cc Terbuka (JU), Bebek 4 Tak TU 110 cc Terbuka (JU), Bebek 4 Tak TU 125 cc Pemula (JU), Bebek 4 Tak TU 110 cc Pemula (JU), Bebek 4 Tak Std 125 cc Pemula, Bebek 4 Tak Std 110 cc Pemula, Skuter Matic Std 125 cc (JU), Bebek 4 Tak Std 125 cc Terbuka, Bebek 4 Tak Std 110 cc Terbuka, Skuter Matic Std 125 cc Pemula dan Bebek 4 Tak Std s/d 150 cc Pemula (JU).

“Kami mengundang pembalap asal Aceh dan Riau untuk tampil. Tapi karena ini sifatnya terbuka, tak tertutup kemungkinan pembalap daerah lain termasuk dari Pulau Jawa ambil bagian,” tambah Roy yang juga Ketua Harian Brotherhood Independen.

Dikatakannya, IMI Sumut menyambut baik gelaran ini, dan menyediakan sarana sirkuit. Dukungan di antaranya juga didapat dari Yamaha dan Corsa, sehngga diharapkan even ini bisa ramai dan menarik disaksikan.
Sementara itu, Roy Gusti Hafiz yang juga pemilik klub RPM (Roy Prima Motor), menyampaikan target timnya untuk tampil sebagai juara umum di balapan ini.

Diperkuat Deri Irfandi, Dimas Setiawan, Alfin Arfinal dan T Nalun, RPM ingin mengulang sukses yang pernah mereka raih pada Yamaha Cup Race Oktober 2011 lalu di Kisaran dengan meraih juara umum pemula lewat Dimas.
“Kami baru eksis di awal 2011, namun sudah meraih prestasi di sejumlah lomba termasuk yang digelar di Langsa dan Banda Aceh.  Tak terlalu ambisius, jika kami mencanangkan gelar juara umum seeded dan pemula pada lomba kali ini,” ujar Roy.

Hasil-hasil tersebut menjadi motivasi untuk raihan lebih besar lagi, karena RPM berencana go nasional dengan mengikuti Kejurnas Motorprix Region 1 Sumatera di tahun 2012 nanti. (jun)