25 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14523

Amiruddin:Pansus PSB tak Perlu

Pembentukan Pansus Penerimaan Siswa Baru (PSB) 2011 tampaknya bakal terganjal di tengah jalan. Pasalnya, Ketua DPRD Kota Medan Amiruddin tampaknya tak menyetujui pembentukan pansus PSB tersebut.

Amiruddin menegaskan, pembentukan Pansus PSB 2011 tidak perlu dilakukan. Dia menilai, pengusutan dugaan penyimpangan dalam peberimaan siswa baru (PSB) di sejumlah sekolah negeri favorit di Medan dan pencopotan Kadisdik Kota Medan Hasan Basri merupakan wewenang Wali Kota Medan Rahudman Harahap.

“Sebenarnya, pembentukan Pansus PSB dan rekomendasi pencopotan Kadisdik Kota Medan itu tidak perlu. Itu kebijakan Wali Kota Medan untuk mencopot Kadisdik Kota Medan yang sudah menyalahi aturan PSB,” kata Amiruddin, ketika dikonfirmasi wartawan koran ini di ruangannya, Senin (3/9) siang.

Menurutnya, usulan pembentukan Pansus PSB dan rekomendasi pencopotan Kadisdik Kota Medan sudah masuk ke meja kerjanya. Namun, perlu pembahasan lagi di kalangan pimpinan DPRD Medan. “Usulan Pansus dari Fraksi PKS dan rekomendasi dari komisi sudah masuk secara resmi. Tapi kita perlu bicarakan lagi di tingkat pimpinan Dewan yang sudah disurati. Namun, pansus tersebut belum lengkap,” bebernya.

Diungkapkannya, persoalan PSB ini seharusnya cukup dibahas di Komisi B saja. Namun, karena usulan itu sudah sampai ke pimpinan dewan, maka akan dilakukan konsultasi bersama sebelum disetujui. “Surat untuk pembahasan ini, sudah disampaikan kepada seluruh pimpinan dewan. Mungkin sedang ada kesibukan lain, sehingga pimpinan yang lain belum meresponnya. Harusnya, pembahasan ini dilakukan hari ini (kemarin, Red),” cetus politisi Demokrat ini.

Wakil Ketua DPRD Medan Ikrimah Hamidy juga mengakui kalau usulan dari Fraksi PKS sudah masuk ke pimpinan dewan, termasuk enam orang anggota DPRD Medan yang berasal dari lima fraksi berbeda. Menurutnya, dalam usulan ini, tidak perlu atas nama fraksi, tapi bisa juga dilakukan atas nama anggota dewan saja.

Untuk persetujuan, lanjut Ikhrimah, dapat diambil melalui rapat paripurna dengan seluruh anggota DPRD Medan dengan syarat setengah jumlah anggota DPRD Medan ditambah satu. “Semuanya kita serahkan dalam rapat, karena semuanya bisa saja terjadi dalam politik. Pembentukan Pansus PSB itu kan untuk mengurai masalah PSB di SMA negeri yang terjadi dan memperbaiki pola sistem PSB yang lebih konkrit ke depannya,” ungkap politisi PKS ini.

Ditegaskannya, dalam pembahasan Pansus PSB yang terbentuk nantinya, bisa saja timbul wacana untuk dilakukannya PSB ulang di seluruh SMA Negeri di Medan. “Itu semua bisa saja, termasuk PSB diulang dan mungkin-mungkin saja, keputusan hasil Pansus PSB nantinya seperti itu. Karena akan berdampak besar, tapi itu semua bisa saja muncul. Termasuk berbagai temuan masalah baru di lapangan terkait masalah PSB ini. Kita lihat saja nanti,” tegasnya.

Sementara Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) tidak mau langsung turun tangan menyelesaikan kasus kelas gelap di SMA Negeri 2, SMA Negeri 3 dan SMAN 4 Medan. Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Menengah Kemdiknas Hamid Muhammad mengatakan, persoalan tersebut masih ranahnya daerah.

“Jadi, tanyakan ke kadis pendidikan setempat. Prinsipnya harus diselesaikan,” ujar Hamid Muhammad kepada koran ini di Jakarta, kemarin (3/10). Dia tak mau berkomentar banyak lantaran belum menerima laporan.

Terpisah, anggota Komisi X DPR dari Fraksi PKS Nurhasan Zaidi mendesak agar DPRD Medan, khususnya komisi yang membidangi masalah pendidikan, tidak tinggal diam dan harus menuntaskan masalah tersebut.

Meski diakui, langkah lewat jalur politik di DPRD, seperti membentuk Pansus Penerimaan Siswa Baru (PSB), bukan hal yang gampang. “Karena banyak oknum pejabat yang terlibat itu tadi. Tapi bagaimana pun harus ditindak. DPRD juga tak boleh membiarkan masalah itu,” ujarnya saat dihubungi koran ini.

Komisi X DPR, lanjutnya, juga sering menerima pengaduan kasus-kasus serupa dari masyarakat. Biasanya, kasus terjadi di sekolah-sekolah favorit, terutama sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

“Kita juga sudah menerima banyak masukan dari para praktisi pendidikan, bahwa di sekolah-sekolah RSBI banyak terjadi pelanggaran hak-hak pendidikan warga negara. Selain diskriminatif dari segi biaya karena hanya anak orang kaya saja yang bisa masuk, juga dari anak-anaknya orang level elit,” terangnya.(adl/sam)

Hasan Basri Dicecar Dewan

Terkait Kelas Gelap di SMA Negeri Medan

MEDAN- Masalah Penerimaan Siswa Baru (PSB) di beberapa sekolah negeri di Medan memancing reaksi keras dari segenap anggota Komisi E DPRD Sumut. Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Medan Hasan Basri mendapat cecaran dan kritikan serta pertanyaan-pertanyaan pedas dari segenap anggota Komisi E DPRD Sumut dalam rapat dengar pendapat di gedung dewan, Senin (3/9).

Bahkan, terlihat beberapa kali terjadi ketegangan antara Hasan Basri dengan anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar Richard Eddy M Lingga.

Dimana, Hasan Basri sempat mengatakan, Richard Eddy M Lingga “bandal” karena terus-terusan memberi cecaran dan pertanyaan-pertanyaan pedas.

Kejadian itu terjadi ketika sesi pertama RDP tersebut, setelah Hasan Basri memaparkan mengenai PSB di Medan, khususnya soal kelas gelap yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan khalayak ramai.

Dimulai saat seorang anggota DPRD Sumut dari Fraksi Demokrat, Sopar Siburian mempertanyakan, kenapa kelas gelap bisa terjadi. Pertanyaan itu, langsung disambut anggota Komisi E lainnya, Richard Eddy M Lingga yang menanyakan soal dasar hukum adanya kelas gelap, serta data dari kasus tersebut.

Selanjutnya, Ketua Komisi E DPRD Sumut Aduhot Simamora langsung mempersilahkan Hasan Basri menjawab pertanyaan itu dan dilanjutkan sejumlah Kepala Sekolah (Kepsek) SMA negeri di Medan yang hadir pada RDP itu.
Hal itu langsung ditimpali Richard Eddy M Lingga dengan mengatakan, para kepsek dan pegawai Disdik Medan lainnya tidak akan berani transparan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena Kadisdik Medan yang notebene pimpinan mereka hadir.

“Mana berani kepsek-kepsek ini menjawab, orang kadisnya ada di sini. Kalau waktu sidak, orang-orang ini berani mengatakan semuanya,” tegasnya.

Mendengar pernyataan itu, Hasan Basri sontak melihat dan menunjukkan jari telunjuknya ke arah Richard Eddy M Lingga dengan menyatakan, Richard Eddy M Lingga “bandal”. “Pak Lingga ini bandal,” katanya sembari mengacungkan jari telunjuk tangan kanannya kepada Richard Eddy Lingga.

Kembali sesi pertanyaan dari anggota Komisi E DPRD Sumut dilanjutkan. Sekretaris Komisi E Taufan Agung Ginting mempertanyakan mengenai, siapa yang mengsinstruksikan dibentuk atau diadakannya kelas gelap tersebut.
“Apakah adanya kelas gelap ini, berdasarkan instruksi Wali Kota Medan, kadisnya sendiri atau memang kebijakan kepsek? Karena masalah ini harus diusut tuntas sampai ke akar-akarnya. Para Kepsek yang hadir ini, tidak perlu takut. Kalau memang bersalah, kan tidak harus juga diberi sanksi pidana. Masih ada sanksi administrasi. Misalnya, dari kepsek menjadi guru biasa. Kalau bagi kepsek yang memang jujur, tidak melakukan itu dan malah berupaya menghalang-halangi, bisa saja dari kepsek menjadi kadisnya menggantikan kadis sebelumnya,” kata Taufan.

Mendengar itu, Hasan Basri mempersilakan para kepsek menjawab pertanyaan anggota dewan itu. Namun lagi-lagi, Richard Lingga menimpali.

“Tidak akan berani mereka menjawab, meskipun pada sidak Komisi E beberapa waktu lalu, mereka menerangkan dengan jelas kepada kami. Lebih baik Pak Kadis yang menjelaskannya,” tandas Richard.

Mendengar itu, Hasan Basri seolah tak mau kalah. “Biar mereka yang menjawab, karena sejauh ini sosialisasi PSB telah diberikan. Ada program atau sistem yang ditangani mereka langsung, seperti Manajemen Berdasarkan Sekolah (MBS). Jadi, biar mereka yang menjawab. Biar jelas juga, siapa sebenarnya orang-orang yang meminta agar bisa dimasukkan ke “kelas” itu,” jawab Hasan Basri.

Namun, tak lama berselang, Hasan Basri langsung menarik ucapannya. “Tidak usahlah dibuka, karena tidak etis diungkapkan,” katanya sembari memerintahkan para kepsek menjawab pertanyaan dewan.

Kepsek SMAN 4 Medan, Ramzah Ram pada kesempatan itu terkesan membela Hasan Basri. “Benar ada, tapi itu tanpa diperintah siapapun. Saya bersumpah, tidak ada instruksi dari Pak Kadis. Ini karena untuk memenuhi jam sertifikasi guru-guru yang ada di sekolah kami,” akunya.

Sebelumnya, Kadisdik Medan Hasan Basri dalam paparannya menyampaikan, PSB tahun ini berdasarkan akuntabilitas tidak diskriminatif seperti yang berkembang saat ini.

“PSB berdasarkan akuntabilitas, tidak seperti yang berkembang akhir-akhir ini. PSB tahun ini berdasarkan 100 persen nilai UN. Namun, ini masih tahap sosialisasi. Jadi, tidak mudah melakukan sosialisasi itu,” terangnya.

Diujung rapat, disimpulkan beberapa rekomendasi yakni, Pemprovsu dan Pemko Medan diminta mengusut tuntas PSB di luar jalur resmi. Diharapkan tahun depan harus lebih baik, sesuai kemampuan daya tampung dan pendaftaran melalui media online agar lebih transparan dan terakhir adalah Disdik Sumut harus bersinergi, dengan Disdik Medan serta pihak-pihak sekolah negeri maupun swasta.(ari)

Masalah Jaringan Belum Teratasi

Delapan Kecamatan Sudah Layani e-KTP

MEDAN- Pelaksanaan program KTP elektronik (e-KTP) masih belum berjalan maksimal. Kondisi ini disebabkan belum teratasinya masalah jaringan di sejumlah kecamatan, sehingga belum dapat terhubung ke pusat. Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat Komisi A DPRD Kota Medan dengan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Darussalam Pohan dan sejumlah camat di gedung dewan, Senin (3/10).

“Sampai sekarang persoalan jaringan yang belum terkoneksi ke Jakarta belum teratasi. Begitu juga dengan perangkat yang sebelumnya akan diberikan, belum diterima masing-masing kecamatan. Seharusnya ada 148 set terdiri dari 42 set di seluruh kecamatan, sisanya pinjaman dari pemerintah pusat. Tapi sampai sekarang belum ada yang diterima kecamatan,” bebernya.

Namun begitu, lanjut Darussalam, sudah delapan kecamatan yang mulai menerapkan e-KTP, yakni Medan Sunggal, Medan Barat, Medan Deli dan Medan Tuntungan Medan Kota, Medan Helvetia, Medan Petisah dan Medan Baru.

“Dari seluruh kecamatan tersebut, jumlah data yang sudah dientri sebanyak 10.597 data. Itu data dari lima kecamatan pertama, sedangkan data dari tiga kecamatan terakhir belum masuk ke Disdukcapil,” ungkapnya.

Untuk itu, tambahnya, Kecamatan Medan Baru yang sudah mulai melayani e-KTP dengan pelaksanaan secara bertahap. Sebagai simulasi, akan ada 100 wajib KTP yang akan dilayani.

“Kecamatan Medan Baru sudah siap melayani walaupun kendala yang juga terjadi pada kecamatan-kecamatan sebelumnya belum teratasi,” bebernya.

Camat Medan Baru, Robert Napitupulu menuturkan, total ada 49.412 jiwa wajib KTP di Kecamatan Medan Baru. Namun, untuk simulasi direncanakan hanya akan dilakukan pada 100 wajib KTP. “Targetnya sampai 100 wajib KTP yang akan dilayani dengan sistem e-KTP,” jelasnya.

Mengenai petugas, lanjut Robert, pihaknya menyiapkan empat orang untuk bertugas dari pagi sampai malam. Dan perangkat, ada dua perangkat yang standby di lokasi.” Selama pelaksanaan, kami juga akan melakukan evaluasi untuk perbaikan pelaksanaan sehingga diperoleh hasil maksimal,” pungkasnya. (adl)

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Mulai Pudar

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada 1 Oktober tiap tahunnya di peringati bangsa Indonesia. Peringatan ini memberikan makna perjuangan melawan komunis. Namun sangat disayangkan saat ini upacara memperingati hari bersejarah itu sudah mulai ditinggalkan. Apakah kita sudah lupa? Atau memang tak lagi menghargai perjuangan para pahlawan? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly Munthe dengan Ketua Dewan Pendidikan Medan Mutsyuhito Solin, Senin (3/10).

Apa sebenarnya makna yang terkandung dalam Hari Kesaktian Pancasila ini?

Kita tahu, kenapa diberi nama Hari Kesaktian Pancasila. Yakni karena telah terbukti Pancasila itu mampu menumpas komunis dari Indonesia. Dan itu menyelamatkan Indonesia dari kehancuran pada percobaan kudeta PKI pada 1965 lalu. Meskipun sampai kini sejarawan masih melakukan kajian-kajian terhadap tudingan pelaku pembantaian kepada enam jenderal dan seorang letnan itu.

Apa yang diharapkan dari kajian-kajian yang dilakukan sejarawan kita?
Memang masih perlu dilakukan kajian dan data-data untuk mengungkapkan fakta pada peristiwa G 30 S/PKI. Siapa pelaku sebenarnya yang telah membunuh para jenderal tersebut.
Seiring dengan pergantian pemimpin di negara ini, maka lambat-laun peringatan Hari Kesaktian Pancasila juga mulai ditiadakan.

Nah, tak adanya lagi upacara peringatan peristiwa monumental itu merupakan konsekuensi dari manipulasi sejarah yang diciptakan penguasa pada masa lalu. Sebab begitu kepemimpinannya berakhir, maka terjadi delegitimasi yang dasarnya timbul karena sesuatu yang dipaksakan.

Jadi kajian ini dimaksudkan untuk mencari kebenaran fakta terjadinya hal tersebut.

Apa yang menyebabkan kurang perhatiannya lagi instansi dan pemerintah untuk mengenang perjuangan para jendral itu?

Kita lihat sendiri, peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini di sejumlah sekolah di Medan juga sudah luntur. Ini terlihat upacara bendera yang tak lagi dilaksanakan sebagaimana rutinitas tahunan.
Ini didasari kurangnya kesadaran para pimpinan instansi dan pemerintahan untuk setidaknya mengenang jasa para pahlawan.

Apakah makna Hari Kesaktian Pancasila ini sama sekali belum terintegrasi ke dalam kehidupan kita?
Ya, bagi sebagian orang. Ini disebabkan kurangnya ketauladanan. Padahal Hari Kesaktian Pancasila merupakan roh dan jiwa setiap warga Indonesia.

Pancasila merupakan substansi dari keberagaman di Indonesia yang mengandung nilai-nilai kebenaran. Namun Pancasila itu belakangan ini mulai tercabik-cabik dengan fenomena maraknya pertikaian antar kelompok, suku dan agama serta korupsi yang merajalela. (*)

Satpam Kepergok di Rumah Kepling

Satuan Pengamanan (Satpam) merupakan kelompok petugas yang dibentuk untuk menjaga keamanan di lingkungan kerjanya. Namun Marta Diantri Sagala (27), yang bekerja sebagai Satpam di PT Canang Indah malah kepergok mengacak-acak kamar.

Kepling XI, Kelurahan Labuhan Deli, Medan Marelan, Ejekiel (40), Minggu (2/10) pagi. Akibatnya, Marta dihajar warga hingga babak belur dan kini menjalani perawatan di Rumah Sakit Ameta Sejahtera.

Ceritanya, pagi itu sekira pukul 08.30 WIB, Ejekiel membantu istrinya berjualan sarapan pagi di depan rumah mereka. Tanpa disadarinya, Marta telah masuk ke rumahnya dan mengacak-acak kamar tidurnya untuk mencari barang berharga.
Hal ini diketahui Ejekiel ketika dia pergi ke kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, dia memergoki Marta Diantri di kamar. Karena aksinya ketahuan, Marta berusaha kabur dari pintu belakang. Spontan, Ejekiel berteriak maling.

Warga yang tengah ramai langsung menangkap Marta Diantri yang berusaha kabur. Dalam keadaan emosi, warga langsung memukuli Satpam PT Canang Indah ini dengan kayu balok hingga bapak dua anak ini terkapar bersimbah darah. Bahkan, luapan emosi warga semakin menjadi-jadi. Mereka ingin membakar Marta. Untungnya, aksi nekat warga ini bisa diredam sang kepling.

“Di sini sudah sering kali kehilangan, jangan-jangan dia yang sering maling di sini, makanya warga ngamuk dan langsung mukulinya hingga babak belur. Tadi kalau tidak ada kepling mungkin dia sudah dibakar,” kata seorang warga. (ril/smg)

SMH Unpab Diksar di Sibolangit

MEDAN- Mahasiswa Universitas Pembangunan Panca Budi yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Hukum Panca Budi (SMH-Unpab) melakukan Pendidikan Dasar Angkatan III, dalam memenuhi syarat untuk masuk dan bergabung dalam organisasi SMH Unpab.

Kegiatan ini dilaksanakan di Bumi Perkemahan Sibolangit, Jumat (30/9) hingga Minggu (2/10) lalu. Solidaritas mahasiswa Hukum Unpab ini merupakan organinasi kemahasiswaan yang bertujuan membentuk sumber daya manusia berwawasan intelektual yang mempunyai kualitas terbaik.

SMH Unpab mengadakan kegiatan dengan tema Pra Keadilan Demokrasi Kerakyatan dengan maksud agar mahasiswa Unpab selalu berkomitmen berjuang demi bangsa dan rakyat. Ketua Kaderisasi SMH Unpab, Riky mengatakan, kegiatan ini bertujuan mewujudkan mahasiswa yang mengerti akan peranan, fungsi dan tugasnya berdasarkan Tri Darma Perguruan Tinggi. Dan kegiatan ini bertujuan untuk memahasiswakan mahasiswa dan agar mahasiswa mengerti tentang esensi dan eksistensinya sebagai mahasiswa.

“Untuk mewujudkannya, kami selaku generasi penerus bangsa yang bernaung di bawah organisasi ini mengadakan suatu kegiatan yang bernama Pelatihan Keadilan Demokrasi Kerakyatan,” kata Riky.

Dongan Nauli Siagian, Ketua Umum Solidaritas Mahasiswa Hukum Unpab manambahkan, pelatihan keadilan demokrasi kerakyatan ini untuk membangun karakteristik kader yang memiliki rasa nasionalitas, menanamkan rasa cinta terhadap bangsa dan negara dan juga memahami makna dan jati diri sebagai mahasiswa. (fal)

Harmes Joni Cs Sidang Perdana

Dugaan Korupsi Master Plan Kota Medan 2016 Senilai Rp1,5 M

MEDAN- Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan Harmes Joni menjalani sidang perdana terkait kasus dugaan korupsi master plan Kota medan 2016 di Pengadilan Negeri (PN) Medan, Senin (3/10). Selain Harmes Joni, Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang dipimpin Rehulina Purba juga menghadirkan tiga terdakwa lainnya yakni Susi Anggraini selaku Panitia Pembuat Komitmen (PPK), Direktur PT Indah Karya Fadjrif Hikmana Bustami dan Kepala PT Indah Karya Cabang Medan Gatot Suhariyono selaku rekanan penyedia jasa konsultan.

JPU Rehulina Purba dalam dakwaannya menyebutkan, Harmes Joni selaku Kuasa Pemegang Anggaran (KPA) telah menyetujui pembayaran honor dan biaya operasional untuk 65 tenaga ahli dan asisten tenaga ahli yang diajukan PT Indah Karya selaku penyedia jasa konsultan pada proyek penyusunan master plan Kota Medan 2016 tersebut.

Padahal kenyataannya, kata jaksa, dari 65 tenaga ahli itu hanya sembilan orang  yang bekerja. Namun yang dibayarkan untuk 65 orang. Karena perbuatan Harmes Joni tersebut, negara mengalami kerugian sebesar Rp1,52 miliar.

Hal ini berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sumut. “Seharusnya terdakwa selaku KPA meneliti dan memeriksa permintaan pembayaran honor dan biaya operasional untuk para tenaga ahli dan asisten tenaga ahli yang diajukan PT Indah Karya. Jika tidak sesuai, seharusnya terdakwa menolak pencairan dana tersebut,” kata Rehulina.

JPU menyebutkan, tahun anggaran 2006 Bappeda Kota Medan mendapat alokasi anggaran untuk pekerjaan penyusunan Master Plan Kota Medan 2016 sebesar Rp4,75 miliar yang bersumber dari Perubahan APBD Kota Medan 2006. (rud)

Balita Tewas Tenggelam di Kolam

MEDAN- Seorang balita tewas tenggelam di kolam belakang rumahnya di kawasan Jalan Yos Sudarso, Gelugur Kota, Medan Barat, Senin (3/10), pagi pukul 09.00 WIB. Mayat balita yang diketahui bernama Fahri berusia 1 tahun 8 bulan ini, pertama kali ditemukan kakeknya Raden Asli Usman (60).

Temuan tersebut langsung disampaikannya ke warga sekitar. Dalam hitungan menit, warga langsung berdatangan dan berusaha mengangkat tubuh korban yang telah terapung dan membawanya ke Rumah Sakit Imelda di Jalan Bilal, Medan Timur.

Pagi itu, Fahri dan saudara kembarnya Farhi sedang bermain di belakang rumah. Lantas, setelah beberapa jam kemudian, sang kakek merasa heran, Farhi kok bermain sendirian. Lantas Usman bertanya kepada Farhi. Dengan polos, Farhi menjawab, Fahri bermain di kolam belakang. “Abang di kolam kek,” ujar Usman meniru perkataan Fahri.

Mendengar jawaban sang cucu, Usman berusaha mencari ke kolam belakang rumahnya. Betapa terkejutnya dia melihat Fahri sudah terapung dengan posisi telungkup. Usman yang tak kuasa melihat cucu meregang nyawa langsung meminta pertolongan ke pada warga lain.

Menurut Usman, kedua balita ini sudah tak diasuh lagi oleh kedua orangtuanya, karena bercerai dua tahun silam. Kini mereka diasuh ibunya angkatnya bernama Rosmaini (28). Menurut informasi, ayah Fahri, Zulham Aritonang jarang menjenguk mereka. Semantara ibu mereka kini tengah menjalani hukuman penjara di Rutan Tanjung Gusta.

Guna penyelidikan, Usaman dan Rosmaini diboyong ke Mapolsekta Medan Barat. Sementara pihak keluarga meminta kepada polisi agar tidak dilakukan otopsi dan direncanakan jenazah korban dimakamkan, Senin (3/10) pukul 16.00 WIB. (mag-7)

Tiga Calhaj Kloter I Tak Jadi Berangkat

MEDAN-Tiga jamaah haji Sumut kloter I terpaksa dipindahkan ke kloter berikutnya karena beralasan memiliki urusan penting yang tak bisa ditunda. Adapun ketiga calon jamaah haji itu yakni Johanis Panjaitan Bin Kalang Panjaitan, Syarifah Tambunan Binti Immat dan Lamisah Binti Muhammad yang masing-masing berasal dari Labuhan Batu dan Medan.

Kabag Humas PPIH Sumut, Sazli Nasution mengatakan, dua dari ketiga jamaah tersebut yakni Johanis Panjaitan Bin Kalang Panjaitan dan Syarifah Tambunan Binti Immat Tambunan bakal dialihkan di kloter V Embarkasi Polonia Medan. Sementara Lamisah Binti Muhammad masih berada di Labuhan Batu dan belum diketahui akan dialihkan pada kloter berapa. “Alasanya karena ada urusan yang tidak mungkin ditinggalkan, tapi rincinya kami belum mengetahuinya,” ungkapnya, Minggu (2/10).

Dengan begitu hanya 398 jamaah Labuhan Batu dan 48 jamaah asal Medan diterbangkan menuju Makkah sekira pukul 09.00 WIB. Sebanyak sembilan bus mengangkut para jamaah menuju Bandara Polonia untuk diberangkatkan menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia pukul 10.35 WIB.

Pelepasan itu secara langsung dilakukan oleh Plt Gubernur Sumut Gatot Pujonugroho, Bupati Labuhan Batu Utara Khairuddin Syah, Anggota DPD RI Rahmadyah, Anggota DPR RI Komisi VIII Hajrul Azwar, Anggota DPD RI Parlindungan Purba.

Kabid Haji, Zakat dan Wakaf Kemenag Sumut Abdur Rahman mengatakan, jumlah calon haji di Sumut yang akan berangkat ke tanah suci Makkah bertambah lagi menjadi 8.403 orang. “Sebelumnya calon haji itu hanya tercatat 8.393 orang. Setiap hari jumlahnya itu terus bertambah, ini masih hasil sementara yang didata petugas haji di Kemenag Sumut,” jelasnya.

Terjadinya setiap saat perubahan jumlah calon haji itu, menurut Rahman, disebabkan data haji dari kabupaten/kota masih sebagian yang masuk ke Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan. “Padahal Senin (26/9) lalu batas terakhir pembayaran dan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) 2011. Pembayaran dan pelunasan BPIH itu merupakan tahap keempat dari penambahan 289 kuota haji untuk Sumut yang diberikan oleh Kemenag,” tuturnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dari penambahan kuota haji Sumut, sempat terjadi beberapa kali perpanjangan pendaftaran dan pelunasan BPIH, karena jumlah kuota haji untuk Sumut masih belum terpenuhi.

Oleh karena itu panitia haji masih terus membuka pendaftaran dan pelunasan BPIH bagi calon haji yang belum menyelesaikannya. “Pendaftaran dan pelunasan BPIH itu bagi calon haji sudah ditutup panitia haji, Senin (26/9) lalu, dan tak ada lagi perpanjangan,” kata Rahman.

Selanjutnya, sambung Rahman, saat ini panitia haji memfokuskan untuk menyelesaikan administrasi 289 calon haji dari hasil penambahan kuota haji, sebab yang lainnya sudah tuntas dan hanya menunggu jadwal pemberangkatan ke Jeddah. “Petugas haji saat ini terus bekerja ekstra keras untuk menyelesaikan administrasi 289 calon haji itu, misalnya kepengurusan paspor, visa dan pemberian suntikan meningitis kepada jamaah haji yang akan berangkat ke tanah suci,” jelasnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu Gatot Pujo Nugroho mengatakan, calon haji yang berangkat ke tanah suci merupakan umat-umat pilihan. Karena 70 persen Umat Islam di Sumut hanya 8.404 orang saja yang memiliki kesempatan untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.

“70 persen dari misalnya 10 juta saja masyarakat Sumut, berarti 7 jutanya adalah kaum muslim. Dari 7 juta itu yang diberi kesempatan untuk menunaikan Rukun Islam kelima tahun ini hanya 8.400 orang,” katanya dalam sambutannya, sesaat sebelum melepas jamaah kloter 1 Embarkasi Polonia Medan, di Aula Madinatul Hujjaz Asrama Haji Medan.
Maka dari itu, para jamaah semestinya bersyukur, karena telah dipanggil Allah SWT, sebagai tamu di tanah suci. Karena tidak semua umat, meski memiliki kesehatan dan keuangan yang cukup, mampu menunaikan ibadah haji.  “Banyak yang punya duit dan sehat, namun belum dipanggil. Dengan syukur pasti bertambah nikmatnya,” katanya.

419 Jamaah Calhaj Deli Serdang Ditepungtawari

Sementara 419 jamaah calon haji berasal dari Deli Serdang ditepungtawari oleh Wakil Bupati Deli Serdang H Zainuddin Mars di Balairung Pemkab Deli Serdang Lubuk Pakam, Sabtu (1/10).

Kegiatan tepungtawar bersamaan dengan penutupan manasik haji yang digelar selama sepekan penuh. Kegiatan tepungtawar tersebut diwarnai pemberian bingkisan berupa baju koko dan mukena dari Ketua TP PKK Ny Hj Anita Amri Tambunan, tali asih dari Bupati Deli Serdang Drs H Amri Tambunan 120 Riyal Saudi Arabia (RSA) dan uang saku Rp100.000 yang secara simbolis diserahkan Wabup H Zainuddin Mars kepada 10 utusan jamaah.

Wabup H Zainuddin Mars menekankan kepada seluruh jamaah setelah mengikuti manasik yang diselenggarakan pemerintah daerah bersama pihak kementerian agama bisa mandiri serta dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam melaksanakan ibadah haji memahami rukun dan  wajib haji. Wabup mengharapkan agar seluruh jamaah selama berada di tanah suci Makkah dan Madinah melaksanakan ibadah hendaknya memiliki sifat saling
bahu-membahu dan tolong menolong antar sesama.

Kepada petugas Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD) dan Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD), Wabup menekankan agar benar-benar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.”Pantau kondisi kesehatan seluruh jamaah dan jangan biarkan jamaah berkeliaran tanpa tujuan yang jelas”, kata Wabup. Sementara Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakan Kemenag) Kabupaten Deliserdang Drs H Dur Berutu MA mengatakan, manasik haji akbar selama tiga hari (Kamis, Jumat dan Sabtu) diikuti 419 orang berlangsung tertib dan lancar.

H Dus Berutu menjelaskan jumlah jamaah calhaj dari Deli Serdang pada musim haji tahun 1432 H/2011 M sebanyak 419 orang terdiri dari 167 laki-laki dan 252 perempuan.Jumlah ini meningkat 30 pertsen dibanding musim haji tahun 1431 H/2010 M berjumlah 320 orang.

Berdasarkan data calhaj Deli Serdang, yang tertua bernama Zainal Ayub (90) dari Kecamatan Hamparan Perak dan termuda Nidya Rahma Syahri (20) dari Kecamatan Sunggal.

Jamaah calhaj asal Deli Serdang pada musim haji 1432 H/2011 M  berjumlah 419 orang. Dari jumlah itu 368 jamaah tergabung dalam Kloter VII Embarkasi Polonia Medan. Masuk Asrama Haji Medan Jumat (7/10) dan berangkat menuju tanah suci Makkah, Sabtu (8/10) pagi. Sedang sisanya tergabung dalam Kloter Medan lainnya.(saz/ari/btr)

18 Korban Pesawat Casa Sudah Diidentifikasi

Tewas Akibat Benturan Keras

Jenazah Cuma Lecet-lecet

MEDAN-18 Jenazah penumpang pesawat Casa 212-200 yang jatuh di Bukit Kapur, kawasan Hutan Bahorok, Langkat telah diidentifikasi. Kondisi semua jenazah utuh dan hanya mengalami lecet-lecet di beberapa bagian tubuh.
“Kondisinya hampir semuanya baik tidak ada yang hancur. Hanya luka-luka kecil,” ujar salah satu dokter RS Adam Malik yang tak mau disebutkan namanya, di RS Adam Malik, Medan, Minggu (2/10).
Namun dokter tersebut belum bisa mengetahui apa penyebab kematiannya. “Penyebabnya belum diketahui,” ujarnya yang langsung bergegas masuk ke kamar mayat.

Keluarga dekat korban yang melihat langsung jenazah di ruang identifikasi juga mengaku, kondisi seluruh korban dalam keadaan utuh hanya saja terdapat beberapa korban yang mengalami patah tulang dan perut gembung serta mengeluarkan aroma menyengat karena sudah mulai membusuk.

“Kalau kemanakan saya (Ahmad Arif) dalam keadaan utuh dan wajahnya juga berseri. Mungkin saat kejadian dia sedang dipangku ayahnya. Kalau jasad korban yang lain ada yang mengalami patah tulang di beberapa bagaian seperti kaki dan tangan dan ada juga yang sudah membusuk,” sebut salah seorang keluarga korban.

Sekretaris Disaster Victim Identification (DVI) RS Bhayangkari Polda Sumut, AKBP Sahat Harianja menyatakan, hampir semua korban tewas akibat luka trauma benturan keras. Kasubdit Dokes Poldasu  selaku komandan Tim DVI Sumut itu saat ditemui Sumut Pos menjelaskan, hasil idetifikasi yang dilakukan dua tim DVI yang berjumlah 10 orang hampir rata seluruh korban meninggal akibat  trauma benturan keras.

“Dari hasil olah TKP dan identifikasi para korban banyak mengalami patah tulang, leher, tulang tangan, tulang kaki dan dada remuk. Ini akibat dari benturan keras, maka sebahagian korban terlihat jasadnya utuh namun kondisi dalam hancur.

Kalau untuk waktu kematian para korban, setelah diperiksa semua nanti dari dokter ahli forensik bisa memprediksi dan bisa diketahui sudah berapa hari mereka meninggal,” ujar Sahat.

Menurut Sahat dari faktor usia bisa membuat kondisi mayat itu berbeda. “Saat kita temukan, ada yang sudah berulat ada juga yang tidak kaku,” katanya. Ini bisa terjadi karena faktor usia. Dari luka yang ditemukan, bisa kita prediksi adanya trauma. Karena pendarahan yang hebat, karena lambannya pertolongan hingga tewas, tapi ini karena kondisi alamnya yang membuat kita kesulitan turun ke lokasi sedangkan untuk kondisi pesawat sendiri saat menjelaskan kondisi yang paling parah bagian depan pesawat, sehingga begitu juga dengan kondisi pilotnya juga paling parah diantara para korban yang lain.  “Kepalanya sudah menyentuh lereng gunung, ekor sangkut ke pohon,” terang Sahat.
Sampai pukul 22.00 WIB, halaman ruang jenazah RS Adam Malik tampak disesaki keluarga korban  untuk membawa pulang jenazah keluarganya.

Pantauan Sumut Pos, sejumlah peti mati telah disiapkan untuk membawa jenazah. Rencananya satu jenazah akan diangkut oleh satu ambulans. Setiap ambulans sudah ditempelkan nama jenazah sehingga mudah diatur. Malam tadi, semua jenazah rencananya akan dikembalikan ke keluarganya masing-masing.

Saat dievakuasi dari lokasi jatuhnya pesawat empat korban memang terjepit di bangkai pesawat. Sehingga untuk mengevakuasinya bangkai pesawat terpaksa dipotong dengan alat pemotong.

“Ada 4 orang yang terjepit. Sehingga dibutuhkan alat potong untuk mengeluarkannya,” kata Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI Daryatmo, di Posko Bahorok, Minggu (2/10).

Sore kemarin, evakuasi seluruh penumpang dan kru pesawat selesai dilakukan. Tepat pukul 16.00 WIB helikopter membawa empat sisa jenazah korban tiba di Posko Bahorok. Prosesnya evakuasi berlangsung empat tahap sejak pukul 12.00 WIB dan langsung menuju RS Adam Malik Dari lokasi Posko Pekan Bahorok, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, sekitar pukul 07.45 WIB, helikopter jenis HA-5103 kembali menurunkan sejumlah tim guna membantu tim evakuasi lainnya yang sudah berada di lokasi jatuhnya pesawat.

Menurut Sertu Hadi, pemandu personel menjelaskan, helipad yang dibuat oleh tim evakuasi di titik lokasi pesawat tidak bisa dijadikan tempat mendarat. Pasalnya, posisi helipad curam. Pangdam I/BB, Mayjen Lodewijk dan Dir Basarnas Sunarbowo serta Bupati Langkat H Ngogesa Sitepu memutuskan melalui jalur udara.

Sekitar pukul 12.15 WIB helikopter yang dikomandoi Steven, tampak membawa enam mayat yang sudah berada dalam kantung jaring yang menguntai dengan tali sekitar 50 meter. Untuk proses pertama ini, ada enam mayat yang sudah terbungkus kantong mayat berwarna hitam diturunkan.

Dengan singkat dan cepat, seluruhan mayat didekatkan persis ke beberapa ambulans yang stand by. Petugas pun melakukan pagar betis dari kejaran wartawan maupun keluarga korban serta warga yang ingin mengetahui kondisi mayat. Mayat selanjutnya di bawa ke RS Adam Malik Medan.

Berselang satu jam kemudian, tepatnya pukul 13.15 WIB, Steven kembali menurunkan tiga mayat. Penerbangan ketiga, lima mayat lagi diturunkan dari tambang yang menjulur ke bawah. Tahapan keempat helikopter membawa empat mayat dan evakuasi berakhir.

Koordinator Basarnas, Marskal Madya Daryatmo menuturkan bahwa evakuasi korban pesawat Casa tuntas ditandai dengan berhasilnya helikopter menurunkan empat mayat tersisa dari empat kali penjemputan ke titik lokasi. “Akhirnya, hari ini (Minggu) kita berhasil mengevakuasi sejumlah korban pesawat.Terimakasih kepada segenap unsur yang telah membantu jalannya evakuasi,” kata Daryatmo.

Evakuasi 18 korban jatuhnya pesawat Cassa, ternyata menjadi pusat perhatian oleh masyarakat.Ratusan masyarakat dari berbagai desa yang ada di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat tumpah di lapangan Sepak Bola Turangi, Perusahaan Perkebunan (PP) Lonsum, Minggu (2/10).

Setelah evakuasi selesai, warga yang tadinya memadati lapangan Turangi, akhirnya membubarkan diri. Begitu juga dengan petugas dari Polres Langkat, Raider, SAR dan sejumlah intansi lainnya.

Sementara itu teriakan histeris dan tangisan haru mewarnai kedatangan jenazah korban jatuhnya pesawat Casa di Instalasi Jenazah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H  Adam Malik, Minggu (2/10).

Ke-18 Jenazah yang telah dievakuasi petugas Basarnas, TNI AU dan pihak kepolisian tersebut dibawa dalam empat tahap. Yang pertama, mobil jenazah membawa enam jenazah selanjutnya diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Bhayangkari.Enam jenazah tersebut antara lain Bagus Soetopo, Syamsidar Yusni, Suriadi, HAnif Abdillah, Hamimatul Jannah dan pilot, Famal Ishak.

Sedangkan tahap kedua tim evakuasi membawa tiga jenazah bernama Astuti, Budiono(copilot) dan Ahmad Arief. Sementara tahap ketiga membawa lima jenazah diikuti rombongan terakhir yang membawa empat jenazah.

Pilot Sok Berani

Penerbangan rute pendek yang digarap maskapai penerbangan perintis bakal dievaluasi total. Terutama, sikap pilot pesawat perintis yang disebut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sok berani. Mereka berani menerjang ganasnya kondisi alam, tapi sayangnya berujung kecelakaan maut. Kemenhub berjanji mengevaluasi penerbangan-penerbangan pesawat perintis yang dicap rawan ini.

Tudingan menyalahkan sikap pilot tersebut, disampaikan oleh Direktur Jendral Perhubungan Udara (Dirje Hubud) Kemenhub Herry Bakti Gumai setelah melepas keberangkatan calon jamaah haji kloter I embarkasi Jakarta di Bandara Soekarno Hatta kemarin (3/10). Herry menuturkan, kasus jatuhnya pesawat Casa 212-200 milik maskapai Nusantara Buana Air (NBA) di belantara Taman Nasional Gunung Leuser, Bahorok, Langkat, Sumater Utara pada Kamis 29 September lalu masih dalam penyelidikan tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Dalam kamus Kemenhub, pesawat yang terbang dalam rute perintis adalah pesawat yang menghubungkan bandara bukan pusat penyebaran dengan bandara bukan pusat penyebaran lainnya pada daerah terisolasi atau tertinggal.

Meskipun masih dalam proses penyelidikan, Herry sudah bisa memperkirakan penyebab jika jatuhnya pesawat yang berangkat dari Bandara Polonia Medan menuju Bandara Kutacane itu. “Saya tegaskan bukan karena mesin mati mendadak,” tandas pejabat berkacamata itu. Namun, lanjut Herry, pesawat berpenumpang 14 orang itu jatuh gara-gara cuaca buruk. “Menurut saya, tidak ada ceritanya cuaca buruk mengakibatkan mesin mati mendadak,” sambungnya.
Sebenarnya, kata Herry, cuaca buruk di sebuah lokasi itu bisa dihindari sehingga tidak berujung pada kecelakaan maut. Beberapa puluh meter, pilot sudah mengetahui jika cuaca di depannya ada cuaca buruk. “Celakanya, pilot pesawat terutama pesawat perintis, sering melawan cuaca buruk itu. Mereka mengira bisa diatasi,” katanya. Tetapi, sikap para supir pesawat ini keliru. Herry mengatakan, jika ada cuaca buruk penerbangan harus ditunda. Jika sudah terlanjur terbang, harus berupaya mengambil rute baru untuk menghidari cuaca buruk, atau kembali mendarat di landasan terdekat.

Khusus untuk kasus jatuhnya pesawat Casa ini, Herry menegaskan kondisi pesawat layak terbang. Dia juga mengatakan, kartu tanda kelayakan terbang juga masih berlaku.

Dari kejadian ini, Harry berani menyimpulkan pandangannya jika sistem transportasi udara khususnya untuk rute pendek yang digeber oleh pesawat perintis harus ditata ulang. Diantaranya adalah, memperketat pelaksanaan prosedur tetap (protap) penerbangan. “Saya rasa maskapai perintis juga punya protap yang baku, tapi dijalankan atau tidak itu harus dievaluasi,” tandasnya.

Rute penerbangan perintis yang bakal dipelototi Kemenhub diantaranya di pulau-pulau yang banyak gunungnya. Seperti di Papua, Sumatera, termasuk juga di Kalimantan. Di medan yang banyak gunungnya ini, diperkirakan rawan terjadi cuaca ekstrim yang bisa mengganggu penerbangan. Sebelumnya, kasus kecelakaan pesawat perintis yang memiliki rute penerbangan pendek juga terjadi di pedalaman Papua.

Namun, Herry belum bisa menjelaskan bentuk pengetatan penerbangan perintis ini. Dia juga belum berani bertindak ekstrem dengan menghentikan seluruh penerbangan rute perintis, selama pilot belum bisa patuh protap. “Bagaimana bentuk evaluasinya, bakal kita susun. Yang jelas pasti dievaluasi,” katanya.

Kotak Hitam Belum Ditemukan

Tim Investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hingga kini belum menemukan kotak hitam pesawat Casa 212-200.

“Tim kami saat ini sudah berada di lokasi kejadian untuk mencari kotak hitam pesawat tersebut,” kata anggota Tim Investigasi Kecelakaan Transportasi Udara pada Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Joseph Tumenggung, Minggu (2/10).

Upaya pencarian kotak hitam atau black box pesawat tersebut baru dimulai, setelah anggota tim investigasi dari KNKT berhasil diturunkan dari helikopter ke lokasi musibah kecelakaan pesawat yang menewaskan 18 orang penumpang itu.
Selain itu, proses pengambilan kotak hitam dari bawah kokpit pesawat sulit dilakukan dalam waktu relatif singkat. Joseph berharap alat perekam pembicaraan radio antara pilot selama penerbangan dari Bandara Polonia Medan ke Kutacane, Aceh tersebut bisa segera ditemukan. “Kotak hitam pesawat Cassa 212-200 tersebut nantinya akan diperiksa oleh tim investigasi KNKT di Jakarta,” tambahnya.

Melalui rekaman pembicaraan dan data penerbangan di kotak hitam, akan diketahui faktor penyebab kecelakaan pesawat milik maskapai penerbangan Nusantara Buana Air (NBA) tersebut. “Faktor penyebab kecelakaan pesawat Cassa 212-200 memang harus segera diungkap, sehingga tidak ada lagi muncul berbagai informasi maupun penafsiran seputar musibah itu,” ucapnya. (uma/dan/mag-5/wan/wir/jpnn)