Pecahkan Rekor Muri
MEDAN-Ribuan mahasiswa/i baru mengikuti pelaksanaan orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) di Stadion Mini Universitas Sumatera Utara (USU), Kamis (8/9). Mahasiswa/i berbaris dengan kepala plontos dan mengenakan seragam putih hitam diramaikan lagi oleh perlengkapan lain sesuai dengan latar studi yang dipilih. Ada yang mengenakan tali pinggang dari kaleng, tas dari goni plastik, atau rambut yang dikepang dengan pita beraneka warna.
Tampak pancaran kebahagiaan di wajah mereka yang dibariskan menurut 13 jurusan yang ada. Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Parmasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Keperawatan.
Aba-aba yang datang dari senior pun disambut dengan penuh semangat. Masing-masing kelompok bekerjasama mengeluarkan suara terkuat saat jurusannya disebut. Semua untuk satu tujuan yaitu memperlihatkan eksistensi sebagai pribadi juga kelompok terbaik. Tidak ada egosentris atau pun kelompok-kelompok dengan hura-hura di kala sebagai pelajar dulu.
Namun ada yang berbeda pada penyambutan mahasiswa baru tahun ini dimana kegiatan tersebut diikuti dengan manggadong. Tradisi dari suku Batak yang membiasakan memakan umbi-umbian sebelum memakan nasi. Gadong sendiri berarti ubi yang dalam kegiatan diaplikasikan sebagai ubi jalar.
Dengan mengenakan kaos yang sudah disediakan, para mahasiswa baru tadi pun dibagikan ubi jalar dalam satu kemasan yang menarik. Sesaat mereka pun tertawa melihat isi kemasan tadi yaitu beberapa buah ubi jalar yang siap untuk dimakan. Tidak sedikit pula yang seperti terkejut dan asing dengan salah satu hasil bumi terbaik di Sumut ini. Tapi bunyi sirena yang diperdengarkan dengan segera menghilangkan keraguan mereka dan dengan lahapnya menyantap ubi jalar tadi.
Sebelumnya mereka mendapat penjelasan dari Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho yang membuka langsung kegiatan Manggadong bersama ini. “Agar pembangunan satu daerah berjalan dengan baik harus ada kerjasama yang baik antara akademi, bisnis, dan government. Sebagai salah satu tradisi, manggadong ini bagian dari kearifan lokal untuk menjawab masalah pangan,” ucapnya.
Untuk itu dengan sosialisasi manggadong ini, ke depannya masyarakat Sumut tidak terlalu bergantung pada makanan pokok sebab sudah beragam pemenuhannya. Karena sesuai fakta, tingkat ketergantungan konsumsi masyarakat sangat tinggi yakni konsumsi berasa rata-rata Sumatera Utara mencapai 139 kg/kapita per tahunnya dan nasional 120kg/kapita setiap tahunnya.
Gatot lalu menuturkan bagaimana negara maju seperti Amerika Serikat yang sudah menjadikan industri pangan sebagai prioritas dibanding industri lainnya. Selain itu, para ahli gizi Center for Science in Public Interest (CPSI) di Washington DC, juga menempatkan ubi jalar pada posisi nomor satu diantara berbagai jenis pangan berdasarkan kandungan zat gizinya. Indeks glikemik terrendah dengan kecepatan menaikkan kadar gula darah berfungsi untuk mencegah penyakit gula darah (diabetes), anti aging, dan banyak mengandung antioksidan.
Kegiatan yang juga dihadiri Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, Ketua Badan Pertahanan Pangan Sumut, Ir Setio Purwadi MM, Staf Khusus Menteri Pertanian Dr Ir Andi Irawan MSi, dan tokoh masyarakat seperti Prof Dr FG Winarno ini dilaksanakan di berbagai universitas dan sekolah di 23 titik di Kota Medan. Diikuti sebanyak 20 ribu kegiatan pun memecahkan rekor Muri untuk memperkuat ketahanan pangan dan sebagai kearifan local masyarakat Sumatera Utara dengan memakan ubi jalar terbanyak.
Sebanyak 18.829 mahasiswa/i baru memakan ubi jalar sebelum makan nasi. Pencapaian tersebut mampu memecahkan rekor Muri yang pernah dilakukan sebelumnya di Sulawesi dengan jumlah peserta sekitar 10.400 orang.
“Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memecahkan rekor Muri saja namun sekaligus mendukung program ketahanan pangan nasional dalam upaya diversifikasi pangan berbasis sumber daya dan budaya lokal. Serta demi terwujudnya membangun kesadaran dan kemauan seluruh elemen masyarakat dalam melaksanakan konsumsi pangan beragam, bergizi dan berimbang,” ujar Ir Setyo Purwadi, MM, Kepala Badan Ketahanan Pangan Provsu.
Sementara itu Rektor USU, Syahril Pasaribu mengakui program pemerintah yang diambil alih oleh ketahanan pangan ini diharapkan mampu mendorong masyarakat khususnya untuk tingkat mahasiswa, untuk membiasakan diri mengkonsumsi ubi sebelum makan.
“Ke depannnya kita berencana akan terus mensosialisasikan Manggandong di setiap kesempatan acara. Dalam hal ini kita bukan menyuruh seluruh mahasiswa untuk Manggandong melainkan untuk memperkenalkan pangan aman konsumsi,” terangnya.
Menurut Syahril, penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan intensif pada penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi termasuk yang berbasis sumber daya lokal. (jul/uma)