27 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 15105

Sekeluarga Dibunuh karena Utang Rp20 Juta

Anak Sulung Dibuang di Tempat Sampah

RANTAU-Terjawab sudah teka-teki pelaku pembunuhan keluarga Supriadi (45). Kamis (23/6) dini hari sekitar pukul 02.30 WIB, polisi menciduk Suwandi alias Andi (42) dari Desa Tubiran, Kecamatan Merbau, Labura. Penasihat spiritual keluarga Supriadi ini lantas menunjukkan jenazah Juni Ananda Azhari, putra sulung korban, yang dibuangnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pulo Padang, 3 kilometer dari rumah korban.

Dari penelusuran METRO ASAHAN (grup Sumut Pos), pembunuhan sadis yang dilakukan tukang pijat keliling ini dilatarbelakangi persoalan utang piutang. Diketahui, sebulan sebelum kejadian, Suwandi meminjam Rp20 juta dari Supriadi. Informasi ini sesuai keterangan sejumlah jiran korban, dan pernyataan Kapolres Labuhanbatu AKBP Hirbak Wahyu Setiawan.

“Jadi, antara korban dan tersangka ada persoalan utang piutang. Tersangka memiliki utang kepada korban sebesar Rp20 juta, yang harusnya jatuh tempo Rabu kemarin,” kata Hirbak saat pemaparan di hadapan puluhan wartawan dan ratusan warga di Mapolres Labuhanbatu, kemarin petang.

Persoalan utang piutang itu pula yang kemudian membuat tersangka kalap, dan nekat menghabisi keluarga Supriadi. Saat itu Supriadi menghubungi Suwandi untuk keperluan memijat, pukul 21.30 WIB, Selasa (21/6). Suwandi diminta datang ke kediamannya di Lingkungan Simpang Nangka, Kelurahan Pulo Padang, Rantau Utara.

Sebelum memijat, Wagiyem (40), istri Supriadi diminta memasak bubur sumsum putih, yang konon dijadikan obat menghilangkan rasa lelah. Setelah masak, bubur itu dimantrai Suwandi, dan diserahkan kepada Supriadi.

Usai menyantap bubur, keduanya lantas berbincang-bincang hingga pukul 01.00 WIB. Dalam perbincangan itu, Supriadi meminta Suwandi segera melunasi pinjamannya Rp20 juta, karena akan digunakan untuk biaya pengiriman M Ridwan, anak kedua korban, yang rencananya melanjutkan pendidikan di SMK Taruna, di Padang Sumatera Barat.
Karena belum memiliki uang, Suwandi meminta diberi tambahan waktu. Entah karena sangat membutuhkan uang itu, dengan nada tinggi, Supriadi meminta Suwandi mengembalikan uangnya, pada 22 Juni, sesuai waktu jatuh tempo. Bahkan, M Ridwan, putra kedua korban, juga dengan nada tinggi meminta tersangka mengembalikan uang ayahnya. Lagi-lagi, tersangka meminta diberi keringanan.

Sejurus kemudian, Supriadi yang merasa belum ada perubahan berarti pada tubuhnya usai dipijat dan memakan bubur sumsum yang sudah dimantrai, kembali mengutarakan keluhannya. Tersangka lantas bertanya kepada Wagiyem apakah masih ada sisa bubur yang belum dimakan, yang kemudian dijawab oleh Wagiyem dengan mengatakan masih banyak bubur tersisa di periuk, di dapur.

Suwandi bergerak dari ruang tamu menuju dapur, dan mengambil beberapa sendok bubur, lantas menaruhnya di piring. Saat itu, tak sengaja, tersangka melihat beberapa bungkus racun tikus merk timex di dinding luar kamar mandi. Saat itulah, muncul pikiran jahat Suwandi untuk menghabisi nyawa keluarga teman dekatnya itu. Diam-diam, dia mencampurkan racun tikus ke bubur. Biji wijen yang bentuknya mirip timex, lantas ditaburkannya pula, dengan tujuan menghilangkan kecurigaan Supriadi dan keluarganya.

Suwandi lantas meminta semua pintu dan jendela ditutup. Dia juga meminta Supriadi dan Wagiyem, berikut 3 anaknya berkumpul di ruang tamu. Usai membacakan mantera, Suwandi menyuapi kelima korban dengan bubur sumsum yang telah bercampur racun tikus. Usai menyuapi para korban, Suwandi kembali mengajak mereka berbincang-bincang, sambil menikmati hidangan berupa martabak, mi goreng, teh manis, dan 2 gelas susu, yang sebelumnya disajikan Wagiyem.

Berselang satu jam, racun mulai bekerja. Kondisi tubuh Supriadi sekeluarga mulai melemah. Melihat korbannya sudah tak berdaya, Suwandi langsung melancarkan aksi biadabnya.

Pertama, dia menghabisi nyawa Supriadi, yang kala itu sedang berjalan ke dapur, dengan sebatang kayu bakar jenis rambung, yang terletak di dapur. Setelah memukul tengkuk Supriadi berulang kali, leher toke getah itu dijeratnya dengan tali timba sumur, yang berada di dalam ruangan dapur, persis di depan kamar mandi.

Setelah Supriadi tak bernyawa, Suwandi menghampiri Wagiyem, yang berbaring di ruang tamu. Dengan seutas tali nilon berwarna hijau tua, leher Wagiyem dijeratnya, hingga ibu 3 anak itu tewas. Setelah meregang nyawa, jasad Wagiyem diseret ke dapur, dan diletakkan berdampingan dengan tubuh Supriadi.

Usai mencopot tali yang dipakainya menghabisi nyawa Wagiyem, Suwandi membawa tali itu ke ruang depan, sambil memanggil-manggil M Ridwan yang sempoyongan. M Ridwan lantas disuruhnya duduk di sebuah kursi plastik dan lehernya dijeratkan ke leher M Ridwan, dan diikatkan ke sandaran kursi, hingga M Ridwan meregang nyawa.
Suwandi makin beringas. Dia lantas mengangkat Ari, anak bungsu korban yang tertidur di ruang depan, dan membawanya ke dapur, sambil tangannya mencekik leher bocah berusia 8 tahun itu. Jenazahnya, kemudian diletakkan di samping tubuh ayahnya.

Sebelum membunuh Junia Ananda Azhari, putra sulung korban, Suwandi yang mulai dilanda ketakutan kembali ke dapur, dengan maksud memindahkan jenazah para korban. Tubuh Supriadi yang masih terjerat tali timba, dibuangnya ke sumur, bersama Ari. Sedangkan M Ridwan dan Wagiyem ibunya, dibiarkan begitu saja.
Untuk menyudahi aksinya, tersangka bergerak memasuki kamar tidur Junia, yang berada di sisi kanan rumah. Namun, dia mendapati kamar sudah kosong. Tak mau aksinya tidak tuntas, berbekal sebilah keris kecil yang didapatnya dari atas lemari hias di ruang keluarga, dan sebatang kayu alu, Suwandi mengejar Junia dengan mengendarai sepedamotor Honda Megapro BK 2033 LYA.

Beberapa puluh meter dari rumah korban, Suwandi bertemu Junia yang berjalan sempoyongan. Dia lantas menghentikan laju kendarannya, dan meminta Junia naik ke boncengan dan Junia manut.

Suwandi lantas membawa ABG yang dikenal jago sistem komputer jaringan itu ke areal perkebunan sawit di TPA yang berjarak sekitar 3 km dari lokasi kejadian awal. Dengan dalih hendak mengobati, dia meminta Junia membasuh wajahnya, dengan air yang tergenang di tanah. Saat Junia membungkuk membasuh wajahnya, Suwandi mengeluarkan alu dari balik bajunya, lantas menghantamkannya sebanyak 3 kali ke kepala belakang korban. Namun, karena korban tak kunjung meregang nyawa, Suwandi menghunjamkan keris mini itu ke ulu hati korban hingga Junia tewas.

Suwandi pun menyeret tubuh korban, dan mencampakkanya ke parit bekoan, yang menjadi batas antara perkebunan sawit warga dengan TPA. Adapun keris, dan alu dibuangnya ke semak-semak, dan lantas berambus pergi meninggalkan lokasi, kembali ke kediamannya, di Desa Tubiran, Kecamatan Merbau, Labura.

Keterangan Kapolres Labuhanbatu AKBP Hirbak Wahyu Setiawan kembali ditegaskan Kepala Bidang (Kabid) Humas Poldasu AKBP Drs Raden Heru Prakoso. Kaid Humas memuji kerja cepat yang dilakukan aparat di Polres Labuhan Batu. “Keberhasilan Polres Labuhan Batu yang hanya beberapa jam saja bisa langsung menangkap pelakunya,” ungkap Raden Heru Prakoso, di Mapoldasu, kemarin.

Siwandi Tak Menyesal

Membantai 5 orang di dalam satu keluarga tidak membuat Suwandi menyesal. Perbuatan keji itu, diakuinya hanya sebagai bentuk kekhilafan.

Dalam wawancara singkat dengan METRO ASAHAN di ruang penyidik unit IV Jahtanras Satreksrim Polres Labuhanbatu, Suwandi mengaku niat menghabisi keluarga Supriadi muncul dipicu kekesalan karena dipaksa mengembalikan utang. Cara Supriadi menyampaikan hal itu, dengan nada yang sedikit tinggi, katanya, membuat dirinya merasa tersinggung.

“Aku sudah minta tolong dikasi tenggang waktu untuk membayar, dia maksa bayar tepat waktu. Alasannya, mau untuk biaya anaknya. Yang membuat aku makin kesal, anaknya pun ikut-ikutan ngomong keras,” katanya.
Meski demikian, niat jahatnya baru muncul setelah melihat racun tikus merk timex, di dinding kamar mandi. “Pas lihat timex, langsung ku campur ke bubur, dan kutambahi wijen. Bubur itu kubaca doa-doa, dan mereka kusuapi semua. Targetnya memang, setelah racun bereaksi, mereka aku cekik satu-satu,” ujarnya.

Meski merapalkan mantera, Suwandi  membantah disebut dukun. “Ngga, aku bukan dukun. Aku cuma tukang pijat, tapi bisa baca doa-doa,” katanya.

Ketika sekali lagi ditanya perasaannya saat menghabisi nyawa Supriadi dan keluarganya, suami dari  Rubini dan ayah 4 anak ini hanya mengaku khilaf. “Aku khilaf, aku khilaf,” ujarnya sambil menunddukkan kepala.

Sedangkan saat ditanya apakah tidak takut dengan hukuman yang bakal dijalaninya sebagai konsekwensi perbuatannya itu, Suwandi tak mau lagi berbicara. Dia hanya menunduk, sambil sesekali menatap langit-langit ruang Jahtanras Mapolres Labuhanbatu. (ing/riz/smg/ari/mag-7)

Sepatu Basket Teringan

AdiZero Crazy Light

BAGI Anda yang gemar bermain basket, sepatu adiZero Crazy Light, sepatu basket teringan yang dikeluarkan oleh Adidas ini, patut Anda coba. Sepatu ini memiliki berat hanya 9,8 ons (sekitar 278 gr) ini, yang artinya 15 persen lebih ringan daripada sepatu basket pria mid-cut ukuran 9.

Sepatu yang dikembangkan selama dua tahun ini menggunakan teknologi revolusioner bernama Sprintweb exoskeleton dengan ketebalan kurang dari 1 mm, dan terikat dengan tekstil nilon yang mampu mengurangi berat dan meningkatkan kekuatan. Materi yang dihadirkan mampu memberikan kekuatan vertikal dan horisontal untuk memberikan dukungan optimal kepada para pemain di setiap gerakan memotong.

Sprintframe external heel counter dan Torsion System lalu digabungkan agar dapat mengurangi berat secara maksimal, mampu mengembalikan energi, dan kontrol gerak.  Setiap lubang tali sepatu memiliki daya tahan dan jaringan kuat untuk mendukung pemain saat melakukan gerakan sulit. Bagian atas sepatu terbuat dari nilon, sehingga dapat mengurangi berat dan memberikan pemain kenyamanan rongga udara hingga hampir 360 derajat.

Sepatu adiZero Crazy Light dalam empat pilihan warna, antara lain biru terang/putih hitam/merah/putih abu-abu/hijau terang dan merah/putih dengan harga Rp1.699.000.  Sepatu ini  dipasarkan pada bulan September 201. Pesan saja di www.shopadidas.com. (net/jpnn)nn)

Eksistensi Anak Kerani

Drs Muhammad Syahrir

Dia baru bisa membaca begitu menginjakkan kaki di kelas 3 SD. Berapa tahun berselang, ‘Anak Kebun’ inipun dinyatakan tidak lulus dari SMA N 8 Medan. Setelah setahun mengulang, dia langsung diterima di Universitas Sumatera Utara.

egitulah, menjadi pimpinan organisasi profesi daerah di usia yang masih muda menjadi bukti bagaimana kondisi yang serba kekurangan tidak menghentikan usaha Drs Muhammad Syahrir (45) untuk meraih sukses. Ya, siapa sangka pria yang akrab disapa Sarkum (Syahrir Kumis) ini berhasil meraih jabatan tertinggi pada organisasi profesi Persatuan Wartawan Indonesia Sumatera Utara (PWI Sumut) pada Musyawarah Besar (Mubes) PWI Sumut 2010 lalu. Usia muda dan kiprah di bidang jurnalistik yang masih minim ternyata mampu mengalahkan calon lain dengan pengalaman lebih matang.

“Kalau hanya mengikuti jalan yang sudah ada, kita tidak akan pernah sukses dan akan selalu di bawah. Perlu kreativitas yang disesuaikan dengan kemampuan didukung keyakinan. Pasti bisa sukses,” beber Sarkum yang ditemui di ruang kerjanya Gedung PWI Sumut, Kamis (23/6).

Dengan kondisi tadi, dirinya menggunakan strategi untuk memenangkan pemilihan lewat kekuatan jaringan yang dimiliki. Jaringan yang berhasil dibangun selama melakoni profesi sebagai jurnalis sejak 1990 lalu. Kesamaan pandangan untuk perbaikan harkat dan martabat insan jurnalis yang dipaparkan berhasil meraih suara terbanyak untuk menjadi ketua selama lima tahun ke depan. Jawaban untuk semua keraguan yang kerap ditujukan kepadanya. Lahir di lingkungan perkebunan sebagai anak seorang kerani, Syahrir kecil mengalami banyak keterbatasan. Seperti kesan kolonial yang membuat mereka termarjinalkan dalam pergaulan. Belum lagi harapan besar sang ayah yang harus dipikul sebagai putra bungsu dari sembilan bersaudara. Meskipun untuk beberapa hal, keterbatasan itu memberi hikmah tersendiri baginya.

Di usia lima tahun dirinya sudah memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Padahal saat itu pada umumnya pendidikan dimulai di usia tujuh tahun. Syahrir pun menjalani pergaulan yang dua tahun berada di atas. Namun harapan besar sang ayah kepadanya justru berdampak lambat pada pendidikannya. Bahkan, membaca baru bisa dilakukan di kelas tiga. “Karena didikan keras ayah dulu saya jadi trauma. Makanya, sampai kelas tiga saya belum bisa baca. Kalau belajar saya suka menghapal ucapan teman biar bisa menjawab saat ditanya ayah. Tapi, semua itu menempa saya menjadi seperti sekarang,” kenangnya.

Kegagalan lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Medan tidak membuat Syahrir patah semangat. Justru dijadikan hikmah dari usia yang lebih muda tadi. Pengulangan pun dilakukan tanpa beban hingga nantinya memberi hasil yang mengejutkan. Berhasil menjadi lulusan SMA N 8 Medan, anak kebun ini pun berhasil lulus ke Universitas Sumatera Utara (USU). “Orangtua saya memang miskin, makanya kalau kuliah di swasta tidak mungkin. Saya pun bertekad harus masuk negeri dan harus tamat dalam empat tahun. Pokoknya masuk USU dulu, soal ilmu itu masalah lain,” tambahnya.

Suami dari Tuty Haryati Ritonga SE ini pun punya strategi untuk tekadnya tadi. Ketika lingkungan mengejar gelar dokter dan insinyur, dirinya justru memilih Sastra Indonesia di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) di USU. Pasalnya persaingannya kala itu masih kecil sehingga peluang masuk lebih besar. Masalah ternyata belum selesai. Syahrir masih harus berpikir untuk menutupi kekurangan yang dimiliki. Bagaimana dirinya yang tanpa bakat seni tetap bisa tampil di tengah-tengah insan seni. Untuk itu dirinya memilih aktif di organisasi yang menunjang kemampuannya dalam menganalisa masalah. Dengan menjadi Sekretaris Senat Mahasiswa, Syahrir pun dikenal.
Begitu juga strategi mengangkat kajian lirik lagu Iwan Fals sebagai karya sastra untuk skripsi membuatnya berhasil lulus bersamaan dengan teman seangkatan yang lebih dulu selesai sidang meja hijau. Bahkan mendapat apresiasi dari dosen-dosen penguji yang kala itu pakar-pakar sastra. “Kalau mengangkat kajian puisi sastrawan hancur saya karena dosen-dosen itu pasti menguasainya. Saya yang pertama mengangkat itu jadi kesannya mereka yang belajar sama saya,” beber pelahap es campur dan sate padang ini.

Dengan penyatuan otak, hati, dan mulut didukung keyakinan akan kemampuan yang ada Syahrir menciptakan sendiri masa depannya. Dirinya mengawali karir sebagai monitor televisi sebelum menjadi reporter penuh di Harian Bukit Barisan. Status sebagai pegawai tetap di PTP II bahkan ditinggalkan. Saat terjadi reformasi, dirinya yang masih minus pengalaman dipercaya menjadi redaktur pelaksana untuk menangani halaman satu.

Tuntutan kebutuhan tidak membuat ayah dari tiga anak ini mengalah. Agar tetap tampil, Syahrir menolak berkhianat, berpindah ke media lain. Dengan keyakinan akan kemampuan dirinya bergabung membentuk media baru dan tetap sebagai redaktur. Meskipun hanya bertahan enam bulan lamanya. “Kepercayaan hanya datang sekali seumur hidup. Saya pun mencari investor buat harian Realitas dan duduk sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred). Terlepas besar kecilnya media yang penting saya Pemred,” ketus Anggota Dewan Pertimbangan SPS Pusat periode 2007-2011 ini.

Keraguan akan keberlangsungan media yang didirikannya pun dijawab dengan eksistensi yang diperlihatkan hingga menjejak usia 10 tahun. Begitu juga keraguan akan kedudukannya saat ini. Dengan merangkul kalangan akademisi, FISIP USU untuk teori komunikasi, Hukum UMSU untuk pengetahuan hukum, dan FIK Unimed untuk teori olahraga dirinya mengangkat martabat kaum jurnalis dengan keprofesionalan. (jul)

Ikuti Jejak Senior

COPENHAGEN – Spanyol sedang menjalani era emasnya di lapangan hijau. Bukan hanya di level senior, di mana mereka mengawinkan gelar juara Euro 2008 dan Piala Dunia 2010, tapi prestasi hebat juga siap diraih di level junior.
Ya, timnas Spanyol U-21 yang terjun di Euro U-21 2011 di Denmark, telah memastikan diri melaju ke partai puncak.
Peluang mereka untuk menjadi juara pun terbuka lebar. Namun, sebelumnya mereka harus melewati hadangan Swiss pada 25 Juni nanti.

Javi Martinez dkk sukses melaju ke partai puncak setelah menang 3-1 (0-1) atas Belarusia di Viborg Stadion, kemarin dini hari (23/6).

Sedangkan Swiss mencapai final setelah mengandaskan Republik Ceko 1-0 (0-0) di Herning Stadium, kemarin dini hari (23/6).

Dua pertandingan semifinal itu berlangsung ketat. Bahkan, lolosnya Spanyol dan Swiss harus ditentukan melalui perpanjangan waktu. Di waktu normal, Spanyol ditahan imbang Belarusia 1-1. Bahkan, Spanyol lebih dulu tertinggal lewat gol Andrey Varankow pada menit ke-38.

Setelah itu, berbagai upaya dilakukan Spanyol untuk menyamakan skor, tapi selalu gagal.
Gol penyama kedudukan baru hadir satu menit jelang laga normal usai melalui Adrian Lopez.
Terpaksa laga dilanjutkan dengan perpanjangan waktu.

Nah, di perpanjangan waktu, Spanyol lebih dominan dan mampu menyarangkan dua gol ke gawang Belarusia yang dikawal Alexander Gutor.

Adrian Lopez mencetak gol keduanya pada menit ke-105 dan ditambah gol Jeffren pada menit ke-113.
Sedangkan Swiss harus melakoni perpanjangan waktu melawan Rep.

Ceko setelah pada waktu normal kedua tim tidak mampu mencetak gol. Swiss akhirnya melaju ke final setelah striker andalannya Admir Mehmedi mencetak gol tunggal di menit ke-114.

Bagi Spanyol, ini adalah kali kelima mereka mencapai final ajang yang dulunya bertitel Euro U-23 itu.
Pada empat final sebelumnya, dua kali La Rojita, julukan Spanyol U-21, tampil sebagai juara pada 1986 dan 1998 serta dua kali menjadi runner-up pada 1984 dan 1996.

Pada Euro U-21 kali ini, Spanyol yang dilatih Luis Milla mampu melaju hingga final tanpa sekalipun tersentuh kekalahan.

Di fase grup, mereka tergabung dalam grup B bersama Rep. Ceko, Inggris, dan Ukraina. Hasilnya, mereka dua kali menang dan sekali seri dengan Inggris.

“Saya pikir ini laga hebat. Kami kesulitan, tapi akhirnya mampu merebut kemenangan. Kami pantas untuk mendapatkan tiket ke Olimpiade dan berikutnya adalah mengikuti jejak tim senior Spanyol,” bilang Adrian Lopez, seperti dikutip Goal.

Bagi Swiss, ini final pertama mereka.
Prestasi yang hebat bagi tim yang minim tradisi. Sejak 1976, mereka hanya sekali lolos ke putaran final Euro U-21. Prestasi tertinggi mereka adalah semifinalis pada Euro U-21 edisi 2002 lalu. (ham/jpnn)

Air Mata Pele

SAO PAULO – Santos akhirnya kembali merebut juara Copa Libertadores setelah menanti selama 48 tahun. Sejak era Pele berlalu, klub raksasa Brazil itu selalu gagal merebut gelar di Copa Libertadores dan kemarin puasa gelar diakhiri.
Keberhasilan Santos menggenggam gelar ketiga mereka di kompetisi antarklub paling bergengsi di Amerika Selatan itu setelah menang 2-1 (0-0) atas Penarol pada second leg final di Pacaembu. Sebelumnya, pada first leg, kedua tim bermain seri tanpa gol.

Kemenangan atas Penarol juga mengulang hasil yang sama pada final edisi 1962. Ketika itu, Santos juga bersua dengan Penarol dan hasilnya klub berjuluk Santastico tersebut mengalahkan Penarol melalui playoff di Estadio Monumental, Buenos Aires.

Sejak semula, Santos memang lebih diunggulkan memenangkan laga final melawan Penarol. Dari segi permainan, Santos juga mendominasi laga, tapi selalu gagal menjebol gawang Penarol yang dikawal kiper Sebastian Sosa di babak pertama.

Baru pada babak kedua, Santos mampu memecah kebuntuan melalui gol Neymar pada menit ke-46. Kemudian, Danilo menambah keunggulan Santos pada menit ke-68. Adapun satu-satunya gol Penarol terjadi kibat bunuh diri bek Santos Durval di menit ke-79.      “Kami harus berterima kasih kepada dua pemain muda kami. Mereka menjadi penentu pada pertandingan penting ini. Neymar memang bermain kurang baik di babak pertama, karena pertahanan lawan tertutup, tapi dia menggila di babak kedua,” kata Pele, legenda Santos, seperti dikutip AP.

Pele ikut larut dengan para pemain Santos yang merayakan kemenangan di dalam lapangan usai laga. Tampak pula dia menitikkan air mata. “Sudah lama saya menantikan kembali momen seperti ini,” ungkap Pele.

Kepuasan juga tercurah di wajah Muricy Ramalho, pelatih Santos. Ini adalah gelar Copa Libertadores pertamanya. “Saya memenangkan lima gelar juara di Brazil, tapi masih mendapat kritik dari fans karena belum pernah juara Libertadores. Sekarang saya lega,” jelas Ramalho.

Sedangkan kekecewaan terlihat di wajah para pemain Penarol. “Saya tidak tahu apakah ini skor yang adil, tapi sejarah mencatat bahwa juaranya adalah Santos. Tim kami melakukan yang terbaik pada final kali ini,” bilang Juan Manuel Olivera, striker Penarol.

Sayang, kemenangan Santos itu sedikit ternoda dengan keributan yang terjadi seusai laga ketika penyerahan medali perak untuk Penarol yang menjadi runner-up. Pertengkaran sempat terjadi ketika para pemain merayakan kemenangannya. “Fans Santos masuk lapangan dan memprovokasi kami. Mereka harus belajar bagaimana cara untuk berselebrasi. Kami bisa menerima kekalahan ini,” bilang Alejandro Martinuccio, striker Penarol.
Kegagalan itu membuat Penarol mengubur mimpi mereka merebut gelar keenam di Copa Libertadores dan menyamai Boca Juniors. Ini juga menjadi kekalahan kelima mereka dalam sepuluh final yang pernah dilakoni mereka. (ham/jpnn)

Ingin Menginap, Bawa Surat Sakti dan Bayar Rp75 Ribu

Mengunjungi Kamar Bung Karno di Pesanggrahan Parapat

Mess Bung Karno di bibir pantai Danau Toba kondisinya memprihatinkan. Tak mau aset besejarah itu lapuk ditelan zaman, Pemerintah Kabupaten Simalungun berniat mengambilalih perbaikan dan pemeliharaannya dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Bagaimana kondisinya?

JESRON SIHOTANG-Parapat

Parapat, kota wisata alam di Kabupaten Simalungun pernah menjadi lokasi pengasingan Presiden Soekarno. Bapak proklamator itu ditempatkan di sebuah rumah di tepi Danau Toba pada 1 Januari 1949, setelah diasingkan di Berastagi. Di rumah ini Soekarno tinggal selama satu setengah bulan bersama Agus Salim dan Sutan Syahrir.
Bupati Simalungun JR Saragih dan rombongan dan wartawan METRO SIANTAR (grup Sumut Pos) berkesempatan meninjau rumah pengasingan bapak bangsa itu, kemarin (23/6).

Di depan rumah pengasingan terpampang pamflet bertuliskan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Mess/Pesanggrahan Parapat. Letaknya di Jalan Istana No 5, di sebelah mess yang oleh warga sekitarn
disebut Pesanggrahan Bung Karno itu berdiri Mess Marihat.

Kedatangan rombongan bupati disambut petugas penjaga Mess Marihat dan Pesanggrahan Bung Karno, Darmadi. Dia lalu menceritakan sejarah singkat mess tersebut. “Pesanggrahan Bung Karno ini berdiri sejak 1972 dengan fasilitas sangat sederhana,” ujar Darmadi.

Petugas penjaga mess dan kamar Bung Karno inipun sudah silih berganti. Mulai dari Misdi, Suprapto dan sejak 2010 hingga saat ini adalah Darmadi.

Pesangrahan yang dibangun pada 1972 itu hanya memiliki 4 kamar. Salah satunya adalah kamar dan tempat tidur Bung Karno. Sayangnya, 80 persen perabotan di dalamnya sudah dilengkapi properti gaya modern.
Di kamar inilah Bupati Simalungun JR Saragih, terkesima. Di balik kekagumannya, Bupati menyayangkan kondisi bangunan bersejarah yang di sejumlah bagiannya tampak lapuk seperti rumah tak berpenghuni.

“Saya baru pertama kali menginjakkan kaki di sini, untung METRO (wartawan METRO SIANTAR)  mengajak kemari,” katanya, sembari melewati lukisan Bung Karno berwujud 3 dimensi di dinding dekat tangga menuju lantai dua.
Dari lantai dua Pesanggrahan Bung Karno, JR bertelepon kepada salah seorang kerabatnya di Jakarta. “Halo pak Bungaran Saragih, apa kabar?”.

Kepada mantan menteri pertanian itu, JR mengungkapkan niat memperbaiki pesanggrahan yang kondisinya memprihatinkan. “Kami berniat pemeliharaan dan renovasinya diambil alih Pemkab Simalungun, sehingga dapat menambah warna sari pariwisata Danau Toba di Parapat. Bantu kami ya Pak?” demikian suara JR saat berbicara melalui telepon.

Pesanggrahan Bung Karno dan Mess Marihat sering dikunjungi pejabat negara, pejabat daerah dan pejabat publik. Uniknya, pengelola kerap dimarahi para pejabat tersebut. ”Kami sering kena marah karena saat mereka tidur dan hujan turun, air menembus asbes (plafon) dan membasahi tempat tidur. Termasuk di kamar Bung Karno,” kata Darmadi.

Keluhan para tamu ini berulang kali disampaikan pejabat yang bersangkutan ke pejabat di Pempovsu, atau disampaikan pengelola ke pejabat pejabat yang berwenang di Pempovsu. Setelah itu biasanya utusan dari Pemprovsu akan datang membawa meter, mengukur dan mengambil foto dari berbagai sudat. ”Tapi hingga kini renovasi yang seutuhnya tidak pernah jelas, biasalah…,” kata Darmadi.

Menurut Darmadi yang didampingi petugas kebersihan, Mangasi Sinaga, Mess Marihat dan Pesanggrahan Bung Karno memang jarang mendapat perhatian. Kalaupun ada rehabilitasi gedung, hanya kecil-kecilan. Seperti perbaikan di kamar mandi, sebagian lantai di teras samping dan pembuatan kanopi di samping pintu belakang.

Selain dikunjungi pejabat, warga biasa juga sering menginap di Mess Marihat dan Pesanggrahan Bung Karno. Syaratnya, membawa surat sakti dari pejabat di Pemprovsu dan membayar ’uang perawatan’ Rp75.000. Berdasarkan pengalaman wartawan koran ini, bila sedang musim liburan, tarif inap sering kali dinaikkan, sesuai kesepakatan antara penginap dan pengelola.

“Bagaimanalah bang, harga kamar di luar sana kan sudah naik dan sudah full booking. Otomatis kita pun menaikkan harga kamar mess ini dan tanpa surat sakti. Biasa Rp100.000, sekadar pengganti nyuci spray aja bang,” kata Darmadi.

Dari pantauan METRO SIANTAR, selain harga kamar yang dijual diduga tanpa sepengetahuan pihak Pemprov Sumut, kawasan wisata di sekitar Pesanggrahan Bung Karno dijadikan objek uang masuk. Setiap kendaraan yang parkir di wilayah itu dikutip ‘biaya penitipan’ dari Rp5.000 per sepeda motor hingga Rp20.000 untuk mobil mewah.
“Memang begitu jugalah yang kami lihat bang,” ujar warga yang menjajakan dagangannya di sekitar lokasi pesanggrahan Bung Karno. (*)

Banjir Diskon hingga 50 Persen

Ramayana Back To School

MEDAN- Memasuki tahun ajaran baru sekolah, Ramayan Departement Store Cabang Sisingamangaraja Medan mengadakan program berbelanja murah untuk perlengkapan dan peralatan sekolah. Mulai dari tas sekolah, sepatu, buku tulis hingga baju seragam.

Harga murah yang diberikan tersebut merupakan Promo Ramayan Back To School akan dimulai sejak hari ini, Jumat (24/6). Dalam program ini, setiap peralatan sekolah mendapat potongan harga hingga 50 persen.  “Ini adalah program murah dalam memasuki tahun ajaran baru sekolah. Ramayana sangat mengerti akan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan peralatan sekolah dengan harga murah,” ujar Store Manajer Ramayana Sisingamangaraja Surya Indratmo.

Untuk buku tulis merk EB isi 10 pieces mendapatkan potongan harga 35 persen, dimana harga semula Rp55.500 ribu menjadi Rp36.075 ribu. Sementara buku tulis Maxy T 40 isi 10 pieces mendapatkan potongan harga 50 persen, dari harga normal Rp83.500 ribu menjadi Rp41.750 ribu.

Untuk tas ransel dewasa dan anak, mendapatkan potongan harga 50 persen dari harga Rp109.900 menjadi Rp54.950. Sedangkan tas ransel anak dari harga Rp32.500 ribu menjadi Rp16.250 ribu. “Untuk buku tulis, pada jam-jam tertentu akan mendapatkan potongan harga hingga 50 persen dalam program Time Service,” tambah Surya.
Tak hanya itu, ada produk aneka ballpoint dan pensil dengan berbagai merek yang diberi diskon mulai dari 30 persen hingga 50 persen. Untuk aneka ballpoint, misalnya, ada merk Kenko dari harga normal Rp4.000 didiskon menjadi Rp2.600. Untuk pensil merk Zodiac dari harga normal Rp12.500, didiskon menjadi Rp8.125. Sedangkan sepatu sekolah warna hitam seperti merk Bata, Ardiles dan Carvil, mendapat potongan harga hingga 50 persen.
Selain program Back to School, Ramayan Sisingamangaraja juga melakukan promo bertemakan liburan. “Saat ini lagi musim liburan, jadi berbagai model pakaian dengan warna cerah dan tema liburan sedang diminati anak muda. Harganya  diberi diskon,” papar Surya.

Promo lain yang sedang dilaksanRamayana yaitu Branded Shoes yang diselenggarakan di area parkir gedung Ramayan Sisingamangaraja. “Branded shoes ini menjual sepatu dengan promo beli 1 gratis 1,” pungkas Surya. (mag-9)

Persidafon Jajal ISL

MALANG- Sukses membekuk Bontang FC dengan skor 3-2, Persidafon Dafonsoro  dipastikan akan menjajal Indonesian Super League (ISL) musim depan.

Laga yang digelar di Stadion Kanjuruhan Malang kemarin itu awalnya didominasi Bontang FC. Duet Satoshi Otomo dan Ali Khaddafi di lini tengah membuat repot Persidafon. Sementara, Persidafon lebih memilih strategi serangan balik dengan mengandalkan kecepatan Lukas Rumkabu.

Pertandingan baru berjalan empat menit ketika Lukas Rumkabu nyaris membobol gawang Bontang, setelah mengecoh kiper Tirta Bayu Kencana. Namun, tendangan pemain berusia 33 tahun ini masih belum menemui sasaran.
Tiga menit kemudian, jantung para pendukung Bontang kembali berdegup kencang. Kali ini giliran Abel Cielo yang mengancam gawang tim kesayangan mereka. Namun, kali ini, Tirta Bayu masih sigap mengantisipasi tendangan pemain asal Liberia ini.

Banyak memiliki kesempatan, Persidafon justru harus kebobolan terlebih dahulu. Menit 12, menerima umpan silang Satoshi Otomo, Kenji Adachihara melepas tendangan voli kaki kanan yang tidak bisa diantisipasi oleh penjaga gawang Persidafon, I Putu Dian Ananta.

Tertinggal, Persidafon meningkatkan intensitas serangan. Hal ini berbuah serangkaian peluang yang mereka miliki. Babak pertama, kedudukan tetap bertahan bagi keunggulan Bontang FC.

Babak kedua, pelatih Persidafon, Agus Yuwono menginstruksikan anak asuhnya untuk tampil lebih menekan. Usaha ini tidak sia-sia. Memanfaatkan kacaunya barisan belakang Laskar Bukit Tursina, Lukas Rumkabu sukses mencetak gol yang menyamakan kedudukan pada menit ke-48. Bahkan, enam menit kemudian Persidafon berbalik unggul. Pergerakan Rasmoyo yang menusuk dari sayap kanan pertahanan Bontang FC, diganjal oleh Arifki Eka Putra. Wasit Isya Permana menunjuk titik putih. Juan Cirelli yang ditunjuk sebagai algojo tak menyia-nyiakan kesempatan dan membobol gawang Bontang.

Menit 65, Bontang menyamakan kedudukan. Tendangan spekulasi M. Istigfar dari sudut sempit tak mampu dijangkau Putu dan membuahkan gol penyeimbang kedudukan.
Namun, kegembiraan para penggawa Bontang ini tak bertahan lama. Semenit kemudian, Persidafon kembali unggul melalui gol yang dicetak Patrick Wanggai. (net/jpnn)

Nerazzurri Berpaling ke Gasperini

MILAN – Perburuan pelatih yang dilakukan Inter Milan mulai menemukan titik terang. Setelah gagal menggaet Marcelo Bielsa, Andre Villa-Boas, Fabio Capello, dan Sinisa Mihajlovic, Inter pun beralih pada Gian Piero Gasperini.
Berdasarkan kabar yang dilansir Mediaset, tim berjuluk Nerazzurri itu hanya tinggal selangkah untuk merekrut Gasperini. Bahkan, Gasperini telah bertemu langsung dengan presiden Inter Massimo Moratti untuk membicarakan visinya tentang sepak bola.

Sejatinya, Moratti lebih condong menyukai Mihajlovic, tapi negosiasi dengan Fiorentina mentok di tengah jalan. La Viola, julukan Fiorentina, ogah melepas Mihajlovic, meski musim lalu prestasinya pas-pasan.
Sulitnya mendapatkan Mihajlovic, membuat kandidat tactician Inter tinggal Gasperini, Gianfranco Zola, Luciano Spalletti, dan Claudio Ranieri. Zola dianggap kurang matang, Spalletti masih terikat dengan Zenit St. Peterseburg, dan Moratti kurang sreg dengan Ranieri.

So, opsi paling realistis adalah menggaet Gasperini yang sebelumnya terbilang cukup baik ketika menangani Genoa. Lagipula, Gasperini sekarang sedang jobless alias pengangguran setelah dipecat Genoa lantaran performa buruk di awal musim.

Meski sejumlah media Italia telah mengklaim Gasperini berlabuh di Inter, tapi direktur umum Inter Marco Branca tidak buru-buru mengiyakannya. “Ini akan menjadi pekan yang panjang. Presiden meminta waktu untuk merasakan feeling yang pas dengan pelatihnya,” jelas Branca, seperti dilansir Gazzetta Dello Sport.

Namun, Branca menjelaskan bahwa pelatih akan menjadi prioritas mereka sebelum melakukan pembelian dan penjualan pemain di bursa transfer musim panas ini. Kepergian Leonardo yang tiba-tiba ke Paris Saint-Germain untuk jabatan direktur memang membuat Inter keteteran. (ham/bas/jpnn)

Dragon Boat Diikuti 10 Tim

Lake Toba Eco Tourism Sports VII 2011

MEDAN- Kejuaraan Dayung Dragon Boat pada even Lake Toba Eco Tourism Sports VII 2011 di Pantai Sosor Pasir, Parapat, 25- 26 Juni 2011 akan diikuti 10 tim dari 8 kabupaten/kota se Sumatera Utara.

Even itu rencananya akan dihadiri Ketua Umum Pengprov Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Sumut Dr Januari Siregar SH MHum. Delapan kabupaten/kota yang mengirimkan peserta di antaranya Medan (3 tim), Tobasa (1), Samosir (1), Sibolga (1), Tanjungbalai (1), Simalungun (1), Humbahas (1), dan Taput (1).
Sekretaris Umum PODSI Sumut Drs Jhon Poltak mengatakan selain ikut menyemarakkan kegiatan Lake Toba Eco Tourism Sports VII 2011, kejuaraan ini juga sebagai ajang seleksi tim Pra PON Sumut yang akan dilaksanakan Desember 2011 di Cipule Jawa Barat.

“Para atlet yang terjaring dalam kejuaraan ini nantinya akan dipelatdakan untuk persiapan Kejurnas (Pra PON-red),” ujar Jhon Poltak. Pihak panitia sengaja membatasi umur para peserta yakni maksimal 23 tahun, agar pada pelaksanaan PON di Kepri 2012 nanti atlet dayung Sumut tidak melebih umur.  (ful)