Ribuan Pengidap Kencing Manis Ditangani RSU dr Pirngadi
Sesuatu yang manis cenderung disukai manusia. Ini tidak berhubungan dengan jenis makanan atau minuman saja. Manis bisa bermakna banyak; baik wajah seseorang dan sebagainya. Pertanyaannya, siapa yang suka kecing manis? Tentunya, manis yang satu akan dijauhi manusia.
Ya, ini tentang penyakit kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM). Pengidap penyakit ini ternyata memiliki angka fantastis di Rumah Sakit Umum (RSU) dr Pirngadi Medan. Tercatat, untuk April 2011 saja, 1404 kunjungan dan jumlah kasus baru DM yang ditemukan mencapai 134 orang.
Dikatakan Humas RSU dr Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin, jika dilihat dari golongan umur, yang paling banyak menderita penyakit DM dan mendapat perawatan di Pirngadi adalah usia 45-64 tahun yaitu mencapai 82 kasus, usia 25-44 tahun sebanyak 43 kasus dan usia 65 tahun keatas ada 7 kasus.
“Jika dilihat berdasarkan jumlah kasus baru, perempuan lebih dominan menderita DM yaitu 79 orang. Sedangkan untuk laki-laki sebanyak 55 orang dan ini hanya untuk bulan April 2011 saja,” jelasnya, Minggu (5/6).
Tentunya angka tadi cukup memprihatinkan. Pasalnya, DM bukanlah penyakit ringan. Ya, menurut Edison, DM adalah keadaan hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. “Akibat gangguan hormonal tersebut dapat menimbulkan komplikasi pada mata seperti katarak, ginjal, saraf dan pembuluh darah,” jelasnya.
Sebelumnya, tepatnya pada Januari dan Februari 2011 tercatat penderita kencing manis mencapai 8.462 pasien, dimana 1.251 diantarnya merupakan pasien baru. Secara rinci, untuk pasien rawat jalan di rumah sakit milik Pemko Medan itu sepanjang Januari hingga Februari untuk penderita kencing manis mencapai 2.874 kunjungan dengan kasus baru 529 pasien dan didominasi usia 45 hingga 64 tahun.
Secara umum Indonesia saat ini menjadi negara peringkat empat dengan jumlah penderita diabetes mellitus atau kencing manis terbesar di dunia. Para penderita tersebar mulai dari wilayah perkotaan hingga ke pedesaan.
Total penderita diabetes mellitus di Indonesia berdasar data WHO pada 2010, sekitar 8 juta jiwa, dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 juta jiwa pada 2025 mendatang. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat keempat penderita diabetes terbesar setelah China, India, dan Amerika. Sementara jumlah penderita diabetes di dunia, mencapai 200 juta jiwa. Diprediksi angka tersebut terus bertambah menjadi 350 juta jiwa pada 2020.
Ancaman ini semakin mengerikan mengingat DM kini telah melawan anggapan khalayak tentangnya. Ya, dahulu ada pandangan bahwa diabetes mengancam orang kota yang suka makan fast food. Orang yang banyak makan karbohidrat sehingga kelebihan kalori hingga kegemukan, inilah yang berisiko terkena diabetes.
Ternyata bukan hanya makanan fast food, makanan standar seperti nasi, jagung, ketela, dan sebagainya yang dimakan dalam jumlah yang cukup banyak cukup menjadi penyebab. Karena itu, yang perlu diperhatikan agar terhindar dari DM, orang harus makan makanan dengan seimbang atau tidak kelebihan kalori.
Terlepas dari itu, Pengamat Kesehatan dr Delyuzar, menjelaskan biasanya pada penderita DM akan mengalami banyak buang air kecil, terutama pada malam hari. Selain itu juga akan merasa cepat lapar dan merasa haus walau belum lama makan dan minum.
“Untuk pengobatannya, bila hasil laboratorium gula darah tidak terlalu jauh dari angka normal, maka dokter akan menganjurkan diet rendah kalori terlebih dahulu dan olahraga secara teratur. Tapi, jika telah melakukan diet dan olahraga kadar gula darah masih juga tinggi, maka biasanya dokter akan memberikan Oral Anti Diabetes atau OAD,” jelasnya. (mag-7)
Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus (Kencing Manis)
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita Diabetes Mellitus atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita:
- Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
- Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
- Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
- Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
- Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
- Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
- Cepat lelah dan lemah setiap waktu
- Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
- Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
- Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Sumber: infopenyakit.com
Tipe Penyakit Diabetes Mellitus
1. Tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1.
2. Tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah ketika hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
Sumber: infopenyakit.com