28 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 15199

Bisa Main Bola di Jalan

Efek Libur Nasional dan Cuti Bersama

Ada yang berbeda dengan lalu lintas Kota Medan kemarin, Kamis (2/6). Tak ada suara bising klakson atau teriakan pengguna jalan yang tak sabar dengan macet. Medan lengang.

Suasana berbeda ini dapat dilihat langsung di beberapa ruas jalan yang selalu menjadi “langganan” macet, seperti Jalan Sutomo, Glugur, Gatot Subroto, Brigjen Katamso, serta Jalan Cirebon. Jalanan tersebut sama sekali tidak mencerminkan suasana lalu lintas perkotaan, seperti pada umumnya, yang dihiasi dengan bisingnya klakson kendaraan, serta antrian panjang kendaraan bermotor.

Putra, seorang supir angkutan umum  menuturkan, hampir di seluruh ruas jalan Kota Medan yang manjadi trayek angkutannya sepi dari aktivitas. “Sejak saya keluar rumah dari siang tadi, jalan-jalan di Medan sunyi sampai sore ini. Kayaknya bisa main bola di jalan kalau kekgini,” ujar supir angkot dengan trayek Amplas-Pinang Baris ini.

Putra menambahkan, sejatinya suasana lalu lintas Kota Medan yang sunyi senyap seperti saat ini bukan pemandangan baru. Setiap ada cuti bersama, meski dengan kadar berbeda, suasana seperti ini kerap terulang.
Ya, sebelumnya Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu, Gatot Pujo Nugroho memang mengeluarkan surat edaran No.800/10713/BKD/II/2011, perihal perubahan hari libur nasional dan cuti bersama 2011, Jumat (3/6) hari ini, seluruh PNS kembali diliburkan atau cuti bersama. Pasalnya, pada Kamis (2/6) kemarin merupakan libur nasional kenaikan Isa Almasih. Surat edaran Plt Gubsu didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Nomor 03/2011, Nomor Kep.135/MEN/V/2011, dan Nomor SKB/02/M.PAN/5/2011, tanggal 20 Mei 2011.

Pengumuman libur itu disampaikan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemprovsu, Suherman didampingi Kepala Bidang Pengadaan dan Pembinaan BKD, Kaiman Turnip dan Kasubbag Humas Pimpinan, Dian Tito di Medan, Selasa (31/5) lalu.

Suherman menjelaskan, berdasarkan SKB tiga menteri yang dilanjutkan dengan surat edaran Plt Gubsu, maka ketentuan cuti bersama tersebut diharapkan menjadi perhatian seluruh bupati dan wali kota se Sumut, Kepala Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) Pemprovsu, dan Kepala Instansi Vertikal Provinsi Sumut untuk menindaklanjutinya. “Khusus bagi PNS yang lingkup kerjanya melayani kepentingan publik, semisal di rumah sakit, kantor pos, dan tempat umum lainnya, ketentuan cuti pada Jumat, akan diatur lebih lanjut,” ucap Turnip.

Pantauan Sumut Pos sedikit berbeda ketika di kawasan yang dekat dengan pusat perbelanjaan. Misalnya di persimpangan dekat Sun Plaza, Medan Plaza, Medan Mall dan lainnya. Di tempat ini lalu lintas cenderung rapat. “Maklumlah Bang, kalau sudah hari libur begini pasti yang namanya persimpangan pasti macet karena semuanya ke mall atau plaza gitu main-mainnya,” cetus seorang petugas berpangkat Bripka di Simpang Yuki.

Kondisi lebih esktrim terjadi di Jakarta. Di Jl MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman tampak hanya beberapa kendaraan yang melintas. Hal yang sama juga terlihat di Tol dalam kota, tidak banyak kendaran yang melintas seperti hari-hari biasanya. Hal ini dikarenakan banyak warga Jakarta yang menghabiskan masa libur dan cuti bersama untuk pergi berlibur ke luar kota. Hal ini terbukti Di jalur Puncak, Bogor, Jawa Barat, yang macet. Kamis siang, di pintu keluar tol Ciawi, misalnya, ribuan mobil yang akan menuju Puncak terjebak macet dua jam lebih.

Kurniawan, warga Pondok Aren, Tangerang, tiba di area pintu tol tersebut sekitar pukul 10 pagi dan hingga pukul 12.30 siang mobil yang ditumpanginya baru bergerak sekitar enam kilometer. Namun, baginya kemacetan di kawasan ini menjadi hiburan tersendiri. “Kalau nggak mau macet. Jangan datang ke Puncak,” selorohnya.

Kepadatan arus kendaraan ini sudah diantisipasi Polres Bogor yang menyiagakan 260 personel gabungan dari satlantas, samapta dan Polsek di sepanjang Jalur Puncak. Namun, arus lalulintas padat mulai dari pintu gerbang tol Ciawi hingga depan Taman Wisata Matahari. Kemacetan dan serbuan puluhan ribu kendaraan yang didominasi plat B ini diperkirakan akan terus terjadi selama libur panjang.

Sementara itu, banyak dari wisatawan ini yang berbelanja di kios khusus oleh-oleh yang berjejer di sepanjang Jalan Raya Puncak. Akibatnya, lalu lintas kian tersendat. Para pedagang mengaku, liburan panjang kali ini dipastikan penghasilan mereka bakal meningkat. “Lumayan, ada kenaikan penjualan 50 persen,” ucap Astuti, pedagang manisan di Cisarua.

Diakuinya, setiap liburan panjang, banyak warga Puncak menjadi pedagang musiman dengan menjajakan makan dan minuman ringan. “Kami berharap kemacetan terus seperti ini. Sebab banyak pengendara mobil yang membeli dagangan kami,” pungkasnya. (jon/ari/net)

Jual Bayi Rp6 Juta, Dokter Jadi Tersangka

MEDAN- Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Direktorat Reskrim Poldasu menyampaikan seorang dokter initial BB (58) warga Jalan Perjuangan, Medan Helvetia yang ditangkap dari Klinik Dewi Sri Helvetia, resmi jadi tersangka.

Pernyataan itu disampaikan Kabid Humas Poldasu AKBP Raden Heru Prakoso, Kamis (2/6) siang kepada wartawan. Menurutnya, dr BB ditetapkan tersangkan berdasarkan hasil penyelidikan penyidik, selanjutnya diketahui bahwa dr BB akan menjual bayi berjenis kelamin laki-laki berumur 10 hari itu,  rencananya bayi itu dijual dengan harga Rp6 juta kepada seorang pembeli. “Hasil penyelidikannya, dr BB resmi ditetapkan sebagai tersangka karena terbukti akan menjual bayi, ” ujarnya.

Dikatakannya, penyelidikan yang sudah ditingkatkan ke tahap penyidikan, tetap akan dikembangkan untuk mengetahui siapa saja yang terlibat. Apabila memang terbukti, tak terlepas adanya tersangka baru. “Penyidikannya masih didalami dengan melakukan pengembangan terhadap pengakuan dari tersangka,” ucapnya.
Sebelumnya, penyidik masih menetapkan dr BB sebagai saksi. Tapi, berdasarkan dua alat bukti yang cukup penyidik menetapkannya sebagai tersangka. Sedangkan untuk dua perawat yang diamankan ternyata hanya sebatas bekerja,
“Jadi kami hanya menetapkannya sebagai saksi. Bila ada perkembangan terbaru, kedua perawat tersebut akan diperiksa lagi,” cetusnya.

Atas perbuatan dr BB, lanjut Heru, tersangka dijerat dengan pasal 83, UU No. 23/2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara dan denda minimal Rp60 juta hingga Rp300 juta.
“Kita amankan pelaku berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat, ”kata Kepala Unit I Subdit IV Reskrimum Kompol Frasnsiska PS Munthe saat ditemui diruangannya, Rabu (1/6) lalu.
Selanjutnya Siska mengatakan, bayi yang hendak dijual tersebut adalah anak yang ditinggalkan orang tuanya setelah melahirkan di klinik tersebut. Bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan berumur 10 hari itu, rencananya akan dijual seharga Rp6 juta kepada seorang pembeli. (adl)

Pengunjung Menyemut di Pajus Baru

Berbeda dengan jalanan Medan yang lengang karena libur panjang, suasana ramai malah sangat tampak di Pajak USU (Pajus) Baru. Di lokasi yang terletak di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan Medan, pengunjung malah menyemut.
Sejatinya tak suasana ini tidak mengherankan. Pasalnya, di hari bisa pun, Pajus Baru selalu ramai dikunjungi pelanggan. Buktinya dari hasil presentase managemen operasional Pajus, pengunjung yang berdatangan terus meningkat hingga mencapai 10 ribu orang per harinya.

Presentase tersebut, dilihat dari jumlah parkir roda dua dan empat yang terus memadati lokasi parkir yang sudah tersedia. Belum lagi, pejalan kaki yang terus berdatangan untuk mencari kebutuhan mereka. “Pengunjung terus meningkat hingga 10 ribu per harinya, hal tersebut dapat kita buktikan dengan hasil presentase managemen operasionalnya, “ ujar Edwin Renaldo selaku Direktur Operasional Pajus Baru, Kamis (2/6).

Dikatakan Edwin, dengan meningkatnya pengunjung di Pajus pihaknya yang bekerja sama dengan Bank Mandiri memberikan fasilitas mesin ATM Bank Mandiri di lokasi Pajus Baru. “ Hal ini kita lakukan untuk mempermudah pengunjung dan pedagang dalam melakukan transaksi jual beli pada saat membutuhkan uang tunai,” cetusnya.
Dijelaskan Erwin, yang lebih dikenal dengan sebutan Aseng menuturkan, selain ada pedagang permanen di lokasi Pajus yang menawarkan segala bentuk aksesoris Hp, komputer, alat-alat tulis kantor, baju, sepatu, alat teknologi baru, dan lainnya Pajus Baru juga memberikan jajanan yang harganya mudah dijangkau.

“Pajus Baru ini yang memiliki 150 kios dan 22 stand makanan, selain menjual kebutuhan mahasiswa juga cocok untuk masyarakat umum dengan harga yang sangat terjangkau,” ungkapnya.

Pengunjung yang hampir seluruhnya pelajar, Lanjut Erwin, memang mencari lokasi Pajus Baru untuk belanja kebutuhannya. Di mana, Pajus Baru lebih mengedepankan segmen pasar yang sengaja ditunjukkan kepada pelajar. “Lokasi Pajus Baru yang sudah menempati lokasi yang baru, hampir 80 % pedagangnya adalah pedagang lama sebelum Pajus terbakar,” bebernya. (adl)

Perangi Maksiat, Peran Orangtua Diperlukan

BINJAI- Front Pembela Islam (FPI) Kota Binjai, mengajak seluruh umat Islam khususnya yang ada di Kota Binjai untuk memerangi maksiat. Sebab, perbuatan maksiat dapat merusak akhlak dan sangat membahaya kaum muda saat ini.

Menurut Heri, Pengurus FPI Kota Binjai, Kamis (2/6), perbuat maksiat merupakan perbuatan mungkar yang dibenci Allah SWT. “Untuk memerangi maksiat itu, tidak perlu menggunakan kekerasan. Sebab, Islam adalah agama yang lemah lembut. Maka, untuk memeranginya, bisa diawali dari kehidupan keluarga,” ujar Heri.

Dia moncontohkan, di lingkungan keluarga, banyak anak gadis menggunakan rok mini. Pakaiannya ketat dan celana di atas lutut atau dengkul. “Kasus pemerkosaan yang sekarang ini kita dengar dan lihat, kesemuanya itu muncul akibat pakaian yang dikenakan anak-anak remaja saat ini. Sebab, terbukanya aurat wanita, dapat mengundang nafsu lelaki yang dirasuki setan,”jelasnya.

Peran orang tua sambung Heri sangat dituntut untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang dilarang Islam. “Orang tua, hendaknya mengajarkan ilmu agama kepada anak-anaknya sejak dini. Agar, anak-anak kita tidak menyimpang dari ajaran Islam. Apalagi, saat ini teknologi semakin canggih, sehingga dengan mudah merusak akhlak anak-anak kita,” kata Heri.

Selain mengajak para alim ulama dan masyarakat untuk memerangi perbuatan maksiat. Heri juga mengajak para penegak hukum yang notabene beragama Islam untuk menjalankan kesepakatan yang sudah dibuat bersama.
“Kalau saya tidak salah, Kapoldasu semasa Irjen Oegroseno, pernah membuat kesepakatan bersama MUI, Wali Kota dan sejumlah organisasi Islam lainnya di Kota Binjai untuk memerangi maksiat, dengan membasmi minuman alkohol, narkoba, dan tindak kriminalitas lainnya. Tapi apa nyatanya, setelah kesepakatan itu dibuat, tidak ada terlihat aksi dari aparat penegak hukum, sehingga kesepakatan itu hanya omong kosong,”singgungnya.

Sehubungan dengan kesepakatan itu, Heri mengajak para penegak hukum dan aparatur pemerintah lainnya, agar dapat menjalankan amar ma’ruf nahimungkar (mengerjakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran). Sebab, kalau tidak Islam yang memerangi maksiat siapa lagi. “Hidup di dunia hanya sementara. Maka, saya berharap agar umat Islam memerangi maksiat demi menegakkan agama Allah,”harap Heri.

FPI Kota Binjai sambungnya, juga akan turut memerangi aksi maksiat di Kota Rambutan itu.

Apalagi, di Kota Binjai jarang ditemukan pembasmian maksiat yang ada di kafe-kafe. “Kami juga berniat memerangi maksiat. Untuk sementara ini, kita masih melakukan pemantuan dan secepat mungkin akan kita perangi. Tentunya, kita akan menyurati setiap usaha yang dianggap berbau maksiat,”ungkapnya. (dan)

Klub LPI Belum Ada yang Bangkrut

Kejelasan Liga Primer Indonesia (LPI) sempat menjadi tanda tanya besar. Sempat digadang akan berhenti di tengah jalan, namun kabar itu segera dipupus.

Menurut CEO Bintang Medan, Dityo Pramono, LPI masih akan jalan termasuk klub-klub di dalamnya. Meski masih kerap minim penonton, Dityo optimis LPI akan mulai mendapat tempat di hati penikmat sepak bola nasional.
“Mudah-mudahan masih akan jalan. Dan memang apapun yang terjadi LPI akan terus berjalan menjadi kompetisi profesional,” sebut Dityo kepada wartawan koran ini beberapa waktu lalu.

Soal modal mengarungi kompetisi, dijelaskan Dityo sampai saat ini belum ada masalah besar. Masing-masing klub LPI masih bernafas. “Jadi belum ada yang bangkrut. Artinya semua peserta masih bisa jalan musim depan,” lanjutnya.

Diketahui, klub-klub LPI memang dimodali oleh konsorsium LPI yang jumlahnya kabarnya  mencapai Rp20 milyar pertahun. Dari jumlah itu diharapkan tim bisa mandiri mengarungi musim berikutnya. Artinya mirip mendirikan usaha. Kalau modal itu habis sedangkan tim tidak bertahan, maka tim tersebut akan dinyatakan pailit dan akan didepak dari kompetisi. Namun bagi yang bisa laba, maka akan terus eksis. “Jadi liganya akan tetap ada dan bergulir, hanya saja mungkin bakal ada tim yang bangkrut. Tapi sejauh ini masih aman-aman saja,” sambung Dityo.
Kalaupun ada tim yang bangkrut di musim pertamanya, kabarnya konsorsium masih akan menanggung anggaran klub. Tak tanggung-tanggung, kelangsungan hidup klub LPI diprediksi bertahan tiga empat tahun ke depan dengan subsidi dari konsorsium tadi.

Sayangnya pergelaran LPI memang masih jauh dari sempurna. Tak lebih dari lima klub yang memiliki penonton setia. Itupun karena sejarah klub yang memang sudah lama ada. Sebut saja Persema, Persebaya, PSM dan Persibo yang memiliki penonton tetap. Selebihnya adalah klub baru yang sama sekali tak punya penonton. Maka itu pergelaran LPI kerap sepi penonton.

Meski masih sarat kontroversi, setidaknya LPI bisa menginspirasi klub-klub di Liga Super dan Divisi Utama yang nyaris seluruhnya masih berharap APBD, agar berusaha menjadi klub profesional. Kalau tidak bisa mandiri, maka kompetisi resmi di bawah PSSI itu lebih baik dikastakan menjadi kompetisi amatir saja.  “Kalau dari sudut pandang profesional, memang liga kita sudah menuju ke sana. Tapi penghuninya memang masih jauh dari kata profesional itu sendiri. Kami sangat berharap tim yang kami cintai, PSMS Medan bisa menuju profesional. Kami harap ada investor yang mau mendanai kelangsungan PSMS musim depan. Pengurus saat ini yang memang tidak berkontribusi diharapkan tidak lagi mengurus tim ini musim depan,” harap Nata Simangunsong Ketua Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan. (ful)

Bongkar Skuad Buang Pemain Lokal

MEDAN- Bintang Medan tampaknya memang niat membenahi tim menatap putaran kedua Liga Primer Indonesia (LPI). Salah satu yang digeber adalah membongkar skuad lama dan menggantinya dengan pemain baru.

Setelah mendepak dua pemain asing, Ahn Hyo Yeon dan Gutti Ribeiro Senin (31/5) lalu, satu pemain lokal Bintang Medan asal Makassar Edo Welong menjadi korban.  Edo Welong resmi meninggalkan Bintang Medan kemarin. Tidak banyak yang bisa dilakukan pemain muda ini selama menjadi bagian dari Bintang Medan karena cedera.

“Kesempatan yang diberikan kepada Edo tidak bisa dimaksimalkannya. Maka itu kami harap keputusan ini keputusan yang benar,” terang pelatih Bintang Medan, Michael Feichtenbeiner kemarin.

Di samping itu, konsorsium LPI juga mengeluarkan kebijakan baru soal pemain. Dikatakan Michael, setiap klub di LPI hanya boleh memiliki 25 pemain. “Kami harus memutuskan untuk mengganti pemain yang tidak berkontribusi terhadap tim. Saat ini, LPI hanya memperbolehkan 25 pemain setiap klub,” kata pelatih asal Jerman itu.
Edo bukanlah satu-satunya pemain lokal yang didepak. Dijelaskan Michael sendiri, masih ada pemain yang akan dibuang dari skuadnya. Tapi kalau pemain yang masuk daftar coret menunjukkan perkembangan, maka Michael tidak jadi mencoret pemain tersebut.

“Terus terang dengan kualitas pemain lokal seperti yang ada sekarang, kami tidak yakin tim ini akan bisa berbicara banyak di putaran kedua nanti,” paparnya.

Dengan harapan bisa lebih baik di putaran kedua, Michael Feichtenbeiner saat ini tengah memantau pemain lokal kelahiran Medan yang saat ini bermain di liga super Indonesia untuk direkrut. Menurutnya, untuk memperbaiki kualitas Bintang Medan, sangat layak untuk mendatangkan empat atau lima pemain lokal asli Medan yang memliki pengalaman di liga super.

“Persebaya, PSM Makassar salah satu contoh tim yang memakai tenaga lokal. Itu pula yang rencananya akan saya lakukan di Bintang Medan.

Saya rasa, 4 atau 5 pemain lokal kelas liga super, tim ini akan mampu berbicara di putaran kedua LPI,” ungkapnya.
Memulai kompetisi di saat sebagian besar pemain bermutu telah lebih dulu dipinang klub-klub liga super dan Divisi Utama, menjadi kendala bagi Bintang Medan untuk mencari pemain berkualitas. Namun, di masa akhir kompetisi saat ini, kesempatan untuk klub-klub LPI terutama papan bawah mendapatkan pemain bermutu akan terbuka lebar. Profesionalitas yang tersaji pada liga bentukan konsorsium di bawah pimpinan Arifin Panigoro tersebut diyakini akan mampu menggaet pesepakbola andal Indonesia.

Alasan itu pula yang membuatnya tidak mau sembarangan memilih pemain kendati saat ini melakukan seleksi. (ful)

Sukseskan Safari Magrib Mengaji

LANGKAT- Bupati Langkat H Ngogesa Sitepu mengajak masyarakat untuk mensukseskan visi Kabupaten Langkat yakni religius.

Hal ini bisa diwujudkan dengan pelaksanaan kegiatan yang bernuansa keagamaan untuk membina ahlaq yang baik. Salah satu wujud nyata yang sudah dilakukan adalah safari magrib mengaji.

”Program BKPRMI ini sesungguhnya mengingatkan kita akan pentingnya perhatian orang tua terhadap pemahaman agama secara benar,” kata Bupati Langkat Ngogesa Sitepu, dalam amanat tertulis yang dibacakan Kabag Humas Langkat H Syahrizal SSos, MSi saat menghadiri pengajian akbar DPD-BKPRMI Kabupaten Langkat yang berlangsung di halaman Masjid Nurul Hikmah Dusun IV, Desa Dogang Kecamatan Gebang, Minggu (29/5).

Dalam acara yang juga dihadiri Anggota DPRDSU Nurul Azhar Lubis, Anggota DPRD Langkat M Maruf Ritonga, Camat Gebang Ibnu Hajar SSos itu, Ngogesa mengingatkan agar BKPRMI menjadikan masjid sebagai kekuatan ummat.
Disamping melaksanakan kegiatan dakwah dalam mengajak masyarakat untuk beramal ma’ruf nahi munkar, jajaran BKPRMI juga diharapkan mampu meningkatkan SDM serta terlibat menjadi pembaharu dalam kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan perekonomian di masyarakat.

Sebelumnya Ketua DPD BKPRMI Kabupaten Langkat Kurnia Amir SPdi, dalam laporannya menjelaskan kegiatan tersebut adalah rangkaian program organisasi untuk menggelorakan kampanye gerakan magrib mengaji di kalangan ummat Islam.

Berbagai program kedepan misalnya rencana pembangunan perpustakaan sekaligus sekretariat DPD-BKPRMI dalam waktu dekat akan direalisasikan dan untuk itu pihaknya berharap dukungan penuh pemerintah daerah maupun para donatur.

Al-Ustadz H  Udin Dolok dalam tausiahnya menyampaikan peran orang tua dalam membekali putra-putrinya untuk memahami agama secara utuh sehingga tidak melahirkan figur-figur pribadi fanatisme berlebihan, karena Islam berbagai pandangan ahli kitab dalam mahzab juga saling menghargai.(mag-1)

Gara-gara Cincin

MEDAN-Rajesh (18), warga Jalan Garu II, Medan Amplas terpaksa mendapat perawatan tim medis di RSU Pirngadi Medan. Pasalnya, jari manis tangan sebelah kanannya membengkak dan mengeluarkan darah segar akibat cincin perak yang melingkar di jarinya tak bisa dilepas.

Orangtua Rajesh, bermarga Tobing (56) yang menemani Rajesh di RSU dr Pirngadi Medan mengatakan, kejadian bermula saat Rajesh menaiki sepeda sekitar dua minggu yang lalu. Entah bagaimana, anak bungsu dari empat bersaudara itu tidak sadar kalau jari tangan kanannya terjepit di stang sepedanya. Jarinya pun membengkak sampai berhari-hari hingga cincin tersebut tak bisa dilepas. Namun, kejadian itu tidak langsung diberitahukannya kepada orangtuanya.

Hingga dua pekan lamanya, jari manis tangan kanan Rajesh mengalami pembengkakan. Karena sudah tak tahan lagi, dia memberitahukan kepada orangtuanya. Rajesh pun di bawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat perawatan sekaligus melepaskan cincin tersebut. Sayanganya, di puskesmas tersebut tidak memiliki peralatan yang lengkap lalu Rajesh disarankan ke RSU dr Pirngadi Medan.

Di rumah sakit milik Pemko Medan itu, Rajesh segera ditangani tim medis. Dengan peralatan medis, cincin yang masih melekat di jari manis tangan kanan Rajesh langsung digergaji. Untuk mengurangi rasa sakit, jari Rajesh pun di suntik bius. Saat proses penggergajian Rajesh meronta-ronta kesakitan.

Seorang tim medis yang menangani Rajesh, Jun Ginting mengatakan, hal tersebut terjadi dikarenakan aliran darah di jari pasien tidak terbendung lagi atau tidak lancar, ditambah tangannya membengkak dan infeksi.
Hingga dua jam operasi, barulah cincin tersebut dapat dilepas. “Sudah suntikan keempat, barulah cincinnya bisa dipotong. Cukup lama juga, baru ini kejadian yang seperti ini. Luka pada jari manisnya, langsung kami obati, pasiennya juga diberi obat supaya tangannya tidak semakin membengkak,” bebernya. (mag-7)

Kirim Doa untuk Alm HT Nurdin

Bupati Serdang Bedagai (Sergai) Ir HT Erry Nuradi MSi bersama jajaran Pemkab Sergai mengadakan tahlilan dan kirim doa memperingati 100 hari wafatnya Ayahnya Alm HT Nurdin di rumah dinas Bupati Sergai di Sei Rampah, Jumat (27/5) lalu.

Hadir dalam acara itu Wakil Bupati Sergai Ir H Soekirman, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Medan Prof Dr HM Hatta MA, Ketua MUI Sergai KH Luckman Yahya, Dandim 0204/DS Letkol Arh Wawik Dwinanto, SSos, Kapolres Sergai AKBP Arif Budiman SIK MH, Wakil Ketua DPRD Sergai Drs H Abdul Rahim, Sekdakab Drs H Haris Fadillah MSi, Staf Ahli Bupati, Asisten, para Kepala SKPD, Camat, IMBAI Sergai, tokoh agama, tokoh masyarakat dan ratusan warga masyarakat Sergai.

Ketua MUI Kota Medan  Prof Dr HM Hatta, MA yang menyampaikan tausiyahnya menceritakan bahwa Alm. HT Nurdin dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai keluarga dan menjadi teladan, tidak hanya bagi keluarganya tetapi juga bagi orang-orang yang mengenal beliau semasa hidupnya.

Salah satu cara kita mengagungkan Allah SWT adalah dengan menghormati orang tua kita bahkan ketika mereka telah tiada, salah satunya dengan mengadakan acara tahlilan dan kirim do’a bagi orang tua kita yang telah meninggal dunia. Maka bukan bagian dari kita umat Islam, orang-orang yang tidak menghormati orang tuanya, ungkap Ketua MUI kota Medan.

Lebih lanjut, dalam ceramahnya HM Hatta mengatakan lima pesan Rasulullah SAW kepada umat Islam yaitu memanfaatkan masa muda untuk beramal sebelum datang masa tua, rebut masa lapang sebelum datang masa sempit yang bermakna agar memanfaatkan waktu luang untuk melakukan hal-hal yang berguna. Pergunakan masa sehatmu untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat sebelum datang masa sakitmu, manfaatkanlah masa kayamu dengan memperbanyak bersedekah sebelum datang masa sulit dan yang terakhir adalah pergunakan masa hidupmu untuk beribadah dan beramal sebelum datangnya kematian.
Bupati Sergai HT Erry Nuradi dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kehadiran para pentakziah dan menghimbau agar kita melakukan hal-hal yang baik selama hayat masih dikandung badan karena sebaik-baiknya manusia di dunia adalah orang yang bermanfaat bagi sesamanya.(mag-15)

Pancasila Harus Direvitalisasi

Pancasila harus direvitalisasi kembali di tengah-tengah masyarakat sebagai pedoman dan acuan hidup berbangsa dan negara. Selama ini nilai-nilai Pancasila tak lagi digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam hidup berbangsa dan bernegaran Lantas apa yang harusnya dilakukan? Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Rahmat Sazaly dengan Pakar Hukum Tatanegara USU, Dr Mirza Nasution SH MH.

Kenapa Pancasila perlu direvitalisasi?
Pancasila itu memiliki nilai-nilai yang universal dan abstrak. Artinya kalau dilihat secara filosofi, nilai-nilai pancasila itu ada dan dipraktekkan di semua bangsa-bangsa yang ada di muka bumi ini, hanya saja prinsip dan modelnya berbeda dan di Indonesia itu dinamakan Pancasila. Persoalannya adalah kenapa sampai hari ini Pancasila tak begitu menjadi penting? Ini yang menyebabkan Pancasila perlu direvitalisasi atau mengadakan upaya untuk memvitalkan kembali nilai-nilai Pancasila, dengan usaha-usaha memikirkan bagaimana Pancasila ini dijadikan sebagai filsafat kebangsaan dan sebuah ideologi bagi rakyat Indonesia.

Apa akibatnya jika masyarakat tak mementingkan nilai-nilai Pancasila?
Kurangnya masyarakat mementingkan nilai-nilai Pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara akan mengakibatkan kondisi sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan agama tidak teratur. Ini bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang tidak mentaati peraturan, tidak adanya sifat keterbukaan, dalam kompetisi tidak siap untuk kalah, tawuran antarwarga, tawuran antarpelajar, munculnya NII, Ahmadiyah dan sebagainya.
Revitalisasi nilai-nilai Pancasila menjadi suatu keharusan yang dapat dijadikan sebagai benteng atau tameng dari berbagai ketidakteraturan yang terjadi di bangsa ini.

Bagaimana menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila?
Untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia kepada masyarakat, perlu dicari model-model pembelajaran yang tepat untuk seluruh lapisan masyarakat. Baik untuk anak-anak mulai dari TK sampai perguruan tinggi, remaja, guru-guru, dosen-dosen maupun seniman dan lainnya.
Mungkin di zaman orde baru, dikenal dengan Penataran P4, namun itu sudah tidak tepat lagi sehingga diperlukan model baru yang lebih cocok.

Jadi, model seperti apa yang diinginkan?
Pemerintah dan negara punya kewajiban untuk membuat model yang tepat dan harus segera dimulai. Kepala negara maupun kepala daerah harus memberikan contoh teladan tentang nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat. Bisa saja dimulai di sekolah-sekolah dengan membuat perlombaan, olimpiade, kompetisi dengan aspek-aspek intertain dan sebagainya. Baik di tingkat daerah sampai tingkat nasional.

Apa harapan dan manfaatnya?
Model-model pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila tersebut bisa mengencangkan atau memperkuat landasan ideologi bangsa Indonesia yang selama ini terasa sangat longgar dan hanya berada pada tataran politis di kalangan lembaga-lembaga negara di atas. Seharusnya Pancasila itu semakin akrab dan membumi. Makna Pancasila bukan hanya slogan saja yang dipajang di setiap dinding sekolah maupun kantor-kantor. Bukan itu pemahamannya, tetapi Pancasila itu harus direvitalisasi kembali secara substantif. (saz)