25 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 15423

Kian Tersudut, Nasib Kadhafi Bergantung Sirte

Pemberontak Rebut Tiga Kota Lagi

AJDABIYA-Pelan-pelan posisi Muammar Kadhafi kian tersudut. Setelah Ajdabiya, dalam waktu sekitar 24 jam kemarin (27/3), pemimpin Libya selama 42 tahun terakhir itu kehilangan kontrol atas tiga kota di wilayah timur. Yaitu, Brega, Uqayla, dan Ras Lanuf.

Tidak seperti saat berupaya merebut Ajdabiya yang membutuhkan waktu sepekan, kubu pemberontak nyaris tidak mendapatkan perlawanan berarti ketika mengambil alih Brega, Uqayla, dan Ras Lanuf. Itu menyusul gempuran udara tujuh hari beruntun pasukan koalisi di Ajdabiya dan sekitarnya yang benar-benar memukul kekuatan pasukan pro-Kadhafi hingga mereka menarik diri ke Sirte

“Tak ada pasukan Kadhafi di sini. Kami sepenuhnya menguasai Brega,” kata Ahmed Jibril, salah seorang komandan pemberontak, dari pinggiran Brega, kepada koran Inggris The Guardian.

“Ras Lanuf steril dari pasukan pemerintah,” ujar Walid al-Arabi, salah seorang pejuang anti-Kadhafi, secara terpisah dari Ras Lanuf, kepada koran yang sama.

Akuisisi tiga kota itu beriringan dengan klaim keberhasilan kubu koalisi. Prancis, misalnya, mengaku pada Sabtu malam waktu Libya (Minggu dini hari WIB, 27/3) telah menghancurkan lima jet tempur dan dua helikopter milik loyalis Kadhafi yang mengudara di langit Ajdabiya.

Enam tank pasukan Kadhafi juga terserak menjadi bangkai di gerbang timur menuju Ajdabiya. Sedangkan di gerbang barat, lebih banyak lagi kendaraan militer pemerintah yang menjadi korban.
Menurut catatan Associated Press, tank, truk, granat, dan peluncur roket milik kubu pro-Kadhafi bertebaran. Itu menunjukkan bahwa pasukan Kadhafi tersegesa-gesa meninggalkan wilayah tersebut ke barat.

Brega dan Ras Lanuf memiliki arti penting karena merupakan kota penghasil minyak terbesar di Libya. Di Brega, ada pelabuhan ekspor besar, sedangkan di Ras Lanuf terdapat penambangan minyak raksasa. Namun, sejak revolusi di Libya meletus pada 15 Februari silam, penambangan itu berhenti beroperasi.

Praktis, Kadhafi kini tersudut di Tripoli, ibu kota yang berada di bagian barat negara bekas jajahan Italia itu. Kota besar terdekat dari Tripoli yang berada di timurnya, Misrata, juga sudah dikuasai pemberontak.

Nasib Kadhafi kini bergantung kepada Sirte, kota kelahirannya yang berada di antara Brega dan Misrata. Kalau Sirte juga jatuh ke pemberontak, semakin kecillah peluang sang kolonel bertahan.

Tetapi, juga bakal tak mudah bagi pemberontak untuk merebut Sirte. Sebab, di kota yang pernah diusulkan Kadhafi menjadi ibu kota Libya itulah kekuatan pendukung Kadhafi berpusat. Tidak pernah ada demonstrasi anti-Kadhafi di sana.

Padahal, untuk merebut Ajdabiya yang tidak terlalu ketat dijaga loyalis Kadhafi saja pemberontak megap-megap. Kalau bukan karena gempuran udara koalisi secara terus-menerus, nyaris tidak mungkin kelompok anti-Kadhafi mengakuisisi kota tersebut.

Itu terjadi karena selain kalah persenjataan, pejuang anti-Kadhafi kebanyakan dulu warga sipil yang tidak punya pengalaman tempur. Mereka gampang grogi ketika mendapat perlawanan ketat.

Persoalannya, bakal sulit bagi koalisi untuk menggempur Sirte habis-habisan. Sebab, selama ini mereka berkilah menggasak Libya untuk melindungi warga sipil yang dibabati pro-Kadhafi. Karena itu, serangan dikonsentrasikan ke Benghazi, Ajdabiya, dan Misrata, tempat gerakan anti-Kadhafi berpusat.

Padahal, tidak pernah ada pembantaian sipil di Sirte karena memang tak ada gerakan anti-Kadhafi. Kalau nekat menyerang Sirte, bakal semakin sulit bagi koalisi untuk mengelak dari tuduhan bahwa aksi mereka di Libya sejatinya tidak ada yang berhubungan dengan upaya melindungi warga sipil. Tetapi, itu lebih menurunkan Kadhafi dan menguasai sumur-sumur minyak negeri di Afrika Utara tersebut.

Satu-satunya cara bagi koalisi untuk tetap bisa mendukung perjuangan pemberontak hanyalah menyuplai persenjataan. Kabarnya, itu juga mulai dilakukan koalisi. Apalagi, Inggris, salah satu motor koalisi, juga telah menempatkan ratusan serdadu di sejumlah wilayah Libya.

Tetapi, Menteri Pertahanan Inggris Liam Fox buru-buru menepis skenario itu. “PBB sudah menetapkan embargo senjata di seluruh wilayah Libya. Kami harus menerima itu,” katanya kepada BBC.

Secara terpisah, Juru Bicara Militer Pemberontak Kolonel Ahmed Omar Bani mengatakan bahwa sejumlah negara sebenarnya telah menawari pihaknya menambah persenjataan. Namun, hingga kini tidak ada satu pun yang ditepati. Bani menolak menyebutkan negara mana saja yang dimaksud.

Sementara itu, kubu Kadhafi terus menuding bahwa motivasi sesungguhnya koalisi adalah memerangi pasukan mereka, bukan melindungi warga sipil. “Akibatnya, Libya kini di ambang perang saudara,” kata Khaled Kaim, wakil perdana menteri Libya, sebagaimana dikutip Associated Press.

Juru Bicara Pemerintah Libya Mussa Ibrahim juga mengklaim, bukannya melindungi, aksi pasukan koalisi malah menimbulkan korban di kalangan rakyat tak berdosa. “Kami kehilangan semuanya, tentara, senjata, dan warga sipil,” kata Ibrahim.

Tripoli menyatakan, hingga kini sudah 100 warga sipil tewas akibat serangan koalisi. Mereka bahkan memfasilitasi sejumlah wartawan asing untuk melihat langsung para korban.
Namun, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates membantah. “Ada laporan intelijen bahwa orang-orang Kadhafi menempatkan korban pembantaian mereka di lokasi serangan koalisi sehingga seakan-akan mereka tewas karena serangan udara,” katanya. (c4/ttg/jpnn)

Luna Maya Sering Besuk Ariel di Bui

Aktris Luna Maya tetap setia pada kekasihnya, Nazriel Ilham. Bahkan Luna sering menjenguk Ariel di penjara.
Setiap ada kesempatan, Luna selalu menyempatkan diri menjenguk Ariel yang kini mendekam di Rutan Kebon Waru, Bandung, karena menjadi terdakwa kasus penyebaran video porno.

“Luna Maya masih sering datang (ke Rutan Kebon Waru). Seminggu bisa 2 kali, kadang 3 sampai 4 kali datang,” jelas manajer Peterpan, Budi Soeratman dihubungi Rakyat Merdeka beberapa waktu lalu.

Menurut Budi Soeratman, selama berkunjung Luna sering membawakan Ariel makanan kesukaannya. Tak hanya makanan, Luna pun juga selalu membawakan Ariel cinta. “Luna kasih support yang pasti ke Ariel, sama kasih cinta. Ya biasalah masih bawa makanan-makanan aja, makan favorit Ariel,” tukas Budi.

Ditanya apa yang dibicarakan Luna saat membesuk Ariel, Budi mengaku tak tahu. “Apa yang dibicarakan, kita ngak tahu, karena terkadang Ariel tidak membicarakan masalah  pribadinya,” jelas Budi lagi.

Soal kasus Ariel, Budi menjelaskan Ariel tak akan mengubah imejnya walau kini sedang meringkuk di penjara. Ariel tetap akan mempertahankan ciri khasnya.

Setelah kasus video pornonya, tak sedikit orang kecewa dengan apa yang dilakukan Ariel. Namun, ia mengaku tak akan mengubah apa pun yang selama ini telah tertanam kepadanya.

“Imejnya tetap, (kasus itu) tidak akan mengubah dia. Dia tetap Ariel yang kalian kenal selama ini,” jelas Budi lagi.
Ariel telah menerima vonis 3 tahun 6 bulan penjara atas perbuatannya. Ia dinyatakan terbukti terlibat dengan ikut menyebarkan video porno yang diperankan oleh dirinya.

Setelah vonis itu, Ariel mendaftarkan memori banding yang ditulisnya sendiri ke Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat. Namun, sampai saat ini belum ada jawaban mengenai proses bandingnya tersebut. “Lagi banding, masa proses. Doakan saja semua bisa lancar” pungkasnya. (bcg/jpnn)

Rp100 Juta untuk Vonis Bebas

Panitera Pemeras Keluarga Terdakwa Dipenjarakan

MEDAN-Panitera pengganti di PN Medan, Eddi Suhairy (50), resmi dijadikan tersangka dan berstatus tahanan Dit Reskrim Poldasu, kemarin (27/3). Eddi yang tertangkap tangan memeras Syarifah Hazanah (50), orangtua Said Ikshan (20), terdakwa kepemilikian sabu-sabu seberat 17 gram. “Panit

ra tersebut sudah resmi tersangka dan kita tahan, “ ujar Dir Reskrim Poldasu, Kombes Pol Agus Ardiyanto.
Dalam pemeriksaan sebelum dijerat sebagai tersangka, Eddi memberikan keterangan yang berbelit-belit hingga membuat penyidik kebingungan. “Walaupun keterangannya berbelit-belit.

Penyidik sudah mengambil keterangannya di atas BAP (Berita Acara Pemeriksaan, Red), bahwa yang dilakukan penitera tersebut dilakukannya atas kemauannya sendiri, “ ucap Agus.

Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Hery Subiansauri menjelaskan kronologi penangkapan tersebut. Beradasarkan laporan pemerasan tersebut di Poldasu sekitar pukul 08.00 WIB, polisi bersama korban Syarifah Hazanah berhasil meringkus Eddi di Jalan Amal Luhur, tepatnya di Grosir Aceh sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak untuk bertemu dan mengambil uang muka sekitar pukul 14.00 WIB.

Polisi yang meringkus Eddi mengamankan barang bukti uang masih dalam bungkusan sebanyak Rp50 juta sebagai uang muka, rekaman pembicaraan dan rekaman video saat penyerahan uang tersebut diambil oleh Eddi. “Tersangka kita jerat dengan pasal 368 KUHPidana dengan ancaman sembilan tahun penjara,” kata Heri.
Untuk kronologisnya, lanjut Heri, korban yang dihubungi pelaku lewat ponsel untuk menyerahkan uang sejumlah Rp100 juta. Imbalannya, anak korban, Said Iksan, akan divonis bebas dalam perkara terkait kepemilikan narkoba jenis sabu yang saat ini dalam proses persidangan.

Sementara itu, Syarifah Hazanah yang dikonfirmasi melalui telepon selulernya sangat gembira dengan ditanggapinya laporan tersebut di Poldasu. Dimana, atas kejadian tersebut, semoga tidak ada lagi oknum-oknum yang berbuat seperti itu untuk mencari kesempatan di atas penderitaan orang.

“Semoga kedepannya tidak ada lagi oknum yang berbuat seperti itu. Dimana, kita membuiat laporan tersebut untuk meminta perlindungan dari polisi karena takut kalau kami dibilang menyuap oknum panitera tersebut, “ cetus Syarifah.

Seperti diketahui, Eddi Suhairy ditangkap dengan tuduhan pemerasan terhadap orangtua Said Ikhsan. Sedangkan dalam perjalanan persidangan, Said sudah dituntut 6 taun penjara oleh JPU Teddy SH yang diketuai M Sabir SH, Selasa 1 Maret lalu. Lazimnya, terdakwa kasus pidana yang sudah melalui agenda tuntutan, akan divonis tidak lama kemudian. Biasanya, hanya berselang seminggu saja. Namun dalam kasus ini, hingga panitera pengganti Eddi ditangkap, Said Ikhsan belum juga dipidana.

Sumber-sumber di kepolisian menduga, ada hubungan keterlambatan vonis ini dengan upaya pemerasan yang dilakukan panitera. Pasalnya, agenda vonis mestinya sudah berlangsung Rabu (23/3), dua hari sebelum ketua majelis hakim M Sabir SH mengetuk palu vonis. Tetapi dengan alas an yang tidak jelas, majelis hakim menunda vonis hingga Rabu (30/3).

Penasihat hokum Said Ikhsan usai sidang dengan agenda tuntutan jaksa, mengungkakan beberapa hal terkait proses hukum yang mencurigakan. Dia menyebutkan, tuntutan yang dibacakan JPU sama sekali tidak berdasar. Dia beralasan, JPU menuntut terdakwa hanya berdasarkan BAP dari pihak kepolisian, padahal BAP tersebut masih bermasalah dan tengah ditangani Poldasu.

JPU juga jelas mengabaikan fakta-fakat yang ada di persidangan, termasuk keterangan dari para saksi-saksi yang dihadirkan. “JPU tidak mempertimbangkan fakta persidangan berupa keterangan para saksi-saksi yang dihadirkan, dan yang lebih uniknya lagi, JPU hingga pada tuntutannya tidak berhasil menunjukkan barang bukti berupa sabu-sabu,” tegas Andy.

Selanjutnya, terang Andy, semua bentuk kejanggalan tersebut akan dituangkan dalam bentuk pembelaan (Pledoi), yang akan dibacakan minggu depan.

Yang anehnya lagi, tuturnya, terdakwa Dody (berkas terpisah) hingga saat ini belum dituntut JPU, padahal, berkas pemeriksaan terhadap Dody telah selesai hampir 2,5 bulan lalu. “Berkas terdakwa Dody telah selesai atau lebih dahulu dari pada terdakwa Ikhsan, tapi kenapa Ikhsan yang sudah dituntut duluan,” tanya Andy.
Seperti diketahui, terdakwa ditangkap pada 6 Oktober 2010 sekira jam 24.00 WIB di Jalan Titi Bobrok Medan, atas tuduhan kepemilikan sabu-sabu seberat 17 gram, dan penangkapan itu berdasarkan pengembangan dari penangkapan Dody (berkas terpisah). Sementara terdakwa tidak pernah mengakui memiliki sabu-sabu seperti yang dituduhkan. Dia juga merasa dijebak oleh pihak kepolisian. (adl)

HUT PWI Sumut ke 65, Dua Honda Scoopy untuk Masyarakat

MEDAN-Kemeriahan perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2011 dan HUT PWI Sumut ke 65 sudah terlihat sejak pukul 06.30 WIB, kemarin (27/3). Dimulai dengan acara Gerak Jalan Santai yang mengambil jalur start dari depan Istana Maimun, menuju Jalan Suprapto, Jalan Imam Bonjol dan Juanda yang akhirnya finish di halaman Istana maimun Medan.

Usai lomba Gerak Jalan Santai yang diikuti ribuan peserta tersebut, acara dilanjutkan dengan pencabutan lucky draw nomor untuk memenangkan hadiah utama sepeda motor Honda Scoopy. Akhirnya, pemenang utama adalah Asdedy, wartawan Harian Realitas. “Rasanya seperti mimpi,” kata Asdedy mengetahui nomor undiannya disebut.
Asdedy mengikuti even itu selain bentuk partisipatif dan solidaritas sebagai seorang jurnalis, Asdedy juga tidak memungkiri kalau dirinya juga tertarik dengan hadiah utama yang disediakan.

Melihat antusiasme luar biasa yang ditunjukkan masyarakat Kota Medan mengikuti acara tesebut, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono, secara pribadi menambah satu satu unit Honda Scoopy bagi para peserta. Yang beruntung mendapatkan hadiah tambahan dari Ketua PWI Pusat itu adalah seorang ibu rumah tangga (IRT) bernama, Asmara Gandi.

Asmara Gandi tak kalah senangnya mendapatkan hadiah Honda Scoopy. Sebabnya,  Asmara Gandi awalnya hanya berniat mengikuti acara tersebut, untuk sehat saja.

Jendela Semua Pihak

Dalam pesan yang disampaikan Margiono saat memberikan pidatonya pada perhelatan HPN 2011 dan HUT PWI Sumut ke 65 tersebut.

“Wartawan profesional adalah wartawan yang tidak hanya mencari kelemahan orang, tapi harus juga bisa menghargai keberhasilan seseorang. Wartawan profesional, bukan hanya memberikan pandai memberikan kritik semata tapi juga harus bisa bersinergi dengan pemerintah dan semua elemen untuk membangun bangsa ini,” tegasnya.

Margiono juga menuturkan, sesuai tema HPN 2011 yakni, “Pers Untuk Masyarakat” dan tema HUT PWI Sumut “PWI Untuk Masyarakat”, maka wartawan yang baik adalah wartawan yang terus belajar pada masyarakat.
“Idealisme pers tidak ada artinya, jika tidak memberikan manfaat kepada masyarakat. Wartawan profesional itu, adalah wartawan yang hanya melihat kelemahan seseorang, tapi harus mampu secara objektif melihat kelebihan seseorang. Dan wartawan yang profesional adalah wartawan yang mampu bersinergi dengan semua pihak untuk mewujudkan pembangunan bangsa dan negara serta semua tatanan masyarakat,” ucap Margiono.
Mantan pemimpin redaksi Harian Rakyat Merdeka (grup Sumut Pos) itu mengajak segenap komponen masyarakat untuk terus mendukung kinerja pers. Dukungan tersebut sangat dibutuhkan agar kesinambungan peran pers dapat dilanjutkan secara lebih maksimal dalam upaya membangun tatanan kehidupan bangsa yang lebih baik.

Menurut Margiono, kemerdekaan pers yang diamanahkan undang-undang harus terus diusung segenap komunitas pers sebagai bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, sejalan dengan tema sentral HPN 2011 “kemerdekaan pers dari dan untuk rakyat” maupun tema yang diangkat Sumut “PWI untuk masyarakat” agar terus digelorakan, sehingga tujuan mulia yang diemban pers benar-benar menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Ketua PWI Sumut M Syahrir menyatakan, puncak perayaan HPN 2011 dan HUT PWI Sumut ke 65 ini telah terlebih dahulu dilalui dengan beberapa kegiatan lainnya seperti, workshop jurnalistik di beberapa kab/kota, serta pencangan desa PWI di Desa Sei Merah Deli Serdang dan beberapa kegiatan lainnya.

Sementara itu Penjabat (Pj) Gubsu Gatot Pujo Nugroho menyampaikan, pers atau wartawan merupakan elemen ke empat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam menyokong pembangunan bangsa dan negara. Gatot menganalogikan sebuah opera yang bermain di dalam sebuah gedung. Dimana dengan kejelian mata seorang jurnalis, ternyata terlihat adanya konstruksi opera tersebut yang miring. Kemudian, wartawan itu mengupasnya secara lugas, tajam, apik dan berimbang. Akhirnya, opera itu rubuh.

“Kejelian mata wartawan patut digarisbawahi. Mampu menyajikan data dan informasi yang apik, berimbang dan lugas. Akan mampu memberi sebuah informasi dan berita yang membangun. Namun, dengan informasi yang apik, berimbang dan lugas itu juga bisa merubuhkan sebuah opera yang tengah bermain, karena ada simbol-simbol yang salah,” katanya.

Gatot juga menyatakan, wartawan juga merupakan jendela bagi semua pengambil kebijakan. “Pers adalah sahabat bagi semua,” ucapnya. (ari)

Memilih Terisolasi di RS, Hanya Makan Nasi dan Kecap Asin

Rita, Perawat yang Diapresiasi Pemerintah Jepang karena Tangani Korban Gempa-Tsunami

Ketika gempa dan tsunami terjadi di Miyagi, Jepang, 11 Maret lalu, banyak WNI di sana yang berbondong-bondong pulang ke tanah air. Tapi, hal itu tak dilakukan Rita Retnaningtyas.

PRATONO, Semarang

Perawat asal Semarang tersebut lebih memilih merawat pasien yang menjadi tanggung jawabnya meski Miyagi porak-poranda. Pemerintah Jepang pun memuji dia.

Petang itu, Jumat (11/3) sekitar pukul 14.46 waktu Miyagi Jepang, Rita sedang bersantai di apartemennya. Sudah sejak 13 November 2009 perempuan 35 tahun tersebut berada di Miyagi untuk menjadi perawat di Miyagi National Hospital.

Rita merupakan salah seorang perawat dari Indonesia yang dikirim Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) melalui program kerja sama antar pemerintah RI dan Jepang.

Peristiwa yang terjadi saat itu pasti tidak akan hilang dalam ingatan perempuan kelahiran Semarang, 15 September 1975, tersebut. Ketika sedang bersantai itu, tiba-tiba dia merasakan guncangan yang hebat. Ternyata, gempa melanda wilayah Miyagi.

Pemerintah Jepang mencatat, gempa tersebut berkekuatan 8,9 skala Richter, hampir sama dengan kekuatan gempa yang meluluhlantakkan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004. Apalagi gempa di Prefektur Miyagi tersebut disusul tsunami yang langsung menggenangi daerah itu.
Apartemen yang ditinggali Rita selamat dari kerusakan karena gempa maupun terjangan air bah tsunami. Saat tsunami menerjang, dari apartemennya, Rita bisa menyaksikan air bah menghantam dan menyeret berbagai benda maupun manusia.

Seketika Rita dan temannya yang bernama Yantri, asal Cirebon, Jawa Barat, teringat kepada para pasien yang menjadi tanggung jawabanya di rumah sakit. “Saya langsung teringat bahwa saya punya pasien yang dirawat di lantai tiga. Karena itu, saya putuskan untuk segera ke rumah sakit,” ungkap Rita menceritakan kembali pengalamannya seusai mendapat penghargaan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah dan dari direktur utama Rumah Sakit Telogorejo Semarang, tempat dirinya bekerja, kemarin (25/3).

Rita dan Yantri langsung bergegas ke rumah sakit tempat mereka bertugas. Untuk menuju rumah sakit, mereka berjalan kaki sekitar 5 menit. Sempat ada perasaan takut setelah melihat kerusakan karena tsunami itu. Namun, tanggung jawab terhadap profesi membuat mereka mengabaikan ketakutan tersebut. Rita teringat kepada pasien-pasiennya yang rata-rata berpenyakit parah seperti kanker dan parkinson.

Setiba di rumah sakit tempatnya bertugas, Rita masih merasakan gempa susulan dengan kekuatan 5?6 skala Richter. Meski demikian, Rita dan perawat-perawat lain tetap bersemangat bertugas. “Saya salut kepada perawat-perawat di Jepang. Mereka sangat bertanggung jawab pada profesinya. Meski banyak keluarganya yang ikut kena musibah, mereka tetap menjalankan profesi sebagai tenaga kesehatan,” ujar istri Bambang Wagiman tersebut.
Hal itulah yang memantapkan hati Rita untuk tidak tergoda pulang ke tanah air, melainkan ikut bertahan di Miyagi merawat para korban bencana. Apalagi keluarganya yang tinggal di Jalan Potrosari Nomor 10, RT 05, RW 02, Kelurahan Srondol Kulon, Kecamatan Banyumanik, juga membesarkan hatinya untuk bertahan di Miyagi. Beberapa jam setelah tsunami, dia masih bisa menghubungi keluarganya.

“Suami juga mendukung secara moral, sehingga saya mampu bertahan. Dia meminta agar saya selalu berdoa. Coba kalau suami saya waktu itu menyuruh saya segera pulang, tentu saya ingin pulang saja,” ungkap Rita. Malamnya, komunikasi terputus total. Dia baru berhasil menghubungi kembali keluarganya seminggu kemudian.
Selain tanggung jawab profesi, kondisi di Miyagi memang tidak memungkinkan untuk evakuasi. Akses menuju prefektur itu benar-benar terputus. Dalam kondisi normal, akses transportasi darat yang tersedia adalah kereta. Tapi, pascatsunami, jalur kereta telah terendam air. Satu-satunya jalan yang bisa ditembus hanya melalui udara dengan helikopter.

Karena masih dalam kondisi tanggap darurat, Rita dan perawat-perawat lainnya tidak pulang ke rumah, melainkan memilih menginap di rumah sakit. Meski juga menjadi korban gempa dan tsunami, dirinya tetap bersemangat merawat para korban yang rata-rata menderita luka patah tulang dan dehidrasi.

“Agar mudah menjaga pasien, kami tetap menginap di rumah sakit. Sebab, masih sering ada gempa susulan yang cukup besar sehingga pasien perlu ditenangkan,” tuturnya.

Selain harus merawat para korban, masalah yang juga dihadapi adalah menipisnya bahan makanan karena Miyagi telah terisolasi. Yang bisa dinikmati hanyalah onigiri atau nasi yang dipadatkan dan dilumuri kecap asin. Itu pun tidak bisa dinikmati tiga kali sehari. “Kadang kalau siang makan, malamnya tidak makan. Jadi, kadang kelaparan karena stok makanan memang habis,” jelas ibu Septiawan Putra Kesuma Aji, 12, dan Abian Haikal Caesario, 7, tersebut.

Bahan makanan di toko-toko Miyagi benar-benar habis diborong penduduk. Yang patut dikagumi pada penduduk Jepang, kata Rita, meski mereka menjadi korban bencana, tak ada penjarahan. Semua warga yang ingin membeli kebutuhan tetap membayar di toko-toko yang masih buka. Selain itu, mereka tetap antre secara rapi.
Setelah tsunami berlalu, bahaya lain yang mengancam adalah radiasi nuklir karena bocornya pembangkit tenaga nuklir di wilayah tersebut. Beruntung, lokasi rumah sakit tempat Rita bertugas berjarak sekitar 60 kilometer dari reaktor. Pemerintah Jepang mengumumkan, radius 30 kilometer dari reaktor yang bocor harus dikosongkan dan penduduk di radius 50 kilometer diimbau untuk membatasi keluar rumah.

Selasa, 22 Maret 2011, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kojiro Shiojiri secara terbuka memberikan apresiasi atas kerja keras Rita selama bencana. Menurut dia, Rita memilih bertahan di lokasi bencana untuk merawat para korban. Hal itu diucapkan Kojiro dalam sebuah acara di Jakarta.

Meski demikian, Rita meminta hal tersebut tidak dibesar-besarkan. Dia menilai, itu merupakan hal yang biasa dilakukan masyarakat Jepang ketika mendapat bantuan, meski sekecil apa pun. “Kebaikan sekecil apa pun, pasti masyarakat Jepang akan mengucapkan arigato. Jadi, hal tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Apalagi saya di sana juga bersama perawat-perawat lain. Mereka juga berjasa,” tuturnya merendah.

Dia menyatakan bingung ketika diberi tahu bahwa pemerintah Jepang memberikan penghargaan untuk dirinya. Sebab, memang tak ada penghargaan khusus yang diserahkan kepada dirinya. Karena itulah, dia menilai, apresiasi yang diucapkan Kojiro merupakan tradisi masyarakat Jepang yang ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang pernah menolong.

Jumat pagi (25/3) Rita kembali ke Semarang. Miyagi National Hospital memberikan waktu libur selama sebulan kepada Rita agar bisa menenangkan diri. Acara yang pertama dia hadiri begitu sampai di Semarang adalah mengikuti seminar keperawatan yang diadakan RS Telogorejo.

Dalam acara tersebut, Rita mendapat penghargaan dari Ketua PPNI Jateng Edy Nuryanto dan Direktur Utama RS Telogorejo Imelda Tandiyo. Suasana haru terlihat ketika rekan-rekannya di RS Telogorejo memeluk dan memberikan ucapan selamat.

Rencananya, Rita kembali ke Jepang pada April mendatang. Namun, tanggalnya belum dipastikan. “Saat ini saya hendak memenangkan diri dulu dari trauma. Waktu sebulan, tampaknya, masih kurang untuk bersama keluarga. Tapi, saya nanti harus kembali untuk menyelesaikan kontrak di Jepang,” ujarnya. (jpnn/c5/kum)

Bukan Kongres KPPN, tapi Anggota PSSI

Diakui masyarakat dan pemerintah Dulu, FIFA berikutnya

JAKARTA-Babak baru kisruh persepakbolaan tanah air terjadi di Pekanbaru Sabtu (26/3). Itu setelah mayoritas pemilik suara (78 suara dari 100 suara), kemarin malam mengambil alih PSSI dengan menggelar kongres di Hotel Premiere.

Kongres itu awalnya adalah kongres yang dirancang PSSI pimpinan Nurdin Halid untuk membentuk Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP). Komite itu selanjutnya yang akan menggelar kongres pemilihan Ketum PSSI, Waketum, dan anggota Exco pada 29 April mendatang.

Tapi PSSI gagal menggelar kongres. Itu setelah  dengan kompak mayoritas anggota PSSI yang tidak puas dengan semua akal-akalan PSSI mengambil alih. Diantara yang membuat anggota itu “tak terkendali” adalah sekitar 18 anggota yang di kongres tahunan Bali Januari lalu menjadi peserta,  kali ini ditolak saat registrasi.
Pemimpin sidang dalam kongres Sabtu malam (26/2) Usman Fakaubun mengklarifikasi tentang pelaksanaan kongres tersebut. Sekum Pengprov PSSI Papua itu menegaskan jika kongres itu dilakukan anggota dan tidak ada sangkut pautnya dengen KPPN (Komite Penyelamat Persepakbolaan Nasional).

“Kongres kemarin murni dilakukan 78 pemilik suara yang sebelumnya mendapat undangan PSSI untuk menjadi peserta,” cetus Usman. “Penyelenggaranya  bukan KPPN. Mereka di luar garis. KPPN adalah penggagas kegiatan yang skalanya di luar sekarang ini,” lanjutnya.

Dalam kongres yang berakhir tepat pukul 23.00 WIB sabtu malam, memang tidak nampak para pentolan KPPN berusara di kongres. Ketua KPPN Syahrial Damopolii bahkan “menghilang”. Tim pimpinan sidang yang diketuai Usman Fakaubun  semuanya adalah orang – orang di luar KPPN. Sebelumnya, KPPN beberapa kali berkoar bakal menggelar kongres sendiri.
Usman menuding ricuh dalam kongres kemarin adalah skenario PSSI sendiri. Itu setelah PSSI berhitung, suara yang mendukung mereka minoritas. “Dari 33 Pengrov, 24 diantaranya sudah bergabung ke kubu pro perubahan. Melihat itu PSSI membuat siasat pegambilan ID Card dipersulit. Tujuannya agar terjadi deadlock dan kongres batal,” bebernya.

hmad Riyadh, Wakil Ketua Bidang Organisasi, legal dan fairplay Pengprov PSSI Jatim mengatakanm jika kongres yang direncanakan PSSI penuh rekayasa. Yang  mencolok adalah “diharamkannya” surat mandat oleh PSSI. Berkilah agar yang datang ke kongres adalah orang yang kredibel, PSSI hanya memperbolehkan Ketum dan Sekum ( baik Pengprov mapun  klub) yang boleh menjadi wakil dalam kongres. Di luar itu, jika Ketum dan Sekum tidak hadir dan memandatkan kepada pengurus lain, PSSI akan menolaknya. “Padahal sebuah mandat itu diakui undang-undang,” kata Riyadh. “Selain itu undangan by name yang dibuat PSSI salah. Sebab menjadi peserta kongres itu melekat pada institusi. Bukan nama pengurus. Setahu saya yang undangan by name itu adalah undangan sunatan dan kawainan,” kelakarnya.

Apa yang dilakukan PSSI, menurutnya bertentangan dengan tata organisasi FIFA dan PSSI sendiri. “Struktur dari FIFA mewajibkan adanya wakil. Dan wakil-wakil di Pengprov dan klub-klub itu juga disahkan PSSI. Masa mereka tidak boleh menerima mandat jika Ketum dan Sekum berhalangan,” jelasnya.
Usai kongres yang memilih 7 anggota KP dan lima anggota KBP, pemilik langsung melaporkannya kepada FIFA dan AFC by email. Laporan juga diserahkan kepada pemerintah dalam hal ini Menpora juga KONI/KOI. (ali/aam/jpnn)

Warga Tionghoa Menggelar Ceng Beng

Bukti Pengabdian Pada Leluhur

Ribuan peziarah memadati pemakaman Tionghoa di Jalan Stasiun, Kedai Durian, Deli Serdang, Minggu (27/3). Tak hanya warga Medan, para peziarah banyak yang berasal dari Jakarta, Bandung dan Jogjakarta. Mereka menggelar ritual suci bagi masyarakat Tionghoa (Ceng Beng) yang dilakukan secara turun-temurun setiap tahun sekali.

Bagus Syahputra, Medan

Tradisi dalam bentuk ziarah ke makam orangtua atau leluhur ini, selalu memiliki keunikan tertentu sebagai ajang “pulang kampung” ke tempat makam leluhurnya. Kegiatan ritual dimulai dengan membersihkan kuburan yang biasanya dilakukan 10 hari sebelum pelaksanaan Ceng Beng karena Ceng Beng berarti bersih dan terang.
Para peziarah juga membawa perlengkapan ritual ziarah kuburan seperti khoci dan choasi yang mana didalamnya terdapat miniatur perlengkap sehari-hari seperti baju, celana, sendal, sepatu dan  perlengkapan mandi, semua itu dibuat dari bahan baku kertas yang dirancang untuk dipersembahkan kepada arwah leluhur.

Selain khoci dan choisa sebagai perlengkapan ritual, penziarah juga mebawa dan buah-buahan seperti  pisang, jeruk dan apel dan bermacam kue seperti kue bak pau dan kue lapis. Perlengkapan ritual seperti khoci, choasi, buah-buahan dan kue ada juga dijual langsung di sekitar pemakaman bagi penziaran yang tidak sempat membuat sendiri.

“Zirah ini kami lakukan setiap tahun sebagai penghargaan kami terhadap arwah saudara kami yang wafat. Selain melakukan ziarah, kami juga melakukan persembah perlengkapan sehari-hari, tapi cuma miatur saja yang terbuat dari kertas,” ungkap seorang peziarah yang mengaku bernama Suyento.

Suyento tidak sendirian, dia datang bersama keluarganya untuk berziarah di kuburan orangtuanya. “Ziarah ini juga dimaksudkan agar kami selalu mengingat orangtua yang telah wafat dan mengajak anak-anak saya agar mereka juga selalu ingat dengan leluhur mereka,” bebernya lagi.

Bahkan, anaknya yang tinggal di Jakarta juga harus pulang ke kampung halamannya di Medan untuk melaksanakan Ceng Beng. Dia juga memperkirakan, hingga lima hari ke depan, lokasi pemakaman ini akan terus dipadati peziarah untuk melaksanakan Ceng Beng.

“Ceng Beng ini juga membuktikan pengabdian serta kepedulian kita kepada leluhur yang telah wafat,” ungkapnya lagi.
Untuk menjaga kekhusukkan dan ketertiban bagi warga Tianghoa melakukan ziarah kubur di pemakaman, pihak kepolisan turut berjaga di lokasi pemakaman, baik dari Polsek Delitua maupun Patumbak serta Muspika yang senantiasa membantu kelancaran pelaksanaan ritual.

Dari pantuan wartawan koran ini, Jalan Brigjend Zein Hamid macet total menuju ke komplek pemakaman. Diperkirakan, kemacatan mecapai 2 Km sehingga penziaraha banyak terjebak di jalan menuju komplek pemakaman. Bahkan, pihak kepolisian sampai kewalahan mengatur arus lalulintas yang macet karena meningkatnya jumlah penziarah. (*)

Radioaktif Meningkat 10 Juta Kali Lipat

Krisis Nuklir di Jepang

TOKYO- Aktivitas reaksi nuklir terdeteksi meningkat sangat tinggi di dalam air di reaktor unit 2. Peningkatannya mencapai 10 juta kali lipat dari reaksi normal, demikian disampaikan Tokyo Electric Power Co (Tepco). Akibat bencana yang melanda Jepang lebih dari 10 ribu orang tewas.

Pihak Tepco menjelaskan tingkat radiasi mencapai 2,9 miliar becquerels dalam satu kubik centimeter (cm) air di ruang bawah tanah bangunan turbin yang terpasang ke reaktor nomor 2, seperti dikutip dari laman NHK, Minggu (27/3).

Tingkat kontaminasi ini sekitar 1000 kali dibandingkan kebocoran radiasi di ruang bawah tanah reaktor nomor 1 dan 3. Tepco menambahkan material radioaktif terdeteksi termasuk 2,9 miliar becquerels yodium 134, 13 juta becquerels yodium 131, dan 2,3 juta becquerels, masing-masing cesium 134 dan 137.
Material ini dipancarkan sepanjang proses fisi nuklir di inti reaktor. Perusahaan ini memperkirakan air terkontaminasi itu berasal dari inti reaktor rusak, dan mereka tengah mencari tahu bagaimana kebocoran bisa terjadi.

Lulusan University of Tokyo Naoto Sekimura mengatakan kebocoran ini mungkin muncul dari ruang penahan (suppression chamber) reaktor nomor 2. Ruang ini didesain untuk menampung radioaktif dari reaktor. Sementara itu, Departemen Ilmu Pengetahuan Jepang menemukan tingkat tinggi terdeteksi di wilayah yang jaraknya lebih dari 30 kilometer dari pabrik Fukushima Daiichi. Ketinggian radiasi ini melewati ambang batas tahunan yang bisa dihadapi warga biasa.

Terpisah, Kepolisian Jepang mengatakan bencana gempa dan tsunami 11 Maret lalu, sekitar 10.489 orang meninggal, dan lebih dari 16.600 dinyatakan hilang. Sebanyak 6.333 orang tewas di Prefektur Miyagi dan sebanyak 3.152 orang tewas di Prefektur Iwate telah dikonfrmasi tewas, di Prefektur Fukushima 946 tewas.  Selain itu, 18.000 rumah hancur dan sekitar 140.000 rumah rusak. Di Prefektur Iwate saja, lebih dari 12.000 rumah roboh. Sementara itu, berdasar citra satelit, gempa dan tsunami menghantam pantai timur Jepang membuat banjir sejauh 500 kilometer persegi.    Di bagian selatan Miyagi, dari gambar terbaru diambil 24 Maret, terlihat daerah terkena banjir menyusut, namun 70 persen masih terendam air.

Pemerintah Jepang mengungkap serangkaian kesalahan dilakukan operator PLTN Tepco. Termasuk soal pengiriman dua pekerja tanpa perlindungan alas kaki saat mengendalikan kebocoran radiasi.
Juru bicara pemerintah, Yukio Edano mendesak Tepco agar lebih transparan setelah dua pekerja menderita luka bakar saat menginjak air yang terkontaminasi radioaktif, 10 ribu kali dari ambang normal, di PLTN Fukushima Daiichi. (bbs/jpnn)

Pemko dan TNI AU Rapat Tertutup, Warga Sari Rejo tak Dilibatkan

MEDAN- Penyelesaian sengketa tanah Sari Rejo di Kecamatan Medan Polonia semakin tak jelas arahnya. Hal itu disebabkan, jadwal pertemuan Tim Asset TNI AU dan Pemerintah Kota (Pemko) Medan di Hotel Grand Aston, Sabtu (26/7) lalu, berjalan tertutup.

Hal itu dibenarkan seorang staf Humas Pemko Medan yang biasa melakukan peliputan berita-berita Pemko, yang enggan disebutkan namanya.

“Ya, semalam (Sabtu, red) ada pertemuan Pemko dengan Tim Asset TNI AU. Tapi berlangsung tertutup, nggak bias diliput. Itu katanya permintaan TNI AU,” ungkapnya kepada Sumut Pos, Minggu (27/3).

Terkait kenyataan itu, membuat sejumlah pihak terlihat gerah dan menunjukkan sikap antipatinya kepada Pemko Medan. Salah satunya adalah Ketua Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas) Riwayat Pakpahan.

Menurut Riwayat, baru kali ini pertemuan yang membahas masalah sengketa tanah Sari Rejo berlangsung tertutup. Karena, selama ini semua bentuk pertemuan yang telah dijejaki semua pihak berlangsung terbuka.
“Kenapa rapat ini tertutup. Pasti ada hal yang tidak transparan, atau yang ditutup-tutupi. Kita menyesalkan itu, karena selama ini tidak pernah ada pertemuan soal tanah ini berlangsung tertutup,” tegasnya.
Satu lagi pertanyaan yang dilontarkan Riwayat Pakpahan adalah, kenapa pertemuan itu tidak melibatkan pihak warga yang notabene adalah pihak yang bersengketa.

“Kenapa kami tidak dilibatkan. Padahal 1 Februari 2011, rapat di DPD RI bersama Kasau, Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI, Kementerian Keuangan melibatkan Formas. Nah, janji Wali Kota juga kalau Tim Asset TNI AU datang, maka Formas akan dilibatkan. Ini kan aneh. Kami hanya ingin persoalan ini segera selesai, kami mendapat hak kami yakni, sertifikat tanah,” tandasnya lagi.

Karena hal ini juga, Riwayat kembali mengungkapkan, jikalau pada akhirnya aksi unjuk rasa diperlukan untuk penyelesaian masalah tersebut, maka itu akan menjadi alternatif terakhir bagi masyarakat Sari Rejo.
“Mudah-mudahan, Pemko masih mengupayakan penyelesaian ini. Tapi kalau sampai akhir April 2011 ini tidak juga ada penyelesaian, maka awal Mei ini kami masyarakat Sari Rejo akan melakukan aksi besar-besaran ke Pemko Medan dan BPN Sumut serta Medan,” tukasnya.

Ketidaktransparanan Pemko Medan dan TNI AU juga diungkapkan anggota Komisi A DPRD Medan Landen Marbun. “Seharusnya segala kebijakan pemerintah itu harus transparan. Apalagi selama ini, masalah Sari Rejo tidak pernah ditutup-tutupi,” tegasnya.(ari)

Pelayanan Donor Darah Tergganggu

Alat Pengendapan Darah PMI Medan Hilang

MEDAN- Gara-gara sejumlah peralatan di Kantor Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan hilang pada Jum’at (25/3) lalu, membuat pelayanan di kantor tersebut menjadi terganggu.
Adapun peralatan-peralatan yang hilang antara lain, alat yang digunakan untuk mengendapkan darah (cup setifuge) raib, sehingga membuat operasional transfusi darah terbatas. Tak hanya itu, 100 kantung darah juga dinyatakan hilang.

Kasus hilangnya alat tersebut diketahui pada hari yang sama, ketika ada
pasien yang datang untuk diproses darahnya.

“Saat ada pasien, yang datang untuk diproses darahnya ternyata cup setifugenya hilang. Kalau itu tidak ada, kita tidak bisa membalancingkan pengendap darah itun
Itulah ketahuannya, kemudian diselidiki lain, administrasi juga hilang berupa stempel, formulir, kwitansi hilang. Padahal paginya masih ada, beberapa saat sebelum Sholat Jum’at sudah hilang,” kata Sekretaris UDD Kota Medan, Drg Susyanto, Minggu (28/3).

Kemudian, lanjut Susyanto, kasus ini pun Kasus ini pun telah dilaporkan ke Polsek Medan Timur dengan Nomor  pengaduan Nopol:STBL 248/III/2011/Sek/Medan Timur tertanggal 25 Maret sekira pukul 20.30 Wib.
Namun, hingga Sabtu sore, operasional di UDD Kota Medan ini masih terganggu.

Tidak hanya itu, lanjut Susyanto, pihaknya juga menerima SMS dari nomor 0853613725xx yang menyebutkan jika alat yang hilang tersebut berada di laci dokter. “Cari di laci meja dokter,”.

“Begitu pesan SMS tersebut terang Susyanto seraya menambahkan sampai saat ini, ruangan dokter tersebut masih dalam kondisi terkunci,” ungkapnya.

Sementara itu, Pelaksana Ketua UDD Kota Medan dr Delyuzar menjelaskan, dengan hilangnya alat tersebut mengakibatkan pelayanan terhadap masyarakat yang membutuhkan darah, tergangu.  Bahkan dengan kasus ini, akan banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan tidak bisa ditolong.

“Akan banyak  masyarakat yang dirugikan. Pelayanan yang kita berikan terbatas. Hari ini tidak ada. Padahal jika hari normal saja, dengan ketersedian kantong darah yang terpenuhi 30 persen dari 50 hingga 100 kantong darah yang terpenuhi, hanya mampu ertahan enam jam saja.

Delyuzar mengaku aneh dengan kejadian tersebut. Karena, selama ini, ruangan dokter yang dimaksudkan sebagai tempat penyimpanan alat tersebut biasanya bebas. Namun, sekarang terkunci.
Pernyataan lainnya, Delyuzar menceritakan, insiden itu terjadi, pasca “mogoknya” staf maupun petugas di kantor tersebut sebanyak 18 orang, yang tidak masuk sesuai dengan jadwal yang dibuat. Secara otomatis, kenyataan itu menimbulkan pertanyaan  “Inilah pertanyaan bagi kita,” kata Delyuzar.
Selain itu, persoalan ini diduga dengan adanya surat yang datang dari PMI pusat tertanggal 11 Maret yang menegaskan statuta PMI UTD Medan sehubungan adanya masalah pelayanan darah di UTD Medan yang tidak kunjung selesai.

“Nah kami tidak tahu modusnya apa,” kata Susyanto.

Dalam surat tersebut ditegaskan, UDD PMI kota Medan berkedudukan dibawah pengurus PMI kota Medan. Selanjutnya, dalam point (2) disebutkan PMI Medan memiliki kewenangan menetapkan kebijakan teknis administrasi pelayanan penyediaan darah UDD kota Medan. Selanjutnya, point (3) dinyatakan PMI SUmut mempunyai kewenangan menetapkan kebijakan teknis operasional dan administrasi pelayanan penyediaan darah untuk UTD wilayah Sumatera Utara serta melakukan pembinaan terhadap PMI kabupaten kota yang mengelola UDD. Sedangkan
point (4) ditegaskan, Pembinaan yang dimaksud dalam point tiga tidak berarti mengambil alih kedudukan UUD kota Medan dibawah PMI Sumut.

Dengan adanya kejadian ini, PMI UDD Medan telah Langkah selanjutnya, hal ini sudah dilaporkan ke PMI Pusat dan Provinsi. Hal ini juga sudah dilaporkan ke Polisi.
“Kondisi ini menggangu pelayanan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kebijakan kepolisian dalam hal mengungkap kriminalisasi di PMI UTD kota Medan. Karena jika itu tidak ada, kami tidak bisa bekerja,” katanya.
Menyikapi hal ini, Ketua Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Sumatera Utara, Parlindungan Purba menyayangkan kejadian itu.

“Saya kira PMI Sumut juga bertanggungjawab akan hal ini,” kata pria yang juga sebagai anggota DPD RI.
Parlindungan dalam hal ini akan menjembatani permasalahan ini tentang pengunduran diri sebanyak 18 petugas UDD PMI Medan secara serempak.
“Malam ini, saya akan berbicara dengan mereka tentang persoalan seperti apa yang menjadi permasalahan mereka. Kalau masalah intern ini, kita serahkan saja kepada PMI Medan,” tandasnya.(ari/mag7)