28 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 15541

Kans Merapat

ARSENAL v SUNDERLAND

LONDON-Usai kalah dari Birmingham pada babak final Carling Cup beberapa waktu lalu, The Gunners (julukan Arsenal) masih memiliki tiga kesempatan untuk merengkuh tropi lainnya.
Ketiga tropi yang dimaksud itu adalah FA Cup, English Premier League (EPL) dan Liga Champions. Artinya, musim ini tim binaan Arsene Wenger masih berpeluang meraih treble winners.

Tapi sebelum melangkah ke arah sana (meraih treble winners), ada baiknya bila Arsene Wenger fokus pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Emirates, malam ini saat menjamu Sunderland.

Bila pada laga ini Andrei Arshavin dkk mampu meraih poin sempurna, maka selisih poin yang mereka kumpulkan hanya terpaut satu angka dari pemuncak klasemen Manchester United, yang besok harus  melakoni laga berat di kandang Liverpool, Stadion Anfield.

Sayangnya, menatap laga menghadapi Sunderland kali ini Wenger bakal kehilangan Robin van Persie. “Sangat menyesal karena tim ini tidak pernah lengkap. Selalu ada pemain yang kehilangan laga penting. Setelah kondisi Fabregas mulai membaik, kini kami harus melupakan van Persie,” sesal Wenger.

Beruntung, Nicklas Bendtner yang kemungkinan besar diplot sebagai pengganti van Persie sedang bergairah, setelah dirinya mencetak  hat-trick  ke gawang Leyton Orient pada Piala FA dua hari lalu.

“Arsenal itu adalah tim secara menyeluruh. Kami semakin padu, dan ini sebuah pertanda baik untuk mencapai tujuan (meraih gelar juara),” bilang Bentner.
Lantas, bagaimana kesiapan The Black Cats (julukan Sunderland) menatap pertandingan malam ini?

Diperoleh kabar jika sebagian besar pemain pilar tidak siap tempur karena cedera.  Bahkan Michael Turner diprediksi harus absen sampai akhir musim kompetisi.
“Kondisinya semakin buruk. Semula kami menduga dia bisa pulih dalam emat pekan. Tapi ternyata cederanya sangat parah,” bilang Steve Bruce, tactician Sunderland.

Sebelumnya, Steve Bruce telah kehilangan beberapa pemain yang selama ini mampu meningkatkan performa tim seperti Fraizer Campbell, Lee Cattermole, Danny Welbeck dan David Meyler.

“Banyaknya pemain yang cedera, serta beberapa pemain yang hengkang ke klub lain membuat tim ini tampil pincang,” bilang  Asamoah Gyan, striker Sunderland, seolah menyesali hengkanganya Darrent Bent ke Aston Villa.

Memang, sejak Gyan tak lagi bertandem dengan Darrent Bent, performa The Black Cats merosot tajam. Tim besutan Steve Bruce ini mendulang hasil sekali menang dan empat kali kalah.
Empat kekalahan yang dialami Sunderland pasca Bent hengkang terjadi atas Chelsea (2-4), Stoke City (3-2), Tottenham (1-2) serta Everton (0-2). Sedang satu-satunya kemenangan diraih atas Blackpool (2-1).

“Sebelumnya kami sempat berfikir jika musim depan kami akan berlaga di Eropa. Apalagi kami pernah menjadi satu-satunya tim yang tidak kebobolan dalam 11 pertandingan musim ini. Tapi kini, semua mimpi itu berakhir,” sesal Gyan.

Pertanyaannya, mungkinkah Sunderland memutus rantai kekalahan itu saat menghadapi The Gunners  yang akan didukung fansnya? Rasanya mustahil. (jun)

31 Kg Ganja Asal Aceh Diamankan dari Balik Dinding Mobil

LANGKAT-  Ketahuan membawa 31 bal daun ganja kering di dalam mobil jenis kijang warna silver bernomor polisi BK 1353 XO, Syamsul Komar Lubis alias Syamsul alias Komar (52) warga Pasar V Padang Bulan, Kecamatan Medan Tuntungan, akhirnya berhasil dilumpuhkan petugas dengan sekali tembakan tepat mengarah ke ban mobil depan yang ditumpanginya, Jumat (4/3).

Keterangan yang diperoleh di Mapolres Langkat menyebutkan, peristiwa itu terjadi sekira pukul 10.00 WIB di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) tepatnya di ruas Jalan KH Zainul Arifin menuju Jalan Jenderal Sudirman, Stabat. Saat itu, mobil pelaku melintas kencang dari arah Aceh menuju Medan.

Ternyata, sebelum tiba di Stabat, mobil yang dibawa Syamsul telah berhasil menerobos tiga blokade Swiping (razia) yang digelar Polres Langkat. Pertama, pelaku berhasil menembus razia di perbatasan, Besitang-Aceh, kemudian di Kecamatan Gebang dan ketiga di Pasar X, Kecamatan Hinai.

Meski lolos dari tiga gelaran razia rutin, namun petugas menaruh curiga terhadap mobil tersebut dengan membuntuti kendaraan dari Pasar X Tanjung Beringin.Ternyata, kecurigaan petugas tadi benar, begitu dibuntuti, dia langsung tancap gas dan mencoba menjauh dari kejaran.Tak ingin kehilangan buruan, petugas yang membuntuti pelaku, langsung menghubungi rekan-rekannya yang bertugas di Pos Lantas, Simpang Bupati.

Tepat di lampu merah Simpang Bupati, petugas kembali menggelar razia untuk menangkap pelaku. Kali ini terbilang mudah, karena petugas telah mengantongi identitas kendaraan. Saat mobil berhenti di lampu merah, beberapa petugas dari Satlantas Polres Lang kat mencoba mendekati mobil. Begitu mendekat, mobil yang ditumpangi Syamsul dan tiga penumpang lainnya, langsung menerobos lampu merah hingga nyaris menabrak seorang petugas.

Tanpa pikir panjang dan tak mau pelaku kabur begitu saja, seorang petugas langsung melepas tembakan ke arah ban mobil kiri dan dinding belakang mobil. Meski mobil berhasil dilumpuhkan, Namun Syamsul tidak ingin konyol dihajar petugas dan warga sekitar, dia pun mencoba melarikan dari.

Untungnya, pelarian Syamsul dapat dipatahkan petugas dengan memberi tembakan peringatan. Begitu Syamsul dibekuk, petugas pun langsung memboyong dirinya beserta mobil dan tiga penumpang lain Misriati (52), Helmida Fitri (32) dan Aidil (4) warga Kelurahan Secanang-Belawan ke Pos Satlantas dan selanjutnya diserahkan ke Satnarkoba Polres Langkat.
Dari dalam mobil pelaku, petugas berhasil menemukan 31 bal daun ganja kering atau seberat 31 Kg di balik dinding mobil.

Kepada wartawan, Syamsul mengaku, dirinya tidak tahu menahu perihal daun ganja tersebut, sebab dia hanya disuruh oleh kenalannya Junaidi untuk mengambila mobil di Langsa dan untuk dibawa ke Medan.

“Saya nggak tau masalah ganja itu, saya cuma disuruh sama Junaidi untuk mengambil mobil di Langsa dan dibawa ke Sei Sikambing-Medan dengan upah Rp500 ribu,” kilah Syamsul.
Sementara Misriati Cs, ketika ditemui di Satnarkoba Polres Langkat mengaku, sanggat terkejut dengan peristiwa ini. Pasalnya, mereka hanya menumpang dengan pelaku.

Kami ini cuma numpang, kebeulan ditengah jalan dia (pelaku) mengajak kami untuk bersama-sama ke Medan. Kami nggak tau kalau didalam mobil itu ada ganja, waktu dikejar Polisi baru kami curiga dan minta diturunkan,”kata Misriani.

Kasat Narkoba AKP SR Tambunan mengaku, kalau pihaknya sedang menyelidiki dan mendalami kasusnya. “Saat ini kita masih memeriksa pelaku dan akan mengembangkan kasus ini,” kata Tambunan. (ndi)

Laga Timpang

Newcastle v Everton

NEWCASTLE-Mantan pemain Newcastle United dan bek Everton Steve Watson mengatakan bahwa peluang The Magpies (julukan Newcastle United) untuk memenangkan pertandingan yang berlangsung di Stadion St James Park, malam ini sangat terbuka.

Pasalnya, masih menurut Watson, lini tengah The Magpies yang terdiri dari Joey Barton, Kevin Nolan dan Cheik Tiote lebih unggul dibanding pilar lini tengah lawannya, Everton yang digawangi Mikel Arteta dan Jack Rodwell.

“Saya pikir ini menjadi musim yang sangat luar biasa bagi Joey Barton. Dia memberi kontribusi yang maksimal untuk timnya lewat umpan-umpannya yang mampu diselesaikan Kevin Nolan. Sementara itu Tiote terlihat semakin matang,” bilang Watson.

Meski dijagokan mantan pemain bintang yang juga legenda hidup Newcastle dan Everton, namun Alan Pardew tak ingin gegabah menatap pertandingan kali ini.
Terlebih kali ini dia akan kehilangan gelandang Hatem Ben Arfa, yang diperkirakan absen hingga Mei mendatang.

Selain kehilangan Ben Arfa, malam ini Magpies juga tampil tanpa Dan Gosling (lutut), Shola Ameobi (patah tulang pipi), Alan Smith (pergelangan kaki) dan Danny Guthrie (hamstring).
Karenanya, tak heran bila Pardew menaruh harapan agar Stephen Ireland yang dipinjam dari Aston Villa pada bulan Januari lalu dapat melakukan debutnya bersama Magpies.

Sesungguhnya, bukan hanya Pardew yang dipusingkan pemain cedera. David Moyes, tactician Everton juga bakal kelimpungan memikirkan strategi yang paling tepat, karena malam ini timnya bakal tampil tanpa kehadiran Marouane Fellaini dan Tim Cahill
“Semua orang tahu seberapa besar kontribusi kedua pemain ini. Saya tahu banyak yang meragukan peluang kami setelah keduanya cedera. Tapi saya tak berputus asa,” bilang Moyes. (jun)

Dua Petani Terkapar Dipukul Brimob

Rekonstruksi Sengketa Lahan di Mabar Ricuh

MABAR-Suasana lahan sengketa di Desa Saentis, Kecamatan Percut Sei Tuan mendadak mencekam, Kamis (3/3) pagi. Dua unit truk, satu bus dan beberapa mobil mendekati lahan seluas 46,11 hektar yang menjadi sengketa antara Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Manunggal dengan PTPN II dan PT KIM II.

Dari truk dan bus turun sekitar 30 anggota Brimob membawa pentungan dan tameng, juga sekitar 10 personil berseragam cokelat. Diantara polisi itu, terlihat Legiman (72), satu dari 70 anggota Gapoktan yang ditangkap dan ditahan Penyidik Polda, 13 Februari 2011 lalu.

Sekitar 20-an warga yang sebelumnya sudah bersiap di gerbang yang membatasi kawasan PT KIM II dan lahan sengketa yang masih digarap warga, ikut bersiap. Demikian juga puluhan warga yang berjaga di Posko Kelompok Tani Mabar, sekitar 100 meter dari gerbang.

Seorang penyidik Sat IV Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Polda Sumut diikuti polisi lain mendekati pagar. Polisi dan warga kemudian berdialog. Polisi minta pagar dibuka karena akan melakukan rekonstruksi lahan. Rekonstruksi dilakukan dalam rangka melengkapi berkas kasus penggunaan data dan surat palsu terkait kasus lahan tersebut dengan tersangka Lagiman.

Warga menolak dan mempertanyakan rekonstruksi lahan tersebut. Suasana makin tegang karena kedua pihak mempertahankan pendapat masing-masing.

”Tolong jangan hadapkan kami dengan permasalahan baru. Kami hanya sebagai penyidik yang menjalan tugas, kami melakukan rekontruksi,” ujar salah seorang dari Polda Sumut.

Perkataan tersebut ditanggapi oleh pihak Kelompok Tani. ”Kami tahu Bapak menjalankan tugas, namun lahan tersebut kan sudah kami menangkan jadi kenapa mesti dilakukan rekontruksi lagi,” ujar seorang anggota kelompok tani.

”Kami bukan teroris, kami bukan penjahat, kami menolak rekonstruksi tersebut,” teriak petani lain.
Suasana makin mencekam setelah beberapa anggota kelompok tani berteriak menuding polisi. ”Pada waktu eksekusi, ke mana pihak kepolisian tidak ada yang melakukan pengawalan. Sekarang pada waktu mau rekontruksi kok ramai sekali polisi yang turun,” ujarnya dan disambut rekan-rekannya.

Dialog gagal. Brimob bersenjata pentungan membawa tameng membentuk formasi untuk mendobrak gerbang. Tak kalah garang, petani bersiap mempertahankan ’kedaulatan’ mereka di gerbang tersebut.
”Woi, ke sini kalian…,” teriak seorang petani kepada rekannya di Pos Kelompok Tani Manunggal. Sejumlah pria dan beberapa wanita mendekat, ikut bertahan di gerbang.

Aksi saling dorong terjadi. Sekitar 30 anggota brimob adu kuat dengan sekitar 20 petani. Aksi saling dorong berlangsung hingg ahampir 10 menit. Oknum Brimob yang disiagakan mengamankan rekonstruksi, ditengarai memukul beberapa anggota kelompok tani. Akibatnya, Napon (46), Kaslan (54) terjerembab dengan kepala berdarah. Sedangkan Wati (37) terjatuh dan pingsan.

Saat itulah polisi mengambil momen dan berhasil mendobrak gerbang bertiang bambu dan berdinding tepas itu. Polisi akhirnya masuk ke lahan garapan. Petani hanya bisa melihat, tidak berani melawan. Sebagian dari mereka kemudian membawa Wati ke pos dan melarikan Napon dan Kaslan ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.
”Apa kalian tidak kasihan lihat kami, kami rakyat kecil dan tidak bersalah namun kalian mengambil tindakan dengan memukul teman-teman kami,” ujar salah seorang kelompok tani.

Polisi tidak menanggapi ucapan tersebut. Mereka kemudian membawa Legiman yang dikawal dua personel Brimob ke lahan sengketa untuk melakukan rekonstruksi lahan. Rekontruksi tersebut berjalan cepat. Pihak Polda Sumut hanya melakukan rekontruksi dengan menanyakan kepada Legiman atas kepemilikan tanah seluas 46,11 Ha tersebut.
Dari 70 nama anggota Tani Manunggal, Poldasu membacakan nama-nama yang tertera dalam surat yang diduga dipalsukan Legiman dan kawan-kawannya. Polisi kemudian bertanya kepada Legiman, apakah ia tahu lokasi lahan milik Asnan. Legiman menjawab tidak tahu. Pertanyaan tersebut kembali diulang. “Saya tidak tahu (lokasi) tanah-tanah (garapan 70 anggota Gapoktan) itu pasnya di mana karena sudah lama sekali. Saya lupa,” ujar Legiman.
Selanjutnya, setelah menanyakan kepemilikan tanah, Pihak Poldasu menanyakan batas-batas wilayah. ”Apakah Anda tahu batas sebelah selatan dan utara?” Tanya penyidik Polda. Legiman pun menjawab, ”Saya tidak tahu, saya lupa.”
Setelah rekontruksi selesai dilakukan, polisi meninggalkan lahan seluas 46,11 Ha tersebut. Saat Legiman hendak dibawa pihak Polda Sumut tiba-tiba ada seorang wanita sambil menangis langsung memeluk Legiman. ”Apa kabar Pak, sehat kan?” tanya wanita itu sambil menangis. ”Bapak baik-baik saja kok. Ntar lagi Bapak pulang, doakan saja ya,” ujar Legiman.

Kepada Sumut Pos yang menghampirinya, Legiman mengatakan bahwa selama ditahan di Mapolda Sumut, dia diperlakukan sewajarnya. ”Saya ditahan di ruangan penitipan. Saya tidak dipukuli,” ujarnya.

Selanjutnya, pihak kepolisian membawa Legiman pergi dengan mobil jenis Kijang meninggalkan lokasi rekontruksi.
Setelah polisi pergi, petani kembali berkumpul di Posko. Tampak pula Napon, Kaslan dan Wati di posko. Kepada wartawan, Napon mengatakan tidak bisa menerima perlakuan Brimob yang memukulnya. ”Kami di sini untuk mempertahankan lahan kami, malah dipukuli oleh petugas Brimob,” ujarnya sambil memperlihatkan luka di kepalanya.

Tetapi Napon masih ragu apakah dirinya akan membuat laporan terkait penganiayaan tersebut, atau membiarkan saja.

Seorang anggota Gapoktan lain, Senen (70) kembali menegaskan penolakan rekontruksi tersebut. ”Yang jelas kami sudah memenangkan lahan ini. Ngapain lagi harus direkontruksi,” ujarnya.

Senen menambahkan, saat rekontruksi tersebut pihak dari Pengadilan Negri Lubuk Pakam tidak hadir. ”Kemana pihak Pengadilan Negeri Lubuk Pakam pada saat rekontruksi berlangsung,” katanya.

Senen juga kecewa terhadap kinerja pihak kepolisian pada saat rekontruksi tersebut. ”Polisi tidak melakukan pengamanan, malah terjadi bentrok yang menimbulkan korban,” tandasnya.

Anggota kelompok tani tersebut merencanakan mendatangi Pengadilan Negeri Medan, untuk mengikuti persidangan Prapid Legiman melawan Kapolda Sumut, Jumat (4/3). ”Kami akan datang beramai-ramai ke pengadilan untuk memberi dukungan kepada Legiman dan mendengarkan keputusan pengadilan,” ujarnya Senen.
Ia berharap penegak hukum bisa mengambil sikap seadil-adilnya. ”Saya minta hakim dan jaksa memberikan keutusan yang tepat,” tandasnya.

Kuasa Hukum PT KIM II Risuddin Gultom SH yang terlihat hadir di lokasi mendukung proses rekonstruksi di lahan seluas 46,11 hektar tersebut. Saat rekonstruksi, Legiman tidak bisa menunjukkan batas lahan dan bagian-bagian mana saja yang menjadi lahan sengketa. ”Saya tidak bisa berkomentar lebih banyak. Kita serahkan saja semuanya ke penegak hukum dalam hal ini pihak kepolisian dan juga pengadilan,” ujarnya.

Ditemui terpisah Kapoda Sumut Irjen Pol Oegroseno membantah ada anggotanya yang melakukan pemukulan petani di lahan tersebut sebelum rekonstruksi. ”Saya yakin, aparat Brimob saya tidak seperti itu. Kalau memang ada harus segera dilaporkan. Kalau tidak, nantinya hanya isu saja,” katanya di sela-sela pertemuan dengan para rektor universitas se-Kota Medan di Hotel Grand Aston Internasional, kemarin.

Pria yang sebentar lagi menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri tersebut meminta warga tersebut melapor ke Propam Polda. ”Jadi, kalau tidak ada laporan maka saya berani jamin itu hanya isu. Sekali lagi, kalau tidak ada laporan maka saya berani jamin itu hanya isu,” tutupnya.

Sementara itu, Kabid Humas Poldasu Kombes Pol Heri Subiansaori juga mengarahkan warga yang mengaku dipukul anggota Brimob sebelum rekonstruksi lahan untuk segera melapor. ”Bila terbukti akan dilakukan tindakan,” ujarnya usai bertemu dengan tamunya di Hotel JW Mariot.(mag-11/mag-1/ari)

Gila, Bantuan Masjid Disunat 60 Persen

KPK Kembali Obok-obok Pemprovsu

MEDAN-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memintai keterangan dua pejabat Pemprovsu dari Biro Bina Sosial (Binsos) berinisial HL dan Biro Keuangan berinisial MS. Kedua pejabat ini dimintai keterangannya di Lantai III Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Sumut, Jalan Imam Bonjol.

Kehadiran penyidik KPK itu bertujuan melakukan penelusuran dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos) tahun 2009 senilai Rp215,17 miliar. Informasi yang dihimpun wartawan koran ini menyebutkan, dua pejabat tinggi Pemprovsu itu ditanyai sejak Senin (28/1) hingga kemarin, Kamis (3/3).

Wartawan koran ini sebenarnya sejak Senin lalu telah mendengar informasi tersebut. Namun sejumlah narasumber masih belum bersedia memberikan keterangan. Penelusuran yang dilakukan wartawan koran ini di sejumlah tempat di Kantor Gubernur juga tidak membuahkan hasil. Sejak Senin, kedua petinggi Pemprovsu itu memang tak terlihat di kantornya. Sejumlah staf saat ditanya soal keberadaan bosnya hanya menjawab, ”Bapak sedang tugas luar”. Nomor ponsel dua pejabat itu sejak Senin lalu juga tak aktif.

Informasi jelas baru diterima wartawan koran ini kemarin (3/3) dari sejumlah sumber terpercaya. Mereka bersedia memberikan keterangan, namun sebagian menolak menyebutkan identitas karena kasus tersebut masih dalam tahap awal.

”Pokoknya benar. Dua pejabat Pemprovsu berinisial HL dan MS yang dimintai keterangan oleh tim,” kata sumber sembari mewanti-wanti agar namanya tak disebut.

Mendapat informasi tersebut wartawan koran ini meluncur ke Kantor BPK RI Perwakilan Sumut di Jalan Imam Bonjol. Sejumlah pejabat di Kantor BPK membenarkan bahwa saat itu HL dan MS serta sejumlah pejabat lain sedang diperiksa penyidik KPK. Namun wartawan koran ini tidak diperkenankan masuk.

Kepala Sub Bagian Hukum/Humas BPK RI Perwakilan Sumut Mikael Togatorop membenarkan penyidik KPK meminjam ruang rapat BPK di lantai III untuk melakukan pemeriksaan. Saat ditanya lebih jauh, dengan diplomatis, Mikael mengaku tidak mengetahui pemeriksaan atas kasus apa dan siapa pejabat yang diperiksa.

”Mereka (KPK, Red) hanya meminjam ruangan. Apa saja materinya dan siapa saja yang dipanggil, kami tidak tahu. Soalnya hanya penyidik KPK saja yang ada di ruang rapat itu,” sebutnya. Dia menambahkan, pemeriksaan dua pejabat itu sebenarnya dimulai sejak Senin lalu (28/2). Namun bagaimana suasana pemeriksaan dan apa saja materi pemeriksaan, pihaknya tidak mengetahui.

Seorang pegawai BPK RI membeberkan, dua pejabat berinisial HL dan MS selalu bersamaan selama empat terakhir, baik masuk ke ruang pemeriksaan maupun saat meninggalkan ruangan tersebut. ”Tapi saya kenal pejabat itu, informasinya petinggi Pemprovsu. Ciri-cirinya berpeci hitam, badannya agak kecil dan satu lagi tinggi sedikit gemuk,” ucap pegawai BPK RI tersebut.

Humas KPK Johan Budi SP ketika dihubungi via telepon dari Medan mengakui kehadiran tim penyidik KPK di Medan. Namun dia mengaku tidak mengetahui apa saja agendanya. Saat ditanya apakah yang dimintai keterangan pejabat di Biro Binsor dan Biro Keuangan? Johan mengaku tidak mengetahui secara rinci siapa saja yang dimintai keterangan dan apa saja materinya.

Saat disinggung apakah kedatangan KPK itu berkaitan dengan kasus dugaan korupsi yang melibatkan Syamsul Arifin, atau pengusutan asal uang yang dipulangkan Syamsul ke kas daerah Kabupaten Langkat? Johan Budi hanya menjawab singkat. ”Secara detailnya tidak tahu persis,” ucapnya.

Pelaksana tugas (Plt) Sekda Provsu Rahmatsyah saat dikonfirmasi mengaku tidak mengetahui pemeriksaan dua bawahannya. Menurutnya, bila KPK melakukan pemeriksaan sifatnya langsung kepada yang bersangkutan, tanpa  melapor ke atasan pejabat tersebut. Praktik yang dilakukan KPK, lanjutnya, berbeda dengan praktik pengusutan yang dilakukan kepolisian atau kejaksaan.

”Panggilan pemeriksaan KPK itu sifatnya langsung-langsung dan sendiri-sendiri. Jadi kami tidak mengetahuinya,” sebutnya. Begitupun, tambahnya, dia akan mengecek keberadaan kedua pejabat tersebut.
Disinggung banyaknya laporan masyarakat soal potongan bantuan sosial kepada warga masyarakat hingga 60 persen dari nilai bantuan yang dicairkan, Rahmatsyah mengaku tidak mengetahuinya. Saat wartawan koran ini bercerita bahwa dua bulan lalu seorang anggota Fraksi Partai Golkar DPRD SU sempat mengamuk di ruangan Biro Binsos karena bantuan dana yang diterima konstituennya dipotong petugas Binsos, Rahmatsyah mengatakan, akan mengecek kebenarannya.

Dipotong 60 Persen

”Enam puluh, empat puluh ya. Deal? Kalau deal, proposal bisa dicairkan. Oke kan?” Pembicaraan itu masih diingat dengan jelas oleh Bukhairul (33), pembina Yayasan Pendidikan Binayatul Insan, Jalan H Jumri, Telaga Tujuh, Labuhan Deli.

Bukhairul merupakan satu di antara sekian korban mafia proposal bantuan sosial di Biro Bina Sosial (Binsos) Pemprovsu. Pria yang memiliki perhatian terhadap pendidikan keagamaan anak-anak di Labuhan Deli ini sempat dibuat sibuk, bahkan harus berurusan dengan Cabang Kejaksaan Negeri (Cabjari) Lubuk Pakam di Labuhan Deli.
Meski pihak Cabjari hanya memintai keterangan dan akhirnya meminta bantuannya untuk mengungkap mata rantai mafia proposal tersebut. Kepada wartawan koran ini, kemarin, pria ini pun mengungkapkan bagaimana kejamnya permainan orang-orang yang dianggapnya tak memiliki hati nurani itu.

Bukhairul bercerita, pada tahun 2009 lalu dia dihubungi oleh seseorang yang diketahuinya kader partai tertentu. Lelaki itu menawarkan proposal bantuan pembangunan madrasah kepadanya. Lelaki yang memiliki panggilan Tom tersebut mengaku mengetahui Bukhairul sedang berupaya mewujudkan pembangunan gedung madrasah. Pasalnya, selama ini, sekira 40-an murid Madrasah Binayatul Insan belajar di gubuk sederhana berdinding tepas. Proses belajar mengajarpun dilakukan di atas selembar tikar.

Mendapat tawaran seperti itu, Bukhairul pun bersemangat. Apalagi, Tom yang mengaku punya jaringan di Kantor Gubernur memberikan contoh proposal yang harus ditiru. Setelah beberapa minggu, Tom langsung menjemput proposal tersebut. ”Harus segera dikasih ke panitia anggaran (panggar),” ujarnya menirukan ucapan Tom.
Setelah menunggu beberapa bulan akhirnya harapan untuk membangun madrasah yang layakpun muncul. Pada pertengahan Februari 2010 yang lalu, Bukhairul menerima selembar surat dari Biro Binsos Pemprovsu yang menyatakan, Pemprovsu bakal memberikan dana hibah sebesar Rp100 juta. Surat pemberitahuan itu bukan yang asli, tapi fotokopian. Tom yang mengantarkan surat pemberitahuan tersebut kepada Bukhairul.

Sesuai arahan Tom, Bukhairul mempersiapkan segala persyaratan administrasi, termasuk membuka rekening di Bank Sumut, untuk transfer dana yang dicairkan. Namun setelah enam bulan diurus, dan Bukhairul harus puluhan kali bolak-balik Labuhan Deli-Kantor Gubernur, bantuan sebesar Rp100 juta itu tak bisa dicairkan juga.

Petugas administrasi di Biro Keuangan mengaku tak bisa mencairkan bantuan dana hibah tersebut, jika surat pemberitahuan pencairan bantuan yang asli tidak ada. Sementara menurut Bukhairul, surat pemberitahuan yang asli dipegang ’atasan’ Tom. Atasan Tom sendiri sebagaimana pengakuan Tom adalah seorang pejabat di Kantor Gubsu. Siapa atasan Tom, Bukhairul tidak pernah memberitahukannya. ”Surat yang asli sama bos saya. Surat itu bisa kami serahkan kalau permintaan kami, enam puluh-empat puluh ya. Deal? Kalau deal, proposal bisa dicairkan. Oke kan?” ujar Tom sebagaimana ditirukan Bukhairul.

Bukhairul tetap menolak kesepakatan yang ditawarkan Tom. Pasalnya, sangat tidak masuk akal dan sangat tidak manusiawi. Dana sebesar Rp100 juta bakal ditransfer ke rekening Yayasan Binayatul Insani, namun wajib dipotong 60 persen atau sebesar Rp60 juta untuk Tom dan atasannya. ”Berkali-kali mereka meminta saya menerima kesepakatan itu. Tapi saya tetap menolaknya,” ujarnya.

Buntu, Bukhairul kemudian memakai cara lain. Dia bermaksud meminta bantuan Wagubsu, Gatot Pudjonugroho, sekira bulan September lalu. Melalui SMS, Gatot sempat menjadi curahan hati Bukhairul. ”Hubungi staf saya,” demikian SMS balasan Gatot. Namun saat Bukhairul menemui stafnya, jawaban yang didapat tak memuaskan. ”Bapak (Gatot, Red) lagi di luar, tak ada di ruangan,” ujar staf tersebut.

Tak menyerah sampai di situ, masih di bulan September 2010, Bukhairul mengadukan persoalan tersebut kepada Gubsu, Syamsul Arifin, melalui SMS. Gayung bersambut, tak lama setelah di SMS, Syamsul balik menghubungi via telepon. ”Besok, Jumat pagi datang ke rumah saya di STM (Jalan Suka Darma kawasan Jalan STM, Red), bawa semua berkas. Tak ada itu potong-potongan. Siapa pejabat yang terlibat akan saya tindak,” katanya.

Sesuai arahan Gubsu, Jumat pagi keesokan harinya, Bukhairul datang ke rumah Syamsul di Jalan Suka Darma No 12, Suka Maju, Medan Johor. ”Saya datang selepas subuh dengan kondisi hujan rintik. Namun sampai pukul 09.00 WIB, ajudannya tak memperkenankan saya masuk,” ujarnya.

Pasrah dengan kondisi itu, Bukhairul membiarkan dana bantuan itu begitu saja. Giliran Tom yang kelabakan. Dia dan beberapa rekannya, bolak-balik dari Medan ke Labuhan Deli, memohon agar Bukhairul mau menerima kesepakatan bagi-bagi tersebut. Namun Bukhairul tetap dalam pendiriannya. ”Mereka (Tom dan kawan-kawan, Red) sempat nego, mereka menurunkan jadi 50-50, hingga 40-60. Namun saya tetap menolak,” katanya.

Ternyata persoalan tidak selesai sampai di situ. Sekira tanggal 11 Februari 2011 datang surat panggilan dari Cabjari Lubuk Pakam di Labuhan Deli. Isinya, pada tanggal 16 Februari 2011, Bukhairul diminta datang ke Kantor Cabjari untuk dimintai keterangan terkait bantuan dana hibah dari Biro Binsos Pemprovsu. Bukhairul pun dimintai keterangan dan menjelaskan semuanya, dari A hingga Z. Dia juga menunjukkan rekening koran Bank Sumut kepada pihak Cabjari yang membuktikan, dana bantuan tersebut tidak pernah ditransfer ke rekening yayasan.

Kacabjari Lubuk Pakam di Labuhan Deli Muhammad Hamdan SH saat dihubungi kemarin sore (3/3), mengaui pihaknya sedang melakukan pengumpulan data dan pengumpulan bahan keterangan (Puldata-Pulbaket, Red) kasus tersebut. ”Kamis memang sedang puldata-pulbaket dugaan korupsi bantuan sosial tersebut,” katanya.

Hamdan mengatakan, di wilayah hukumnya pada tahun 2009 dan 2010 banyak masjid dan madrasah yang menjadi korban permainan mafia proposal di Biro Binsos Pemprovsu. Dia menyebutkan, sebagian ada yang telah mencairkan dan dipotong, sebagian lagi tidak dicairkan karena tidak bersedia dipotong. Dia juga mengakui jaringan mafia proposal ini sangat rapi dan profesional. ”Ini uang masjid, uang madrasah, masak dipotong seperti itu. Pelakunya harus dijerat. Kasihan pengurus masjid dan madrasah, mereka jadi korban,” tegasnya. (ril/her)

Rp215,17 M Dana Bansos Bermasalah

Pemeriksaan pejabat tinggi di Pemprovsu berinisial HL dan MS oleh penyidik KPK belum menjadi pembicaraan hangat. Meski pemeriksaan telah dilakukan sejak Senin (28/2) namun hingga Kamis (3/3) kemarin, hanya sebagian kecil pejabat di Pemprovsu yang mengetahuinya. Pemeriksaan ini merupakan pengusutan kedua setelah penggeledahan Kantor Gubsu dan penyitaan sejumlah dokumen yang dilakukan tim KPK pada 30 Juni 2010.

Sumber terpercaya koran ini di Kantor Gubernur menyebutkan, KPK memang melakukan penelusuran terhadap dugaan korupsi dana bantuan sosial (Bansos) tahun 2009 sebesar Rp215,17 miliar, Kamis (3/3). ”Masih ditelusuri ya, kan belum tentu bersalah. Pemeriksaannya tidak dilakukan di kantor gubernur, tapi di tempat lain,” kata sumber tersebut.

Sumber itu mengatakan, sepengetahuannya anggaran bansos 2009 memang telah menjadi temuan BPK. Namun dari anggaran ratusan miliar tersebut hanya Rp10,7 miliar yang tak dapat dipertanggungjawabkan. ”Itu informasi yang saya terima. Yang diperiksa itu kawan-kawan saya, janganlah sampai terjadi yang tidak diinginkan. Mereka diperiksa karena ada perintah dari atasan,” kata sumber tersebut.

Berdasarkan catatan koran ini, pertama kali KPK melakukan penelusuran kasus ini pada 30 Juni 2010. Saat itu tim KPK mengobok-obok Kantor Gubsu. Mereka tidak ada melakukan pemeriksaan terhadap pejabat Pemprovsu, tapi hanya mengangkut sejumlah dokumen penting. Meski saat itu Gubsu Syamsul Arifin membantahnya, namun pada saat yang bersamaan Humas KPK Johan Budi membenarkan.

Saat itu tim KPK berjumlah lebih dari empat orang itu melakukan penggeledahan dan penyitaan sejumlah dokumen penting di Biro Keuangan dan Biro Bina Sosial (Binsos) sejak pukul 13.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Saat keluar dari Kantor Gubsu, tim KPK membawa sejumlah barang, antara lain satu koper besar warna hitam dan beberapa CPU komputer, tak jelas berapa jumlahnya.

Namun sejumlah PNS di Kantor Gubernur saat itu, mengatakan koper besar warna hitam yang dibawa KPK berisi ratusan proposal dari Biro Binsos. Sedangkan beberapa CPU komputer berasal dari Biro Keuangan. Sejumlah PNS Kantor Gubernur saat itu menduga, KPK melakukan penyitaan terhadap dokumen pencairan proposal bodong yang berlangsung sejak tahun 2008 hingga tahun 2009.

Sebenarnya kasus dugaan korupsi dana bansos tahun 2009 telah diusut lebih dahulu oleh Kejatisu. Namun di tengah jalan KPK ikut melakukan pengusutan. Berdasarkan catatan koran ini, pada 1 Juli 2010 Kasipenkum Kejatisu Edi Irsan Tarigan mengatakan, pihaknya masih mengusut kasus dugaan korupsi tersebut. Menurutnya, penyelidikan tidak akan dihentikan meski ada kabar KPK turut melakukan penyelidikan atas kasus tersebut.

”Kami terus selidiki. Sekarang kami menunggu, bila KPK hendak melakukan supervisi kasus ini,” katanya saat itu. Edi menyebutkan, walau pihaknya belum menerima supervisi dari KPK, upaya pengusutan dugaan korupsi tersebut terus dilakukan.

Kepala Kejatisu Sution Usman Adji pada 2 Juni 2010 mengatakan hal yang sama. Menurutnya, penyelidikan dilakukan berkat laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Menurutnya, dari anggaran sebesar Rp215,17 miliar, sebesar Rp10,7 miliar yang terbagi dalam 13 item, tidak dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya. ”Kami sudah terima laporan dari BPK RI terkait hasil auditnya untuk Pemprovsu, dan sekarang sudah saya suruh teliti,” kata Sution usai kegiatan terima jabatan sejumlah Kepala Kejaksaan Negeri di Kantor Kejatisu.

Dia mengatakan, sejauh ini pihaknya belum memberikan penjelasan lengkap terkait adanya penyimpangan pada laporan BPK tersebut. Tapi, pada laporan BPK disebutkan, ada 13 bagian yang dianggap menyimpang. ”Kira-kira ada 13 item, dan sudah saya minta kepada Aspidsus dan Asintel dipilah-pilah mana yang kira-kira bisa diteruskan,” ucapnya.

Wartawan koran ini sejak petang kemarin (3/3) berusaha mengkonfirmasi ulang pengusutan kasus itu kepada Kasipenkum Kejatisu Edi Irsan Tarigan. Apakah Kejatisu berkerjasama dengan KPK, atau kasus itu telah sepenuhnya diusut KPK? Namun pertanyaan itu belum terjawab. Wartawan koran ini sejak sore hingga petang kemarin, tidak berhasil menemuinya. Telepon dan SMS hingga larut malam tak dibalas. (her/rud)

Penelusuran Dana Bansos

30 Juni 2010
– KPK mengobok-obok Kantor Gubsu, mengangkut sejumlah dokumen penting. Gubsu Syamsul Arifin membantahnya, namun Humas KPK Johan Budi membenarkannya.

1 Juli 2010
Kasipenkum Kejatisu Edi Irsan Tarigan mengatakan, KPK turut membantu pihaknya mengusut kasus dugaan korupsi dana bansos

2 Juni 2010
Kajatisu Sution Usman Adji mengatakan, dari anggaran sebesar Rp215,17 miliar dana bansos, Rp10,7 miliar yang terbagi dalam 13 item, tidak dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya.

3 Maret 2011
Penyidik KPK memintai keterangan pejabat Binsos (HK) dan Biro Keuangan (HL) Pemprovsu

Disambar Petir Saat Ngaji, Pengantin Baru Tewas

LUBUK PAKAM-Baru empat bulan menikah, Zulham Efendi (23) dan Rusti Sinuhaji (23) meninggal tragis. Keduanya menghembuskan nafas terakhir di kubangan Lumpur di dekat rumahnya di Dusun V Desa Talapeta, Ke camatan STM Hilir, Deli Serdang, sekitar pukul 23.00 WIB,  Rabu (2/3) lalu. Setelah gelaran acara adat Karo, jenazah keduanya disalatkan di rumah duka. Setelah itu, jenazah pasutri itu diboyong ke TPU Cinta Kasih di desa itu. Keduanya dikubur di liang lahat yang berdampingan.

Informasi yang diperoleh di lokasi menyebutkan, sekitar pukul 19.30 WIB, Zulham sedang mengajari istrinya yang mualaf untuk mengaji di ruang tamu. Malam itu, hujan deras turun disertai petir. Keduanya tidak terganggu, tetap mengaji di rumah semi permanen tanpa plafond berukuran 5X6 meter dengan satu kamar yang baru selesai dibangun.

“Zulham saat itu sedang mengajari ngaji kepada istrinya,” bilang Anto, paman Zulham.
Tiba-tiba, petir menyambar pohon pisang di depan rumah dan tumbang. Daunnya menyentuh atap seng dan entah bagaimana, keduanya ikut tersambar petir.

Zulham dan Rusti seketika pingsan, sementara dinding yag terbuat dari triplek terlepas dan plaster dinding batu terkelupas.

Di saat yang bersamaan, Paimin (24) tetangga mereka yang sedang memperbaiki talang seng rumahnya ikut tersambar. Paimin mengalami luka bakar mulai dari tangan hingga dada dan perut. Pria itu kemudian dipangku ibunya Ponijem (67), sebelum warga datang menolong.

“Suarnya keras, seperti suara bom. Aku terlempar 1 meter. Untung istri melihat dan menjerit minta tolong,” bilang Paimin saat ditemui di ruang melati Puskesmas Talun Kenas, kemarin.

Dia pun mengetahui hal itu setelah diceritakan kembali oleh ibunya.
Mendengar jeritan istri Paimin dan mengetahui ketiganya tersambar petir, warga langsung memberi pertolongan. Zulham, Rusti dan Paimin dikubur separuh badan di sebuah liang yang rencananya dijadikan septikteng samping rumah.

“Untuk memberikan pertolongan pertama ketiga korban langsung dikubur di lubang yang direncanakan dijadikan septikteng,” kata kata Zamiat Subari SPdI, tetangga korban.

Tak juga sadar, warga membawa keduanya ke persawahan milik warga yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah. Meski telah dikubur hampir tiga jam lamannya, Zulham dan Rusti malah mengehmbuskan nafas terakhirnya dalam kondisi terkubur di lumpur. Keduanya kemudian dikebumikan di pemakaman di kampung tersebut.

Sedangkan Paimin memperlihatkan perkembangan yang baik dan sudah sadarkan. Ia kemudian dirujuk ke Puskemas Talun Kenas dan hingg atadi malam masih menjalani perawatan intensif.

Menurut, Kepala Puskemas Talun Kenas, drg Susan br Hutapea, tindakan warga menolong dengan cara mengubur korban ke lumpur sudah tepat. “Pertama, suhu tubuh korban diturunkan. Pasalnya akibat sambaran petir suhu tubuh korban tinggi. Lumpur cepat meresap panas. Cara itu efektif untuk menghilangkan aliran listrik didalam tubuhnya,” ujar Susan.(btr)

Seni Bagian dari Kebudayaan Kami

Menyambut Nyepi di Pura Agung Raksa Bhuwana, Polonia

Perayaan Nyepi tidak hanya dilakoni umat Hindu Bali di Pantai Cermin, Sergai dan sekitarnya. Tahun Baru Isaka yang satu sistem penanggalan dengan kalender India, juga dirayakan di Medan Polonia.

INDRA JULI-Medan

Di Aula Pura Agung Raksa Bhuwana Jalan Polonia Medan, Kamis (3/3), beberapa warga Hindu-Bali berkumpul di Aula. Mereka sibuk membuat persiapan dalam rangka upacara Tawur Kesanga yan gakan dilaksanakan hari ini, Jumat (4/3).

Dipandu Ibu Wayan warga Aek Kanopan Kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura) warga membuat satu demi satu perlengkapan persembahan (sesajen) yang akan digunakan pada upacara tersebut. “Dalam masyarakat Bali ini disebut noes yaitu cara membuat perlengkapan sesajen. Bahannya dari janur, daun tapak geni (temen), pelepah kelapa, daun pisang, dan bunga,” tutur Ibu Wayan.

Janur digunakan untuk membuat alas persembahan yang disebut canang. Untuk itu janur yang sudah dipotong dirangkai sedemikian rupa layaknya membentuk bunga. Nantinya canang ini dirangkai dengan beberapa perlengkapan lainnya yang disebut mejejahit.

Dalam tradisi Hindu Bali, terdapat 30 canang yang digunakan dalam perayaann
Diantaranya canang sari, canang rake, canang gentan, canang sampian, dan lain sebagainya. Masing-masing canang tadi memiliki perbedaan. “Ya tergantung kegiatannya apa. Kalau untuk besok (hari ini, Red) tidak terlalu banyak yang dibutuhkan. Paling ramai perlengkapan itu dibuat saat peringatan pendirian Pure,” tambah wanita bertubuh tambun ini.

Selain itu janur tadi juga digunakan untuk membentuk lis yang mewakili keberadaan Sang Hyang Widhi pada diri manusia. Janur tersebut juga digunakan untuk membuat bebu’u, yang digunakan untuk membersihkan segenap perlengkapan persembahan sebelum upacara dimulai dengan memercikkan air (tirta) yang bersih. Setelah bahagian demi bahagian perlengkapan tadi dibuat selanjutnya dirangkai menjadi satu bagian yang disebut bebanten.
Dalam kegiatan tersebut terlihat betul bagaimana kehidupan masyarakat Bali sebagai penganut mayoritas Agama Hindu di Indonesia begitu erat dengan seni. Seperti bagaimana pembuatan alas-alas persembahan tadi dilakukan begitu juga dalam pemilihan alas kurban yang diambil dari daun tapak geni yang dalam masyarakat Bali dikenal dengan daun temen.

“Sebenarnya bisa saja hanya kasih persembahan seperti kebanyakan. Tapi ada rasa tidak lengkap bila hanya memberi persembahan saja. Tidak ada tantangan. Karena memang dari sananya, kita sebagai masyarakat Bali tidak bisa lepas dari seni. Makanya perlengkapan ini kita buat sedemikian rupa dan menarik,” ucap Puspa (43) yang dibenarkan Made Joni peserta kegiatan noes sore itu.

Meskipun perlengkapan yang dibutuhkan tidak begitu lengkap, namun persiapan yang dilakukan tampaknya berlangsung hingga sore hari. Bahkan beberapa perlengkapan baru ditemui seperti ‘sanggah cucuk’ yang terbuat dari bambu dengan rangkaian janur di beberapa bahagiannya. Masih terbuat dari bambu ada ‘dulut’ dan ‘klukul’ atau kentungan. Selain itu ada ‘papah nyuh’ yang terbuat dari pelepah kelapa, dan ‘sampat’ atau sapu yang terdiri dari 11 batang lidi.

Menurut Jero Mangku I Wayan Sukantra SAg, ‘papah nyuh’, ‘dulut’, ‘sampat’, dan ‘klukul’ memiliki peran yang berbeda namun berjalan dalam satu rangkaian dalam kegiatan upacara Tawur Kesanga ini. Dimana papah nyuh digunakan untuk mengusir pengaruh-pengaruh negatif dari kegiatan. Setelah itu ‘dulut’ yang digunakan untuk meratakan keseimbangan alam semesta dilanjutkan dengan sampat untuk membersihkan alam raya dari pengaruh jahat tadi.

“Upacara Tawur Kesanga ini bertujuan menjaga keseimbangan atau keharmonisan alam serta penyucian kekuatan unsur alam semesta (kekuatan Bhuta Kala). Upacara ini merupakan bagian dari keyakinan umat Hindu Bali yaitu hubungan manusia dengan Hiang Widhi, manusia dengan manusi, dan manusia dengan alam raya. Seni sudahmenjadi bagian dari kebudayaan kami,” jelas Jero Mangku I Wayan Sukantra SAg

Pada kegiatan Jumat (4/3) ini lanjutnya, Tawur (kurban persembahan) yang digunakan adalah tingkat Panca Sata yaitu dengan mempersembahkan lima ekor ayam dengan warna bulu berbeda yaitu putih, puting siungan, merah, hitam, dan brumbun. Warna itu sendiri diyakini mewakili penjuru mata angin. Kegiatan sendiri direncanakan dimulai pukul 17.00 WIB sehingga pada perayaan Nyepi, Sabtu (5/3) esok umat dapat melakoninya dengan baik.

Pada pelaksanaan Nyepi sendiri segenap umat Hindu akan melakukan penyepian catur brata yang terdiri amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan aktifitas fisik), amati lelungan (tidak bepergian atau meninggalkan rumah), dan amati lelanguan (tidak berfoya-foya). Perayaan Nyepi sendiri berakhir Minggu (6/3) dimana masa itu disebut Ngembak Geni (ngembak api). Saat itu warga dapat melaksanakan aktifitas sebagaimaan biasa namun dilengkapi dengan Dharma Santi dengan melakukan sima karma (semacam silaturahmi) untuk saling memaafkan di antara umat Hindu. (*)

Manohara Fokus Urus Bisnis

Artis Manohara baru saja merayakan ulang tahunnya ke-19 tahun, 28 Februari lalu. Di usia yang semakin bertambah, Mano berharap lebih dewasa, baik dalam berpikir dan berkarier. Semua pengalaman dijadikan hikmah.

”Pengalaman lalu aku jadikan pelajaran dan membuat aku semakin dewasa. Aku bersyukur di usia segini sudah banyak mendapatkan pelajaran sehingga aku tahu harus bersikap seperti apa. Biasanya perempuan di usia 19 tahun masih tergantung orangtua, tapi aku berusaha untuk mandiri,”  kata Mano.

Wanita berdarah Amerika dan Bugis ini mengaku setiap hari terus berlajar. Meski tawaran sinetron dan film sudah jarang, tapi wanita berambut panjang ini tak patah semangat.

”Saya memang sengaja memilih bisnis dulu. Kalau sinetron atau film masih bisa diundur, nanti kalau ada tawaran yang cocok,” ucapnya.

Bagi Mano, berbisnis adalah hal menyenangkan. Dia juga semakin semangat meniti karier. ”Aku mencoba beberapa bisnis, ternyata tak semudah dibayangkan. Tapi aku terus belajar dan banyak bertanya. Alhamdulillah sebentar lagi produk kosmetik aku keluar dan dijual bebas,” ucap Mano.

Saking seriusnya berbisnis, Mano tak lagi memikirkan kekasih. Setelah bercerai dari Tengku Fakhri, wanita bertubuh subur ini belum menemukan pria yang tepat. ”Saya harus hati-hati karena pengalaman yang lalu. Saya nggak mau kejadian lama terulang,” ucapnya. (aal/jpnn)

Nurdin Halid Bohong

Hasil Penelusuran Dubes RI di Swiss: Nurdin Halid Bohong

JAKARTA-Duta Besar Republik Indonesia di Swiss, Djoko Susilo menyatakan, Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Nurdin Halid selama ini telah melakukan kebohongan ke publik.

Kebohongan yang dimaksud yaitu FIFA pada Juni 2007 lalu sebenarnya sudah melarang Nurdin menjadi Ketua Umum PSSI, karena sudah pernah diputuskan bersalah oleh pengadilan dan dihukum. FIFA dalam suratnya ke PSSI juga meminta PSSI melakukan pemilihan ulang Ketua Umum PSSI. “Tapi Nurdin dan petinggi PSSI lainnya menyembunyikan isi surat FIFA itu dan tetap menjabat hingga sekarang. Ini tindakan kebohongan, ini sudah kriminal sebenarnya,” kata Djoko kepada wartawan, Kamis (3/3).

Dengan isi surat FIFA yang seperti itu, kata Djoko, seharusnya pengurus PSSI sekarang tidak sah atau telah dianulir FIFA sejak 2007. “Seharusnya kan ada pemilihan ulang, tapi PSSI tidak melakukan itu tahun 2007 lalu,” ujarnya.
Djoko mengatakan dengan terkuaknya kebohongan PSSI ini, seharusnya Nurdin dan Nugraha Besoes bisa digugat. “Mereka sudah tahu ada surat FIFA Juni 2007 yang isinya seperti itu, tapi kenapa didiamkan, tidak dilaksanakan? Kenapa pengurus PSSI menyembunyikan adanya perintah pemilihan ulang? Pemilihan 2007 itu tidak sah,” kata Djoko.

Menurut Djoko, FIFA selama ini hanya mendapat informasi sepihak dari PSSI saja mengenai sepak bola di Tanah Air dan segala permasalahannya. FIFA tidak pernah mendengar informasi dari pihak lain. “Pantas saja orang-orang PSSI kalau ke Zurich (Markas FIFA di Swiss) selama ini tidak berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di Swiss. Jadi seperti ada yang mereka tutupi, tidak seperti pengurus cabang olahraga lainnya yang koordinasi dengan kami,” ujarnya.

Djoko mengatakan pekan depan ia sudah menjadwalkan bertemu dengan Presiden FIFA Sepp Blatter untuk mengadukan Nurdin Cs atas perbuatannya selama ini. “Saya setuju dengan Menpora untuk meluruskan penyimpangan di tubuh PSSI, ini bukan intervensi pemerintah,” kata Djoko.

Sementara itu, Ketua DPR dari Fraksi Partai PDI-P, Pramono Anung mengatakan tangis yang dikeluarkan oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid ketika rapat dengan Komisi X DPR, Selasa (1/3) lalu, kurang panjang. Akibatnya, kata Pram, dukungan yang dia peroleh dari masyarakat persepakbolaan Indonesia kurang optimal.

“Tangisnya Nurdin Halid kurang panjang hingga dukungan dari masyarakat sepakbola kurang optimal. Tapi lumayanlah, agak banyak,” kata Pramono Anung, di Akbar Tandjung Institute, Jakarta Selatan, Kamis (3/3). Kalau saja Nurdin bisa menangis lebih panjang dan mengeluarkan air mata lebih banyak, pasti keadaan sudah berubah dan Nurdin dapat dukungan secara signifikan. “Tapi karena tanggung dalam memerankan sebagai pihak yang dizalimi, ya, itulah hasilnya,” ungkap Pramono.

Lebih lanjut, Pramono menilai Nurdin Halid sesungguhnya sudah mengerti betul psikologi rakyat Indonesia yang sangat gampang tersentuh dengan memasang wajah sedih apalagi berurai air-mata. “Namun, barangkali Nurdin kurang latihan untuk memerankan pihak yang dizalimi hingga peran yang yang dia lakoni belum total,” imbuh mantan Sekjen PDI-P itu.

Selain itu, Pramono yakin betul bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah lupa dengan kasus hukum yang pernah menimpa Nurdin terkait kasus pengadaan minyak goreng, kerja sama antara Koperasi Distribusi Indonesia (KDI) dengan Bulog, hingga Nurdin dipidana penjara.  “Saya yakin, mayoritas masyarakat Indonesia lupa bahwa Nurdin Halid pernah tersangkut kasus hukum divonis dua tahun penjara oleh Mahkamah Agung (MA) karena secara sah dan meyakinkan dia telah melakukan tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng,” tukas Pramono. (fas/net/jpnn)

 

Kadhafi: Militer AS Masuk, Ribuan Rakyat Libya Mati

TRIPOLI- Pemimpin Libya, Muammar Kadhafi bersumpah akan menambah darah rakyat Libya bila para demonstran tidak mau menyerah dan tetap disokong bantuan asing.

Pernyataan itu disampaikannya dalam pidatonya selama dua setengah jam di halaman hotel di Tripoli pada Rabu, (1/3). Menurut harian The Telegraph, Kadhafi datang dengan mengendarai sendiri mobil golf miliknya.  Kadhafi langsung berpidato di hadapan ratusan pendukungnya. Pada pidatonya, dia menawarkan konsesi kepada para demonstran oposisi dan negara-negara Barat.

Kepada para demonstran, dia mengatakan mereka akan diampuni dan bebas dari semua hukuman jika mau menyerahkan diri dan melucuti semua persenjataannya. Sama seperti pidato sebelumnya, Kadhafi menganggap para pemuda demonstran telah dipengaruhi militan al-Qaeda. Bagi yang mau menyerah, Kadhafi menawarkan insentif, kredit dengan bunga nol per sen, dan pembangunan perekonomian rakyat serta memberikan rin cian rencana reformasi di tingkat pemerintahan lokal.

Menyahuti pemberitaan di media massa mengenai kekerasan di Libya, Kadhafi menyebutnya berita bohong. Kebenaran disembunyikan demi persaingan rating media. “Ini adalah konspirasi Barat untuk menginvasi Libya dan mendapatkan seluruh kekayaan minyak Libya,” sebutnya.  Untuk negara Barat,  Kadhafi memperingatkan agar tak ikut campur urusan negeri Libya. Jika tentara Barat masuk ke Libya, maka militer Libya membalasnya. “Kita akan melakukan perang berdarah dan ribuan rakyat Libya akan mati jika AS atau NATO masuk,” sebutnya.
Menjawab tuntutan agar dirinya mundur, dia menyatakan tak akan mundur seperti pemimpin di Timur Tengah. “Mereka mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden dan menjadi rakyat biasa. Saya akan tetap menjadi pemimpin revolusi,” sebutnya.

Sejam sebelum  Kadhafi  berpidato, dilaporkan pesawat tempur Libya menjatuhkan dua rudal di lapangan Kota Brega, ketika demonstran tengah merayakan kemenangannya melawan tentara pro- Kadhafi. Dia juga membantah adanya kekerasan terhadap para demonstran. Bahkan mengundang tim penyelidik Dewan Keamanan PBB untuk datang ke Libya. (bbs/jpnn)