28 C
Medan
Sunday, December 21, 2025
Home Blog Page 15548

Spirit Ismailia

Inggris VS Ghana

WEMBLEY-Usai takluk atas Prancis pada laga persahabatan yang berlangsung di Stadion Wembley pada 17 November  lalu, anak asuh Fabio Capello meraih dua kemenangan beruntun.

Satu dari ajang friendly match saat bertandang ke markas Denmark (2-1),  sedang satu kemenangan lainnya diraih saat bertandang ke markas Wales, tiga hari lalu.

Dua kemenangan itu sontak membuat fans The Three Lions yang sempat menghujat Don Fabio (panggilan akrab Fabio Capello) saat kalah dari Prancis, kini justru berbalik menyanjung pelatih asal Italia itu.
Sayangnya, menatap laga persahabatan yang berlangsung di Stadion Wembley, dini hari nanti  saat menjamu Ghana, Don Fabio hanya dapat menurunkan pemain lapis dua.

Tiga punggawa Chelsea Frank Lampard, Ashley Cole dan John Terry, lalu andalan Manchester United Wayne Rooney dan pemain Tottenham Hotspur Michael Dawson, akan dikembalikan ke klub masing-masing.

Seluruh pemain tadi  harus segera bersiap menghadapi babak perempatfinal Liga Champions, yang akan bergulir pekan depan. Pemain Spurs lainnya Peter Crouch, Jermain Defoe dan Aaron Lennon, yang tidak tampil pada laga melawan Wales di Millenium Stadium, tetap bersama skuad Capello.

Dengan absennya Terry, besar kemungkinan ban kapten akan diberikan kepada pemain Manchester  City Gareth Barry.  Namun terbetik kabar jika Capello pun berniat memberikannya kepada bintang muda asal Arsenal, Jack Wilshere.

Ini sebuah kejutan. Bahkan meski tak menyangka, John Terry  pun mengaku jika Wilshere memang pantas  dinobatkan sebagai  kapten tim The Three Lions.

“Meski itu (menghadapi Wales) menjadi debutnya, namun dia memiliki jiwa kepemimpinan yang  cukup teruji.  Apalagi kemarin dia tampil impresif ,” bilang Hart.

Sementara itu di kubu Ghana, pertandingan persahabatan dini hari nanti  akan menjadi ajang  pembuktian bahwa kemenangan Ghana atas Inggris pada Piala Dunia U-20 yang berlangsung di Mesir  tahun 2009 lalu bukanlah sebuah kebetulan.

Apalagi tiga pemain yang mencetak gol bagi Ghana ke gawang Inggris pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Ismailia dipastikan merumput. Ketiga pemain dimaksud adalah Dominic Adiyiah, Andre Ayew dan Ransford Osei. Selain hal itu, mental bertanding punggawa The Black Stars (julukan Ghana) pun sedang membuncah, setelah Senin (27/3) lalu mengalahkan Kongo dengan skor 3-0 pada babak kualifikasi Piala Afrika.
“Inggris dan Kongo adalah dua tim yang berbeda. Namun bagi kami ada kesamaan, yaitu menghadapi mereka di hadapan pendukung mereka yang  terkenal fanatik,” bilang Goran Stavenovic.
“Kami mampu meraih kemenangan di kandang Kongo, dan itu akan kami  lakukan lagi saat bertandang ke Stadion Wembely menghadapi Inggris. Saya yakin, kami akan meraih kemenangan keempat,” pungkas Stevanovic. (jun)

Syamsul Suap Pemeriksa BPK dan Bawasda Provsu

Pengakuan Buyung di Pengadilan Tipikor

JAKARTA-Mantan pemegang kas Pemkab Langkat Buyung Ritonga, kemarin (28/3) dihadirkan sebagai saksi perkara dugaan korupsi APBD Langkat 2000-2007 dengan terdakwa Gubernur Sumut nonaktif Syamsul Arifin. Dalam keterangannya, Buyung lebih banyak menyudutkan posisi Syamsul. Pria kelahiran 1960 itu mengaku sering mengeluarkan uang kas yang menyalahi aturan atas perintah Syamsul.

Ketua majelis hakim pengadilan tipikor Tjokorda Rai Suamba menanyakan sejak kapan Syamsul memerintahkan pengeluaran kas yang tidak dianggarkan di APBD. Buyung menjawab, sejak tahun 2000. Pertama kali Syamsul minta Rp70 juta. Cek dikeluarkan hanya diteken dua orang, yaitu Syamsul dan Buyung sendiri.

Padahal, mestinya diteken lima pejabat, yakni bupati, wabup, sekda, bendahara, dan kabag keuangan
Hanya saja, tiga pejabat  yang lain itu tak sudi meneken cek pengeluaran uang yang menyalahi aturan. Meski wabup, sekda, dan kabag keuangan tak mau teken, kata Buyung, Syamsul tetap memerintahkan pengeluaran uang.
”Kata Pak bupati, ‘kalau nggak mau, ya sudah, kau buat saja’. Jadi, akhirnya saya saja yang paraf,” ujar Buyung, yang kini sudah menjadi tersangka di Kejatisu untuk kasus yang sama. Dia mengatakan, semua pengeluaran atas perintah Syamsul itu, dia catat di buku agenda pribadi.

Ditanya berapa persisnya total pengeluaran yang diperintahkan Syamsul sejak 2000-2007, Buyung mengaku lupa. “Saya lupa, karena terlalu banyak,” ujarnya. Syamsul sendiri tampak serius memandangi Buyung saat memberikan keterangan.

Ketua JPU Chaterina Girsang lantas membacakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Buyung saat dimintai keterangan penyidik KPK. Di situ disebutkan secara rinci pengeluaran atas perintah Syamsul. Setiap itemnya dibenarkan Buyung. “Benar Bu, benar Bu,” ujar Buyung berulang-ulang.

Lantaran banyak kebocoran, Buyung juga membeberkan modus manipulasi laporan keuangan, dengan melakukan cincai-cincai dengan aparat pemeriksa, baik Bawasda Provinsi maupun BPK. Setiap dilakukan pemeriksaan oleh Bawasda Provinsi dan BPK, selalu saja diredam dengan ‘uang damai’.

“Dibuat rekayasa, negosiasi antara kami dengan pengawas. Bupati, kabag keuangan, termasuk saya. Apabila pengawas mengakhiri audit, mereka minta rekening koran, lalu kami adakan pertemuan-pertemuan agar tidak minta rekening koran, tapi cukup dengan baki dari Bank Sumut Cabang Stabat,” ujar Buyung.

Ide siapa cincai-cincai itu? Buyung lagi-lagi menyebut nama Syamsul. “Saya lapor, pengawas masuk, ketekoran banyak, lantas  bupati memerintahkan, ‘buat baki saja’,” kata Buyung.

Lantaran pemeriksaan bisa ‘diatasi’, Syamsul terus-terusan meminta pengeluaran yang menyalahi aturan. Dampaknya, ketekoran kas bertambah terus. “Ketekoran masih besar karena pengeluaran-pengeluaran tetap dilaksanakan. Akhirnya ketahuan di akhir 2007, seperti hasil audit investigasi BPK,” kata Buyung.

Hakim menanyakan untuk apa uang yang diminta Syamsul itu, Buyung menjawab tidak tahu-menahu. “Saya tak pernah menanyakan ke Pak Syamsul. Saya langsung jalankan perintah saja,” ujarnya.

Hakim Tjokorda yang terkenal galak dengan enteng menimpali. “Kenapa turuti saja perintah terdakwa? Karena pimpinan? Takut digeser pula kan? Kalau tak jadi bendahara, persoalan juga kan?” cetus Tjokorda. Buyung tidak bereaksi.

Dalam sidang kemarin, JPU berkali-kali mengajukan pertanyaan mengenai mekanisme pengeluaran uang yang menyalahi aturan. Namun, Tjokorda tidak sreg dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. “Yang paling tahu ya terdakwa dan saksi (Syamsul dan Buyung, Red). Biarkan mereka  nanti ribut, biarkan mereka berdebat,” kata Tjokorda dengan nada tinggi.

Selang beberapa saat, Syamsul diberi kesempatan menanggapi keterangan Buyung. Hanya saja, Syamsul tidak berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan ke Buyung. “Keterangan saudara saksi ini saya bantah. Saya pikir sudah cukup,” ujar Syamsul singkat. Tjokorda berkomentar. “Oooo..ndak nanya?” kata Tjokorda.

Usai klarifikasi bukti-bukti di meja hakim, Syamsul diberi kesempatan bicara lagi. Syamsul tetap tak banyak komentar. “Banyak yang tidak benar. Misalnya masalah transfer-transfer, tidak semua uang dari kas atau pemerintah, tapi banyak juga yang uang saya,” kata Syamsul.

Sikap Syamsul yang tak banyak mengomentari Buyung itu bertolak-belakang dengan pernyataannya pada sidang 21 Maret 2011. Saat itu, Syamsul mengaku dirinya pernah diancam Buyung. “Buyung mengancam,” ujarnya.  Hanya saja, saat itu kalimatnya sulit dipahami.

Usai sidang 21 Maret itu, wartawan minta penegasan maksud ancaman itu. “Pernah ada ancaman Buyung ke saya melalui Surya. Dia akan  hancurkan saya,” kata Syamsul singkat. Rupanya, Syamsul kemarin tidak berani memanfaatkan waktu yang disediakan kepadanya untuk menanyakan soal ‘ancaman’ itu langsung ke Buyung.
Selain Buyung, tiga mantan orang dekat Syamsul juga dimintai keterangan sebagai saksi. Yakni dua mantan ajudan, Amril dan Danny Setiawan, serta Tukiman, yang bekerja di kediaman Syamsul.

Ketiganya menjelaskan mengenai modus eksekusi penyerahan uang, baik dari Syamsul ke pihak lain, maupun dari pihak lain ke Syamsul.

Dalam sidang kemarin, Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar Akbar Tandjung ikut duduk di deretan kursi pengunjung, ditemani wakil bupati Tapteng terpilih, Syukran Tandjung. Saat Syamsul minta izin ke toilet, dengan sigap Akbar ikut keluar ruangan.

Keduanya pun bertemu di toilet gedung pengadilan tipikor. Kepada wartawan, Akbar mengaku sengaja datang untuk memberikan dukungan moril. Alasannya, Syamsul merupakan gubernur dari Golkar. Alasan lain, sama-sama asal Sumut. Akbar mengaku mengingatkan Syamsul agar tetap kuat. “Saya bilang ke dia, supaya kau kuat, jaga kesehatan, banyak berdoa. Lantas dia jawab, ‘iya bang’, gitu aja,” ujar Akbar. (sam)

KPK Tangani Korupsi Bansos

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI dipastikan akan mengambil alih kasus dugaan penyelewengan anggaran di bantuan sosial dari APBD yang ditangani Pemprovsu, dari pemeriksaan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Pasalnya, akasus dengan nilai miliaran rupiah ini ditengarai melibatkan, Syamsul Arifin, Gubsu nonaktif yang tersangkut dugaankorupsi APBD Langkat dan sedang ditangani KPK.

“KPK akan mengambil alih penyidikan di Bansos Pempropsu karena banyak bantuan Bansos Pempropsu yang diduga melibatkan Syamsul Arifin, untuk memulangkan dana kas Pemkab Langkat,” tegas Kajatisu Sution Usman Adji kepada wartawan, Senin (28/3).

Meski belum ada pemberitahuan resmi dari KPK, namun kedua lembaga hukum itu sudah melakukan koordinasi sejak awal. Dari hasil koordinasi disepakati, KPK akan menangani kasus dugaan penyelewengan dengan nilai besar, sedangkan kasus dengan nilai yang kecil-kecil ditangani kejaksaan.

“Pulbaket (pengumpulan bahan dan keterangan, Red) yang kecil saja di Bansos Pemprovsu. Seperti bantuan untuk gereja, masjid, yang diselewengkan oleh yayasan untuk pembangunan lain. Nah saat ini kita masih terus mengungkap kasus tersebut dengan melibat beberapa pejabat di Bansos di Pempropsu,” tegas Sution.
Dari total dugaan korupsi dana Bansos Pemprovsu senilai Rp214,7 miliar, Sution belum mengetahui berapa jumlah yang digunakan Syamsul untuk dipulangkan ke kas daerah Pemkab Langkat. “Yang pasti di atas seratus miliar dana bansos yang diambil,” tegas Sution. (rud)

USU Akui Profesornya Diperiksa Kejatisu

Dugaan Korupsi Alkes FK USU Rp38 M

MEDAN-Universitas Sumatera Utara (USU) akhirnya mengakui jika dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (Alkes) di Fakultas Kedokteran (FK) tahun 2010 senilai Rp38 miliar sedang diusut Kejatisu. Sebelumnya tidak ada pernyataan resmi, selain pernyataan Kejatisu yang menyatakan telah memeriksa empat profesor USU dalam kasus tersebut, yakni Prof SYP, Prof DDM, Prof GLN dan Prof CHY.

Pengakuan itu disampaikan Kabag Promosi Humas dan Protokoler PT BHMN USU, Bisru Hafi, kepada wartawan koran ini, Senin (28/3). “Kita tunggu saja apa hasilnya.

Kita sama-sama belum tahu tentang bagaimana kelanjutan kasus ini,” ujarnya.

Kemarin siang wartawan koran ini berada di Biro Rektor USU. Kedatangan wartawan koran ini bermaksud menemui Rektor USU, Prof Syahril Pasaribu, untuk melakukan wawancara panjang terkait kasus dugaan korupsi pengadaan alkes. Daftar pertanyaan pun sudah dipersiapkan. Namun keinginan bertemu Rektor yang resmi dilantik April 2010 itu, tidak terwujud.

Sejumlah pejabat USU menolak memfasilitasi. Bisru Hafi pun menghalangi niat wartawan koran ini. Dia malah mengarahkan wartawan menemui Pembantu Rektor (PR) II, Prof Armansyah Ginting. Kebetulan saat itu Armansyah sedang berada di Lantai III Biro Rektor, menjadi pembicara sebuah seminar. Sekira pukul 13.00 WIB, wartawan koran ini akhirnya bisa bertemu dengan Armansyah.

Namun, Armansyah hanya mampu menjelaskan tentang Dana Bantuan Sosial dari APBD Sumut yang diserahkan ke pihak USU. “Kalau soal Alkes, saya tak mengetahui secara jelas tentang kasus tersebut. Karena saya sama sekali tak berkaitan atau tak secara langsung mengurus tentang dana tersebut,” jelasnya.

Di kesempatan berbeda, saat dihubungi via telepon seluler Prof Darwin Dalimunthe yang merupakan guru besar FK USU, tidak bersedia memberikan penjelasan sama sekali. Usai memperkenalkan diri dan menyampaikan pertanyaan, Darwin langsung ‘buang badan’. “Tanya sama humas saja ya…,” sambil menutup telepon selulernya.

Sedangkan Prof Guslian, telepon selulernya telah aktif kembali tadi malam. Namun saat dipanggil, Prof Guslian tak kunjung mengangkat telepon wartawan yang sengaja ingin mengkonfirmasi kebenaran kasus tersebut. Akhir pekan lalu Rektor USU, Prof Syahril Pasaribu, sempat dikonfirmasi via ponsel. Namun saat itu dia mengaku belum tahu kasus tersebut, karena sedang berada di Jakarta.

4 Profesor Bakal Dipanggil Ulang

Sementara itu, Kajatisu, Sution Usman Adji mengaku, pihaknya masih terus melakukan pendalaman kasus dugaan korupsi pengadaan alkes USU. Empat profesor masing-masing Prof SYP, Prof DDM, Prof GLN dan Prof CHY, akan dipanggil untuk diperiksa ulang. Selain keempat profesor itu, sejumlah pejabat dan mantan pejabat USU yang patut diduga mengetahui kasus tersebut juga akan diperiksa. Sayang, Sution tidak bersedia merinci nama-namanya.
Sution menegaskan, saat ini timnya sedang bekerja untuk mengungkap perkara itu. Pihaknya juga sedang melakukan pengumpulan barang bukti dan keterangan (pulbaket).

“Saat ini kita sedang pulbaket. Dan tidak tertutup kemungkinan orang-orang yang terindikasi terlibat dalam masalah ini akan kita panggil kembali untuk dimintai keterangannya. Masalah pemanggilan itu, adalah wewenang penyidik, saya tidak tahu kapan pastinya yang bersangkutan akan dipanggil. Karena ini masih rahasia dan sifatnya tertutup. Saya saja tidak tahu kapan anggota saya akan memanggil orang-orang tersebut,” beber Sution.
Ketika disinggung perusahaan yang menjadi rekanan, pengadaan barang-barang pengadaan alat keesehatan, Sution juga mengaku belum tahu. “Saya belum tahu siapa nama perusahaan yang menjadi rekanan pengadaan alat-alat kesehatan itu, karena semua masih lid (penyelidikan, Red),” tandasnya.

Mahasiswa Minta Gelar Perkara

Guna merancang strategi memperjelas kasus dugaan penyelewengan sebesar Rp8.8 miliar, sejumlah elemen mahasiswa menggelar pertemuan di Pelataran Parkir Perpustakaan USU, pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, kemarin.

Elemen mahasiswa USU yang turut dalam pertemuan itu antara lain, Badan Koordiantor Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Sumut, Jaringan Aktivis Mahasiswa Sumut (Jamsu), Pemerintahan Mahasiswa USU dan sejumlah elemen mahasiswa lainnya. Dari pertemuan selama tiga jam tersebut, disimpulkan bahwa mereka siap untuk melakukan aksi. Dan saat ini, tengah dalam tahap pematangan materi.

“Agar persoalan ini menemui titik terang, gelar perkara sangat diperlukan. Kami dan mahasiswa di USU, siap mengawalnya,” ungkap Ketua Badko HMI Sumut, Syamsir Pohan yang didampingi Halomoan Harahap, dan Hajrul AS (Jamsu), Helova Gubernur Fakultas Pertanian USU dan Sekretaris PEMA MIPA USU Mahdian Nasution.
Syamsir dan kawan-kawan (dkk) menegaskan, persoalan sangat mudah diselesaikan bila semua pihak terkait berani jujur. Jika tidak ada penyelewengan, tidak ada alas an untuk takut melaksanakan gelar perkara. “Makanya, mari semua buka-bukaan. Gelar perkara, kenapa takut. Nah, kalau bersih kenapa risih,” tukas mereka secara tegas. (saz/rud)

Tripoli Dibombardir, Kadhafi Terdesak

AJDABIYA-Pertanyaan besar kini pantas diajukan kepada pasukan koalisi, apa sebenarnya prioritas mereka, melindungi warga sipil atau menjatuhkan rezim Muammar Kadhafi. Itu muncul setelah kemarin (28/3) pasukan yang dimotori Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis tersebut memutuskan untuk mengambil langkah kontroversial, menggempur Sirte.

Langkah itu kontroversial karena sejak Revolusi Libya mulai meletus 15 Februari lalu, tak pernah ada gerakan anti-Kadhafi di sana. Sebab, Sirte adalah kota kelahiran sang kolonel sekaligus pusat kekuatan pro pemerintah.
Otomatis pula, tak ada pembantaian warga sipil di kota yang pernah diusulkan oleh Kadhafi sebagai ibu kota Libya tersebut. Padahal, mencegah pembantaian sipil adalah klaim yang selama ini dikumandangkan oleh koalisi sebagai argumen untuk menggempur negeri di Afrika Utara itu dari udara.

Dari perspektif tersebut, koalisi tak punya alasan untuk menyerang kota berpenduduk sekitar 140 ribu jiwa itu. Namun, koalisi di bawah kendali NATO toh tetap menggempur.

Seperti dilaporkan oleh BBC, berdasar kesaksian sejumlah jurnalis dari berbagai negara di Sirte, seharian kemarin jet tempur NATO bermanuver di langit kota pelabuhan yang terletak di antara ibu kota Tripolin
di barat dan “ibu kota” pemberontak Benghazi di timur itu.

Setidaknya, sembilan ledakan besar terdengar. Klaim pemerintah Libya, serangan tersebut mengakibatkan tiga warga sipil di Sirte tewas. Namun, sulit mengonfirmasi kabar itu secara independen.

Serangan dari udara tersebut jelas mempermudah gerak pasukan pemberontak yang selama dua hari sebelumnya merebut empat kota di wilayah timur Libya, yaitu Ajdabiya, Uqayla, Ras Lanuf, dan Brega.
“Sirte sudah jatuh ke tangan kami,” klaim seorang juru bicara pemberontak kepada BBC.
Namun, klaim itu diragukan. Sebab, kesaksian sejumlah jurnalis, sebagaimana dilansir BBC, Reuters, dan The Guardian, mengatakan bahwa Sirte masih dikontrol rezim Kadhafi. Kabarnya, gerak pasukan pemberontak terhenti di kota kecil Bin Jawad, 140 kilometer di sebelah timur Sirte, yang kemarin mereka kuasai.

Meski demikian, kalau koalisi, dalam hal ini lewat NATO, tetap meneruskan serangan udara ke Sirte, kota yang terletak 450 kilometer ke arah timur dari Tripoli itu tinggal menunggu waktu untuk lepas dari genggaman Kadhafi.
Jika itu benar terjadi, praktis Kadhafi semakin tersudut di Tripoli. Sebab, kota berikutnya dari Sirte, Misrata, juga sejak lama dikuasai pemberontak kendati pasukan pemerintah tetap memberikan perlawanan sengit.

Bahkan, versi pemberontak, dalam serbuan terakhir pasukan pemerintah ke Misrata kemarin, delapan orang tewas dan 26 lainnya terluka. Televisi pemerintah juga menyatakan bahwa Misrata telah “aman” dan kehidupan di kota terbesar ketiga di Libya itu telah kembali normal.

“Pasukan pemerintah telah menangkapi geng-geng teroris,” tutur seorang juru bicara pasukan Kadhafi, seperti dikutip Reuters dari televisi pemerintah.

Ada pula analisis dari New York Times yang menyebutkan bahwa Kadhafi memang memilih mengonsentrasikan pasukan untuk mati-matian mempertahankan diri. Tripoli dan kota-kota kecil di sekitarnya di wilayah barat, seperti Zuwarah, Zuwaiyah, dan Nalut, memang masih dikontrol pasukan pemerintah.

Namun, kalau Sirte jatuh dan serbuan udara berlanjut, katakanlah selama tiga bulan seperti klaim NATO, Kadhafi sulit bertahan. Karena itu, Qatar kemarin menjadi negara pertama yang mengakui kubu pemberontak, resminya bernama Dewan Transisi Nasional, sebagai wakil resmi Libya. Qatar juga siap menjadi perantara penjualan minyak dari Brega dan Ras Lanuf, dua kota penghasil minyak terbesar di Libya, yang produksinya terhenti sejak 15 Februari lalu. Tetapi, proses produksi itu juga masih harus menunggu kembalinya para pekerja pertambangan asing yang meninggalkan Libya seiring dengan meletusnya revolusi. (c11/ttg/jpnn)

FIFA: Pengurus PSSI Pembohong

Pemerintah Gusur Nurdin Cs

JAKARTA-Borok pengurus PSSI kembali tersingkap. Nurdin Halid cs disinyalir memutar balik fakta dan melakukan kebohongan publik.  Ini terkait dengan pernyataan Sekjen PSSI Nugraha Besoes yang mengatakan jika penundaan kongres mendapat persetujuan dan diinstrusikan oleh perwakilan FIFA dan AFC yang Sabtu kemarin (26/3) hadir di Pekanbaru, Riau.

Hal itu terungkap dari surat yang dikirim Departemen Media FIFA kepada kalangan media di Jakarta. Dalam suratnya Departemen Media FIFA mengatakan jika tim pemantau dari FIFA dicegah untuk memantau jalannya kongres di Pekanbaru oleh unsur pimpinan PSSI.

Departemen Media FIFA juga membantah klaim Sekjen PSSI Nugraha Besoes yang menyatakan jika FIFA yang memutuskan menunda kongres PSSI dengan alasan keamanan. “Itu benar-benar bohong,” tulis Departemen Media FIFA dalam suratnya. Sebaliknya, Departemen Media FIFA mengungkapkan jika tim pemantau yang dikirim FIFA yang berkali-kali minta agar bisa pergi ke lokasi kongres dihalang-halangi pimpinan PSSI.

Dalam suratnya, Departemen Media FIFA menyatakan sedang menunggu laporan resmi dari pemantau yang dikirim ke Pekanbaru ( Frank Van Hattum) untuk selanjutnya diambil sebuah keputusan.

Saat surat dari Departemen Media FIFA itu dikonfirmasikan langsung ke Nurdin Halid dan Nugraha Besoes dalam  press conferece kemarin sore di Kantor PT Liga Indonesia, mereka tampak terkejut. Mereka sepertinya tidak menyangka jika Departemen Media FIFA mengirimkan surat seperti itu kepada media. Kebetulan surat tersebut diteirma kalangan media hanya beberapa menit sebelum press conference dimulai.
Tidak siap dengan pertanyaan seputar  surat FIFA tersebut, Sekjen Nugraha Besoes malah menuding jika itu  apa yang dikuiup departemen media FIFA  itu  berdasarkan salah satu pemberitaan  Koran yang ada di Jakarta.  “Kami tahu apa yang dijalaskan tidak seperti itu,” ujar Sekjen PSSI Nugraha Besoes.

Menurut Nugraha, alasan kenapa pihaknya tidak mengijinkan tim pemantau dari FIFA dan AFC untuk datang di lokasi kongres adalah agar mereka tidak dipaksa pihak-pihak tertentu untuk melakukan  sesuatu  yang tidak menjadi bagiannya. “Karena itulah mereka kami sarankan dibawa ke Bandara. Kalau terjadi apa-apa dengan tim observer dari FIFA dan AFC, maka itu akan jadi malapetaka,” ungkap Nugraha. Pria yang sudah puluhan tahun menjadi pejabat teras PSSI ini membeberkan sekitar pukul 19.30, tim pemantau tersebut  melakukan rapat dengan Ketua Umm PSSI Nurdin Halid, Waketum NIrwan Dermawan Bakrie, dan jajaran Exco di ruang VIP bandara menyikapi perkembangan terakhir yang terjadi. Setelah itu selanjutnya mereka diterbangkan ke Singapura.

Dampak dari kerusuhan kongres di Pekanbaru, pemerintah akhirnya mengambil sikap. Melalui Menteri Pemuda dan Olaharaga, Andi Mallarangeng, pemerintah membekukan kepemimpinan Nurdin Halid di PSSI.

Dalam jumpa pers di kantor Kemenpora, Senin (28/3), Andi Mallangeng menegaskan, pemerintah tak lagi mengakui pengurus PSSI di bawah kepemimpinan Ketua Umum Nurdin Halid dan Sekjen Nugraha Besoes. Menpora juga tidak mengakui setiap kegiatan yang dilaksanakan kepengurusan tersebut.

“Penyaluran dana ke PSSI dihentikan sementara dan kendali PSSI diambil alih KONI dan KOI untuk sementara,” tegas Menpora yang dalam kesempatan itu didampingi ketua umum KONI/KOI Rita Subowo.
Menpora menuding pengurus PSSI telah menyebabkan kegagalan pelaksanaan kongres PSSI di Pekanbaru, Sabtu (26/3) lalu. Menpora menilai Nurdin Halid Cs meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan kongres.  “Ketidaktertiban dalam penentuan hak suara, distribusi undangan dan tidak transparansinya agenda kongres,” katanya.

Menurutnya, kesalahan PSSI juga terjadi pada peraturan pemilihan kongres yang tidak disosialisasikan. Di samping itu, ada ketidakterbukaan pengurus PSSI dalam menyiapkan peraturan pemilihan.

Meski kepengurusan Nurdin dibekukan namun kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) dan persiapan timnas menghadapi SEA Games 2011 dan kompetisi internasional lainnya akan dijalankan di bawah KONI/KOI. “Kompetisi LSI dan persiapan Sea Games akan tetap berjalan sebagaimana mestinya,” paparnya.

Nurdin Halid langsung menanggapi keterangan Andi Mallarangeng yang menyatakan tak mengakui lagi kepemimpinannya sebagai ketum PSSI dan Sekjen PSSI Nugraha Besoes. Nurdin meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencopot Andi dari jabatannya sebagai menpora.

“Saya bersama seluruh pengurus telah rapat dan menyatakan sikap untuk memohon dengan sangat kepada bapak persiden yang sangat demokratis untuk mencopot Andi Mallarangeng,” kata Nurdin, tak lama setelah Andi didampingi Ketua KONI/KOI menyatakan tak mengakui kepemimpinannya, kemarin.
Menurutnya, Andi tidak pantas menjabat Menpora karena telah bertindak di luar aturan. “Dia (Andi) mengambil sikap hanya atas keterangan sepihak dari KPPN dan sebagai Menpora tidak memberikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat,” paparnya.

Ia menambahkan, Menpora yang harusnya introspeksi diri karena selama ini tak pernah meminta penjelasan ke PSSI tentang kekisruhan yang terjadi. “Di sisi lain Menpora selalu menerima masukan dari KPPN yang sama sekali tak masuk dalam konstitusi PSSI,” tambahnya.

Karenanya, ia dan jajarannya tak akan tunduk pada keinginan Menpora. “Kami ini organisasi yang berbadan hukum dan bisa dihentikan kalau Kemenkumham mencabut izin PSSI,” tegasnya.
“Kami akan terus berjalan seperti biasa dan tak mengakui keputusan Menpora. Kami berharap presiden segera mencopot Andi Mallarangeng,” tambahnya. (ali/sto/jpnn)

HN Serta Ginting Gelar Turnamen Futsal

MEDAN-Hitam-Putih Organizer akan menggelar turnamen futsal kategori umum yang dilaksanakan Sabtu-Minggu (2-3 April 2011) di Cemara Futsal Centre di Jalan Cemara, Medan.

Rencananya, even yang memperebutkan Piala Tetap HN Serta Ginting ini membatasi jumlah pesertanya sebanyak 32 tim. Demikian diungkapkan Ketua Panitia Gito Agus Pramono kepada wartawan di Medan, Senin (28/3)
Gito mengatakan bahwa juara pertama turnamen ini berhak atas piala tetap serta uang pembinaan dengan nilai total sebesar  Rp10 juta. Selain itu, juara I juga mendapatkan voucher menginap di hotel serta free 1 jam bermain di Lapangan Cemara Futsal Centr.

Sedangkan untuk juara kedua memperoleh uang pembinaan Rp3 juta, piala tetap dan free 1 jam di Cemara Futsal Centre. Kemudian, juara 3 berhak atas uang pembinaan sebesar Rp2 juta dan piala tetap, serta juara 4 uang pembinaan Rp1 juta dan piala tetap.

Bagi empat tim peringkat keempat hingga kedelapan berhak mendapat hadiah hiburan berupa free 1 jam di Cemara Futsal Centre. “Hadiah yang diberikan kepada para juara ini cukup besar. Karenanya, sangat sayang jika kesempatan ini dilewatkan begitu saja, “ ucap Gito seraya menambahkan untuk biaya pendaftaran cukup membayar Rp250 ribu.
Sementara itu HN Serta Ginting, mantan anggota DPR RI yang kini aktif membina para pemuda, mengatakan jika kompetisi ini bertujuan sebagai ajang silaturrahmi serta menjauhkan pemuda dari penyalahgunaan narkoba.
“Setidaknya ini merupakan sumbangsih saya untuk kemajuan olahraga, khususnya olah raga futsal. Diharapkan dengan semakin banyaknya even futsal, akan semakin baik pula kemampuan para pemain untuk menorehkan perstasi maksimal di tingkat nasional,” harap Serta.

Bagi tim yang ingin mengikuti even ini dapat menghubungi Nata di nomor  kontak 081361342536. (adl)

Button Bantu Jepang

WOKING – Bencana gempa dan tsunami tengah melanda Jepang. Jika diijinkan, pembalap Red Bull Jenson Button mengaku ingin mengunjungi dan membantu negara sang pacar Jessica Michibata.

Button telah menyumbangkan dana cukup besar untuk korban bencana gempa dan tsunami di Jepang. Rencananya, mantan juara dunia Formula One (F1) tersebut ingin mengunjungi korban bencana itu pada bulan depan. “Saya berharap bisa berada di Jepang setelah Grand Prix, itu jika saya mendapatkan ijin,” demikian komentar Button. “Jika semua sudah tenang, maka saya akan pergi ke negara tersebut. Ini sangat personal buat saya,” imbiunya.
Ikatan Button dengan negara Jepang memang cukup besar. Bagaimana tidak, selain memiliki kekasih dari negeri Matahari Terbit itu, Button juga pernah memperkuat Honda selama enam tahun, sebelum bergabung dengan Brawn GP dan McLaren.

“Selain pacar saya (Michibata) berwarganegara Jepang, saya juga pernah bekerja dengan salah satu perusahaan Jepang, Honda dan saya juga memiliki banyak teman dari negeri sakura itu,” lanjut pembalap McLaren.

“Masalahnya adalah, saya rasa orang Jepang tidak mau meminta bantuan secara langsung. Namun, kami seharusnya tidak perlu menunggu bila ingin membantu mereka,” tambah pembalap asal Inggris itu dikutip Daily Mail, Senin (28/3).
Beruntung principal Martin Whitmarsh dikabarkan mengijinkan Button untuk mengunjungi negara Mitchibata itu. (net/jpnn) yang sedang berada di Tokyo, ketika bencana tersebut berlangsung. Lebih dari 10 ribu orang meninggal akibat bencana itu. “Kami sedang berusaha mengumpulkan berbagai sumbangan macam makanan, air, selimut dll. Saya rasa, Jepang membutuhkan sekira 15 tahun untuk bangkit dari bencana ini,” tuntasnya. (net/jpnn)

Marshanda Marshanda Menikah Sabtu Ini

Dalam hitungan hari ke depan Marshanda dan Ben Kasyafani menjadi suami istri. Setelah bertunangan pada Agustus tahun lalu, perempuan yang dikenal lewat aktingnya sebagai Lala di sinetron Bidadari itu menikah pada Sabtu mendatang, 2 April.

Bintang sinetron dan penyanyi yang kini berusia 21 tahun tersebut menyatakan telah siap lahir batin untuk menikahn
Kemarin (28/3) Marshanda yang punya panggilan Caca itu melakukan fitting busana pengantin bersama Ben di Butik Riny Suwardy, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Itu fitting terakhirnya, mengingat hari-H tinggal beberapa hari. Selama ini persiapan pernikahan mereka tidak terendus media. “Ribetnya justru kemarin-kemarin. Sekarang ini, karena memang mendekati tanggalnya, malah lebih santai,” ucap Caca.

Akad nikah keduanya akan dilaksanakan di Hotel Sofyan, hotel milik keluarga Caca. Esok malamnya (3/4) resepsi digelar di Bidakara Asembly Hall. Pesta resepsi menggunakan konsep pelaminan perpaduan Minang dan Maroko. Mulai baju hingga dekorasi berwarna merah, emas, dan burgundi. Jika biasanya ada acara adat, Caca bilang, di pernikahannya tidak ada.

Sesuai dengan darah Minang yang mengalir di tubuh Caca, sebetulnya ada acara adat malam Bainai. Tetapi, karena kesibukan dan keterbatasan waktu, akhirnya acara tersebut tidak dilakukan. “Menyesuaikan waktu yang kami punya. Soalnya sama-sama sibuk. Sama-sama ada pekerjaan yang dijalani sekarang,” jelas Ben, 27, mantan VJ MTV yang tiga tahun berpacaran dengan Caca.

Sekarang Ben memandu acara yang tiap minggu dibawakan secara live. Sementara itu, calon istrinya terlibat sinetron stripping yang tayang beberapa saat lagi. Keduanya bersyukur, banyak pihak yang membantu sehingga di sela kesibukan masih bisa menyiapkan pernikahan dengan lancar.

“Alhamdulillah, waktunya bisa diatur. Saya minta izin untuk tidak syuting selama seminggu,” ucap perempuan yang mendapatkan penghargaan The Most Brilliant Person pada Asian Award 2004.

Konsekuensi dari padatnya jadwal, mereka harus rela menunda bulan madu. Walaupun begitu, Caca maupun Ben tidak kecewa. Bahkan, kata Caca, mendekati hari-H dirinya justru makin bahagia.

“Saya terkadang masih merasa, wah menikah muda nih. Tapi, ini yang terbaik buat saya dan memang tidak ada yang berubah juga. Saya sangat yakin dengan Ben. Malah, beban seakan terlepas. Kami segera resmi menjadi suami istri. Kalau orang bilang, menikah itu kan membuka pintu rezeki. Semoga begitu ya. Amin,” tuturnya.
Setelah menikah Caca tetap akan menjalani karir di dunia hiburan. Hanya soal momongan dia dan Ben berusaha menunda terlebih dulu. Sebab Caca menganggap masih ada satu tanggung jawab yang harus dia selesaikan yakni pendidikan.
“Setelah menikah karir tetap jalan dan kuliahpun juga, semua nggak ada perubahan apa-apa. Untuk momongan jujur, bukanya kita menolak rezeki, tetapi saya ingin lulus kuliah dulu,” paparnya. (jan/c13/ayi/jpnn)

Menu Favorit Daging Domba, Berbagi Tempat dengan PKL

Barbeque di Semak-semak, Cara Warga Jordania Nikmati Hari Libur

Ber-barbeque ria di sela pepohonan di pinggir jalan raya adalah kegiatan populer untuk menikmati hari libur bagi warga Jordania. Cara praktis menyiasati minimnya wilayah “hijau” di negeri gurun pasir tersebut. Berikut laporan wartawan JPNN Tatang Mahardika yang baru berkunjung ke sana.

BAU sedap ayam bakar menyeruak dari bawah salah satu pohon di kawasan Suwayma yang mengarah ke Laut Mati itu. Suleyman Al Thayb, seorang bapak empat anak berusia 30-an, dengan peluh bercucuran mengipasi tempat pemanggangan. Si anak tertua yang masih berusia belasan, Hassan, mencoba membantu, tapi malah lebih sering dimarahi.

“Bukan begitu cara memanggang ayam,” kata Suleyman sembari memberikan contoh kepada si anak. Hari itu, Jumat siang selepas salat Jumat, keluarga Suleyman tak sendiri berada di “lokasi piknik” tersebut.
Hanya berjarak sekitar 15 meter, ada keluarga Halib bin Waleed. Aktivitas mereka sama, namun menu utama yang dimasak berbeda.

Keluarga Halib tengah memanggang daging. Saat menunggu sajian utama masak, anggota keluarga yang lain membeber tikar, menyiapkan peralatan makan dan bumbu-bumbu serta memunguti beberapa sampah plastik.
Rata-rata tiap 15-20 meter di kawasan yang sama, pemandangan serupa bisa ditemui. Padahal, mungkin, bagi orang Indonesia kebanyakan, “lokasi piknik” tersebut sangat jauh dari ideal. Sama sekali bukan tempat dengan pemandangan hijau nan rindang berhawa segar. Melainkan “semak-semak” di pinggir jalan yang ramai karena mengarah ke tempat wisata terkenal, Laut Mati.

Lebih pantas disebut semak-semak karena pepohonan yang tumbuh hanyalah pepohonan khas kawasan gurun yang berdaun kecil dan berakar kuat. Semacam pohon keres di Indonesia. Warga setempat menyebutnya “saro”.
Yang pasti amat jauh dari kesan rindang. Belum lagi ditambah polusi dan sengatan matahari. Suwayma yang dekat laut bertemperatur lebih panas daripada Amman yang berada di perbukitan.

Tapi, semua itu tak menghalangi keluarga-keluarga seperti Suleyman dan Halib. Bagi mereka, seperti juga kebanyakan warga Jordania, ada pohon, apa pun jenisnya, sudah termasuk anugerah dan bisa menjadi tempat piknik yang menyenangkan.

Maklum saja, di antara seluruh wilayah Jordania yang tak terlalu luas itu, kawasan “hijau” hanya bisa ditemukan di bagian barat daya. Di sana ada titik tertinggi di negara tersebut, yakni Jabal Umm al-Dami setinggi 1.854 meter dengan puncak bersalju. Ada pun titik terendah “sekaligus titik terendah di dunia” berada di Laut Mati. Selebihnya adalah gurun dan lembah.

Dengan konfigurasi geografi seperti itu, warga Jordania jadi tak punya banyak pilihan untuk meluangkan waktu senggang bersama keluarga. Barbeque di pinggir jalan raya merupakan cara paling praktis dan murah.
Kebanyakan yang berpiknik di pinggir jalan raya ke arah Laut Mati itu adalah warga Amman yang memang hanya terpisah tak sampai sejam perjalanan. Bercampur panas dan debu, mereka bisa betah berjam-jam di sana. Mulai selepas salat Jumat hingga menjelang magrib.

Jumat dan Sabtu yang merupakan hari-hari libur di Jordania menjadi waktu favorit bagi para pemburu piknik. Yang datang terlambat bisa sulit mencari tempat untuk membeber tikar. “Saya sibuk bekerja mulai Minggu sampai Kamis. Piknik pada hari libur seperti ini memberi saya kesempatan berbincang dan bermain dengan anak-anak. Anak-anak juga senang karena punya tempat bermain agak luas,” ungkap Suleyman yang bekerja di sebuah perusahaan komunikasi itu.

Mayoritas pola perumahan di Jordania, seperti juga di negara-negara Arab dan Timur Tengah, memang vertikal. Otomatis mereka tak punya lahan bermain yang memadai untuk anak-anak. Sekadar mencari tempat bermain bola saja juga tak gampang karena jarangnya tanah landai yang cukup luas.

Mengenai menu, meski lokasi piknik dekat laut, ayam dan daging domba merupakan pilihan utama. Bukan karena tak ada ikan yang bisa hidup di Laut Mati yang kadar garamnya sangat tinggi itu, tapi lebih karena kebiasaan. Di Jordania, suplai ikan didapatkan dari Aqaba, satu-satunya pelabuhan yang mereka miliki. Itu pun harus berbagi dengan Israel serta Mesir.

“Harga ikan sebenarnya lebih murah. Daging (domba) paling mahal. Tapi, karena masakan kami selama ini banyak memakai daging, itu pula yang lebih sering kami panggang saat piknik,” jelas Samir Hamdoun, seorang pemilik bengkel yang ditemui di check point dekat pintu masuk Laut Mati.

Biasanya bukan hanya anggota keluarga inti yang ikut berpiknik. Ikut pula kakek dan nenek serta bibi dan paman. Juga, para pembantu keluarga yang kebanyakan berasal dari Filipina, Sri Lanka, atau Indonesia. Jadilah sekeluarga bisa butuh lebih dari satu mobil karena rata-rata keluarga di negara monarki konstitusional yang dipimpin Raja Abdullah II tersebut memiliki lebih dari dua anak.

Menurut Salim Mahmoud, seorang pemandu wisata, saat musim panas, jumlah keluarga yang ber-barbeque ria di semak-semak pinggir jalan lebih banyak. Istilahnya, mencari angin. Sebab, saat musim panas, temperatur bisa lebih dari 30 derajat Celsius.

Ada pun saat ini Jordania bisa dibilang masih bermusim dingin (ada pula yang menyebutnya musim semi). Biasanya berlangsung mulai November hingga Maret. Cuaca berkisar 10 derajat Celsius. Dulu biasanya ada salju saat musim dingin, tapi sudah sekitar lima tahun tak turun lagi.

Di lokasi piknik di Suwayma itu, para keluarga juga harus “bersaing” dengan para pedagang sayur dan buah-buahan. Suwayma memang dikenal sebagai sentra produsen sayur dan buah di Jordania.

Para pedagang itu biasanya juga mencari tempat di dekat pepohonan. Mereka menjual wortel, kentang, serta pisang di bak mobil atau di meja yang dibawa dari rumah. Tanpa harus membuat warung darurat seperti pedagang kaki lima di Indonesia.

Tapi, seperti halnya debu, panas, dan ketidakrindangan, “ko-eksistensi” dengan para pedagang itu juga tak dianggap mengganggu kenyamanan bagi para keluarga yang berpiknik. “Kami justru senang karena saat pulang bisa membeli sayur atau buah segar untuk buah tangan,” kata Halib. (*)