24 C
Medan
Tuesday, December 23, 2025
Home Blog Page 15566

PSMS Fokus Recovery

Menempuh perjalanan jauh dari Tembilahan-Rengat, skuad PSMS  akhirnya tiba kembali di Medan kemarin malam. Tiga poin berhasil dibawa pulang dari lawatan itu.

Usai tur melelahkan itu, Pelatih PSMS Suharto sengaja memberikan waktu dua hari bagi skuad asuhannya untuk rehat. Rehat tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menjaga kondisi sekaligus recovery.
Asisten Pelatih PSMS Edy Syahputra mengatakan, latihan kembali akan digelar Selasa (29/3) sore mendatang untuk menggeber latihan fisik. “Kami sengaja memberikan libur tambahan untuk pemain, supaya kondisi mereka kembali pulih pasca dua laga dan perjalanan pulang ke Medan cukup melelahkan. Rencananya latihan di Stadion Teladan,” kata Edy.

PSMS menjalani perjalanan yang cukup melelahkan dari Rengat ke Pekanbaru. Menumpang satu unit bus pariwisata, empat jam lebih perjalanan darat yang dilanjutkan dengan penerbangan sekitar Pukul 18.30 WIB cukup menyita stamina.

Selain itu, PSMS juga akan fokus kepada PS Bengkulu yang jadi lawan selanjutnya. Kemenangan di tiga laga Stadion Teladan merupakan harga mati yang harus dicapai. Pasalnya, kalah sekali saja tiket ke babak delapan besar diyakini pupus. “Mau tidak mau, tiga pertandingan di Medan harus bisa dimaksimalkan. Kalah sekali saja, semakin tipis harapan,” ungkap Edy. (ful)

Pabrik Sabu Beromset Rp2 M Digerebek

JAKARTA- Pemberantasan terhadap sabu-sabu tidak ada habis-habisnya. Untuk kesekian kalinya, Direktorat IV Narkoba Bareskrim Mabes Polri menggerebek sebuah kamar di Apartemen Condominium, Kelapa Gading, Jakarta Utara yang ditengarai sebagai home industry sabu. Produksi di tempat tersebut diperkirakan mencapai omset Rp2 miliar per minggu.

Informasi yang dihimpun, penggerebekan dilakukan Jumat (25/3) pukul 23.00 WIB. Tim yang diketuai AKBP Reza Celvian Gumay itu menggerebek tersangka di kamar 4 lantai 10 apartemen tersebut.

Di lokasi, polisi mengamankan seorang tersangka berinisial AR. AR merupakan residivis yang baru keluar dari LP Nusakambangan atas kasus serupa.”AR adalah orang suruhan pemilik pabrik,”ujar sumber.
Pabrik tersebut ditengarai telah beroperasi selama 6 bulan. Adapun omset yang dihasilkan bisnis haram tersebut mencapai Rp2 miliar per minggu.(net/jpnn)

Konser 23 April, Tiket Justin Beiber Ludes

JAKARTA- Sungguh antusias calon penonton konser penyanyi remaja Justin Bieber. Meski konser digelar sekitar satu bulan lagi, namun tiket sudah terjual ludes. Project Manager Berlian Entertainment, Achmad Hussein, selaku promotor konser Justin Bieber mengatakan, di konser yang akan berlangsung pada 23 April 2011 itu hanya ada 10.000 tempat yang tersedia. Padahal, lanjut Achmad, diperkirakan jumlah penggemar Justin Bieber khusus di wilayah DKI dan sekitarnya saja, mencapai sekitar 2,7 juta orang.

“Wajarlah, bila saat penjualan tiket secara online pada Kamis malam kemarin (24/03), banyak sekali fans yang mengalami kekecewaan saat gagal mendapatkan tiket konser,” ungkap Achmad di Cilandak Town Square (Citos), Jakarta, Sabtu (26/3).

Project Director Berlian Entertainment Marcel Permadhi menerangkan, penjualan tiket secara online ini ludes pada Jumat (25/3) pukul 05.00 WIB. Tak kurang dari 6.000 tiket saat ini sudah berada di tangan calon penonton konser Justin Bieber. “Waspadai adanya penjualan tiket palsu yang beredar di masyarakat. Kami ingatkan, bahwa penjualan tiket konser Justin Bieber telah dilakukan pada Kamis (24/3) lalu, via online di Rajakarcis,” pesan Marcel pula.(cha/jpnn)

 

Makin Ruwet Akibat Campur Tangan Pemerintah

Kasus Doping Alberto Contador yang tak Kunjung Berakhir

Kabar buruk menimpa Alberto Contador Oktober 2010. Dalam sampel darahnya yang diambil saat Tour de France 2010 terdapat zat terlarang. Hingga kini, belum didapat kejelasan dari kasusnya tersebut.
Akhir tahun 2010 hingga awal tahun 2011 seharusnya menjadi periode istirahat bagi seorang pembalap sepeda profesional kategori ProTeam seperti Alberto Contador. Setelah Oktober hingga Februari, tak ada jadwal kompetisi di kalender UCI (Federasi Balap Sepeda Internasional). Tapi, periode tersebut justru dijalani Contador dengan suasana tegang.

Juara tiga kali Tour de France (TdF) asal Spanyol itu menghadapi ancaman berat dalam karirnya. Dia menghadapi pemeriksaan atas temuan doping dalam darahnya saat menjuarai TdF 2010. Federasi Balap Sepeda Spanyol (RFEC) pun sudah telanjur menjatuhkan sanksi larangan tampil untuk pembalap 28 tahun itu. Gelar ketiganya di TdF pun terancam dicabut.

Contador mengalami nasib sial usai perhelatan TdF 2010. Dalam tes sampel darah sepanjang lomba, positif terkandung zat terlarang jenis clenbuterol. Meski dengan tegas menyangkal, Contador tak dapat berbuat banyak atas penemuan tersebut. Hingga saat ini, meski RFEC akhirnya mencabut keputusan hukuman, Contador bersikeras meminta rehabilitasi atas cap negatif yang melekat pada namanya.

Sejak awal hebohnya kasus tersebut, Contador tak begitu saja menerima keputusan hukuman yang menimpanya. Dia menyatakan tetap akan mengajukan banding terhadap sanksi apa pun yang dijatuhkan padanya.
Contrador dengan tegas menyatakan dirinya merupakan korban dari sistem. Oleh sebab itu, dia akan memperjuangkan haknya untuk bebas dari segala macam hukuman. “Saya tidak bersalah dan saya akan bertahan hingga detik terakhir,” ujar Contrador, dalam jumpa pers dua hari setelah RFEC menjatuhkan skorsing satu tahun kepadanya. Berdasarkan hasil tes, dia terbukti positif menggunakan clenbuterol.

Contrador menyebut zat terlarang tersebut ada dalam tubuhnya karena dia mengonsumsi daging yang dikonsumsinya. RFEC menerima pembelaan Contrador tersebut sehingga mereka menurunkan sanksi skorsing dari dua tahun menjadi hanya satu tahun.
“Mereka menerima bahwa saya tidak bersalah namun mereka tetap menghukum saya. Saya sama sekali tidak mengerti. Saya merasa menjadi korban dari sistem,” tutur Contrador.

Contador kini sudah bebas dan kembali berkompetisi. Dia kini tengah berlomba di Volta a Catalunya alias Tour Catalunya di Spanyol. Kubunya pun telah menghentikan proses banding ke Badan Arbitrase Olahraga (CAS).
Kini, giliran UCI yang melakukan banding ke CAS. UCI tak puas dengan keputusan RFEC yang mencabut semua hukuman pada Contador Februari lalu. Mereka menuding ada campur tangan politik dalam keputusan RFEC tersebut.
“Satu-satunya cara untuk meyakinkan kami mendapatkan hasil yang kredibel dan adil adalah membawanya ke otoritas yang lebih tinggi, bagi kami itu adalah CAS. Mereka punya kapasitas untuk menangani kasus ini dan mendapatkan dukungan dari badan-badan olahraga,” ungkap Pat McQuaid, Presiden UCI.
McQuaid beranggapan, keputusan RFEC tak lepas dari desakan pemerintah Spanyol dan pihak-pihak berkuasa di negara itu. Sehingga, banyak yang menganggap janggal, karena dalam darah Contador benar-benar terkandung zat terlarang. Apa pun alasannya, biasanya sang atlet tepa mendapatkan hukuman.

“Kami tahu dengan pasti Contador akan melakukan pembelaan dengan kuat dalam kasus ini. Tapi, melihat jalannya kasus ini di Spanyol, kami tak punya pilihan lain. RFEC menerima tekanan hebat dari sumber-sumber politik, termasuk Perdana Menteri yang mengatakan sanksi harus dicabut,” ujar McQuaid.
McQuaid mengakui, pihaknya menyadari Contador merupakan atlet yang dihormati di Spanyol. Namun, campur tangan pemerintah Spanyol beserta Komite Olimpiade Spanyol tanpa menghiraukan kasus yang terjadi, tak bisa dibenarkan.

UCI punya waktu hingga sebulan mendatang untuk memasukkan berkas bandingnya ke CAS. Kubu Contador menyambut baik maksud UCI tersebut. Bahkan, mereka berharap semuanya jadi lebih jelas dan menguntungkan perjalanan Contador.

“Mereka berhak untuk melakukan banding. Proses tersebut akan mengklarifikasi saya tidak bersalah. Mungkin UCI tidak melihat dokumentasi dengan lengkap dan detail,” papar Contador.
UCI punya tanggung jawab untuk menjelaskan kasus tersebut pada publik. Terlepas dari dikabulkannya banding mereka atau tidak. Tapi yang jelas, tak ada maksud dari UCI untuk menghambat karir Contador. “Keputusan itu bisa kami terima, CAS akan memberikan keputusan yang bisa dipahami dan diterima semua pihak,” tutur McQuaid. (ady/jpnn)

Membawa Kisah Alkitab ke Dalam Kehidupan

Teater Teater Sight & Sound sangat dikenal di Pantai Timur Amerika Serikat, namun Anda tidak akan menemukannya di sekitar Broadway.

Teater Sight & Sound terletak di dekat Lancaster, Pennsylvania, dan sekarang juga ada di Branson, Missouri. Perusahaan mengemas pertunjukan yang unik dan relevan bagi para penonton zaman ini, dengan pesan kekristenan yang telah teruji oleh waktu.

Dengan penataan panggung yang besar, ratusan anggota pemain drama dan kru, dengan binatang di mana-mana, produksi teater Sight & Sound ini digelar dalam skala epik.

Noah The Musikal menjadi produksi teater ini. Ada selubung setinggi 300 kaki yang menggambarkan bagian dalam bahtera, dan di bagian luar bahtera berdiri lebih dari 400 kaki.

Secara keseluruhan dari pengembangan skrip sampai design kreasi set panggung, dibutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk memproduksi pertunjukan seukuran Noah The Musical.

“Kami percaya dengan sepenuh hati jika Anda melakukan sesuatu untuk Tuhan, Anda perlu melakukan yang terbaik,” ujar Dan Lehning, production stage manager, kepada CBN News. “Anda harus melakukan yang terbaik – melakukannya dengan penuh keunggulan.”

Untuk memainkan kisah Nuh secara nyata, Sight & Sound menggunakan lebih dari 200 binatang robot dan 75 binatang hidup. Ditambah lagi beberapa kostum binatang hidup yang dikenakan manusia.
“Melakukan hal ini sangat berat secara fisik pada awalnya, namun Anda akan terbiasa setelah beberapa waktu,” ujar salah seorang pemeran Jeremy Jenkins, yang melakukan manuver di atas panggung dengan kostum gorila yang hidup.

Dan juga para pemain drama yang mengenakan kostum kura-kura, mereka berjalan perlahan melintasi panggung.
“Saya hanya ingin agar orang melihat Tuhan,” ujar aktor John Sneed, yang berperan sebagai Nuh. “Saya ingin orang melihat kasih dan rahmat Allah, dan juga memahami hubungan pribadi antara ayah-anak, bahwa Nuh tidak hanya bersama anak-anaknya, tapi juga dengan Bapanya yang di surga.”

“Ini luar biasa,” tambah aktris Julie Morimoto, yang berperan sebagai Cayla, istri Yafet, dalam Noah The Musical. “Setiap hari saya berterima kasih kepada Tuhan bahwa saya berada di sini.”

Orimoto, yang juga berperan sebagai Maria, ibu Yesus, dalam Sight & Sound Miracle of Christmas, bersyukur bahwa ia jauh dari arus gaya hidup teater dimana ia berkata ia diminta untuk berkompromi secara moral namun ia tolak.
“Hanya agar dapat berbuat baik, kerja berkualitas dengan skrip bagus yang begitu bermakna, dan begitu menyenangkan, namun di saat yang sama, kami memuliakan Tuhan,” jelasnya. “Ada nilai yang kekal. Ada tujuan dan ini adalah pelayanan. Kami tidak memiliki panggilan lain karena kami ingin Allah dimuliakan.”

Pertunjukan dengan standar yang tinggi ini telah menarik orang dari seluruh dunia. Sejak tahun 1995, sekitar 2,5 juta orang telah menyaksikan Noah The Musical di teater Sight & Sound. Apakah itu Noah The Musical maupun pertunjukan lainnya seperti Miracle of Christmas dan Joseph, chief creative officer Josh Enck mengatakan tujuannya adalah untuk menyajikan Alkitab dengan cara yang relevan bagi penonton saat ini.

“Kami dikenal karena pernyataan misi kami, dan itu adalah untuk menyajikan Injil Yesus Kristus melalui media hidup teater dan membuat kisah Alkitab ini masuk ke dalam kehidupan,” ujar Enck.

“Kami mengikat semuanya ke dalam apa yang kami yakini sebagai pesan Injil di belakangnya,” jelas Lehning. “Untuk Nuh, kisah ini mengenai bahtera keselamatan. Kisah ini mengenai menemukan keselamatan Anda di dalam Kristus. Dia adalah Tabut keselamatan.” Para penonton merespon pertunjukan ini secara positif.
“Saya benar-benar menyukainya dan saya ingin datang lagi,” ujar Ellie Silva setelah menyaksikan Noah The Musical. “Dan saya ingin membawa lebih banyak teman.”

“Saya pikir bagian yang paling membuat saya terkesan adalah saat pintu bahtera tertutup dan saya merasakan bagaimana air mata meleleh di pipi karena saya menyadari akan ada satu hari nanti dimana pintu menuju ke keabadian akan tertutup dan orang-orang akan berteriak-teriak meminta masuk tapi tidak bisa. Saat itu sudah sangat terlambat,” ujar penonton Monnie Shirley.

Setelah pertunjukan, para pemeran secara sukarela membagikan kasih Yesus kepada para penonton.
“Memimpin orang kepada Yesus, sejauh ini, merupakan bagian yang paling berharga dari pekerjaan ini,” ujar Morimoto. “Maksud saya inilah maksud dari semua pertunjukan ini.”

“Kami memiliki kesempatan untuk melihat orang-orang datang kepada Kristus di dalam teater kami – hancur hati dan menangis, mencari pengampunan,” lanjut Enck.

“Namun itu hanya bagian kecil dari apa yang sebenarnya terjadi di luar baik di tempat
parkir atau di bis saat perjalanan
pulang maupun di sekeliling meja makan bersama keluarga.”(cbn/jc)

Di Sumur Yakub

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar mahluk hidup, karena dari dahulu manusia membangun perkampungan disekitar mata air. Ketika Perusahaan Air Minum (PAM) belum ada masyarakat beramai-ramai mengambil air ke sumur atau mata air.

Karena manfaat sumur, disamping sebagai tempat pengambilan air, juga menjadi tempat pertemuan ditempat tersebut para warga saling berbagi cerita dan pengalaman mulai dari dari hal-hal yang rumit hingga hal-hal yang sepele seperti kabar burung dan gossip. Di sumur tersebut orang bertemu dan mendapat informasi bahkan nasehat yang mungkin berguna bagi kehidupan.

Seperti Yesus dalam perjalana ke Galilea Yesus melepas lelah dekat dengan sebuah sumur, ditempat tersebut Dia bertemu dengan seorang perempuan samaria yang hendak menimba Air.

Dalam percakapan mereka, perempuan Samaria itu lambat laun mengenali Yesus sebagai nabi bahkan mesias, kemudian perempuan itu mengajak orang-orang sekota menemui Yesus dan ditempat tersebut Yesus bertemu orang-orang samaria setelah dipanggil perempuan samaria itu.

Kepada perempuan itu, yesus meminta minum karena perempuan tersebut berdiri tepat di dekat sumur tersebut, namun mengingat hubungan yang kurang harmonis antara orang yahudi dengan orang samaria, permintaan tersebut tentu dianggap aneh. Namun percakapan demi percakapan berkembang kesalah pahaman antara kemudian yesus berbicara secara simbolis tentang Air Hidup namun pikiran perempuan tersbut tertuju kepada air Minum, kemudian perempuan tersebut sadar karena yang dibicarakan oleh yesus adalah kehidupan pribadi Perempuan samaria tersebut.

Pastor Frans sihol Situmorang OFM Cap Bikap Alverna Ainaksak, Pastor Jhon saat ditemui di Keuskupan Agung Medan mengatakan, Sumur yang dimaksudkan dalam cerita tersebut adalah tempat beribadah bagi umat kristiani atau tempat ibadah merupakan sebuah tempat suci untuk bersekutu dengan sesama manusia.
Tuhan, Berikanlah kami air itu supaya kami tidak haus lagi.(frans marbun)

Kristen, Agama yang ‘Mahal’

Agama Kristen adalah agama yang sangat mahal di dunia. Untuk memeluk agama Kristen, tidak jarang seseorang mendapatkan penganiayaan, sikap deskriminatif dan berbagai hal negatif lainnya.

Menurut sebuah laporan terbaru salah satu organisasi Katolik Inggris, disebutkan bahwa ada tujuh puluh lima persen dari penganiayaan agama di dunia tertuju pada umat Kristen. Setelah meneliti 33 negara, cabang Inggris organisasi Aid to the Church in Need melaporkan bahwa sebagian besar penganiayaan itu terjadi di Timur Tengah, Afrika, dan Asia.

Laporan yang berjudul Teraniaya dan Terlupa? itu merupakan laporan bagaimana orang Kristen ditindas karena iman mereka. Selain di Cina, Iran, Korea Utara, dan Arab Saudi, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa negara-negara seperti Venezuela, Zimbabwe, dan bahkan Tanah Suci pun terdapat penganiayaan atas nama agama. Tempat penganiayaan terburuk menurut laporan itu adalah negara Mesir, Irak, Nigeria, dan Pakistan dengan penganiayaan yang meningkat, termasuk negara-negara lainnya.

“Proporsi negara yang memiliki catatan memburuknya kekerasan anti-Kristen dan intimidasi akan lebih tinggi jika bukan karena fakta bahwa dalam banyak kasus situasi bisa lebih buruk pada awal terjadi kasus-kasus tersebut,” kata laporan itu. Alasan penganiayaan terjadi sebagian besar disebabkan oleh ekstrimis Islam di Burma, India, Sri Lanka, Afrika Utara, dan sebagian Asia. Sementara itu, ada beberapa negara komunis dan ateis yang tidak senang dan menekan hak-hak agama.

Ann Widdecombe, seorang politikus Inggris terkenal yang menganut agama Katolik diangkat sebagai utusan khusus untuk kebebasan beragama Aid to the Church in Need. Dia mengatakan bahwa dia semakin kuatir oleh laporan kekerasan yang ada. Dia juga menyoroti inkonsistensi upaya pemerintah Inggris dalam melindungi hak-hak minoritas di dalam negeri dan kecenderungan menutup mata terhadap penganiayaan orang Kristen di luar negeri. “Ini saatnya untuk menjulurkan kepala kita ke atas tembok pembatas dan berbicara atas nama orang Kristiani yang menderita karena iman mereka,” katanya. Kita sebagai orang Kristen memang harus siap menderita. Sama seperti Tuhan kita yang tidak dikenal dunia dan disesah, kita harus tahu bahwa kita pun bisa ditolak seperti itu, asal teguhkanlah hatimu.(ct/jc)

Penelitian: Berdoa Ampuh Meredakan Amarah

Orang bisa marah atas sebab apa saja seperti mendapat kritikan, ada komentar yang tidak baik atau masalah dalam kehidupan sosial. Jika mengalaminya cobalah untuk berdoa, karena studi menemukan doa bisa mengurangi amarah.
Studi baru yang dilakukan oleh para peneliti dari Amerika Serikat dan Belanda menunjukkan bahwa berdoa dapat membantu meredakan kemarahan, menurunkan sifat agresif dan mengurangi dampak dari provokasi.

Brad Bushman, seorang profesor komunikasi dan psikologi dari Ohio State University dan juga penulis penelitian mengungkapkan bahwa orang sering beralih ke doa ketika ia merasakan emosi negatif, termasuk marah.
“Kami menemukan bahwa doa bisa membantu seseorang mengatasi kemarahannya, kemungkinan dengan membantunya mengubah cara pandang dalam melihat suatu peristiwa yang membuatnya emosional,” ujar Bushman, seperti dikutip dari Foxnews, Jumat (25/3).

Dalam penelitian yang hasilnya dipublikasikan secara online di Personality and Social Psychology Bulletin menemukan bahwa berdoa dapat membantu seseorang mengontrol kemarahannya, terlepas dari apapun agama dan tingkat keimanannya.

“Dampak yang kami temukan dalam percobaan ini cukup besar, hasilnya menunjukkan doa benar-benar bisa menjadi cara yang efektif untuk menenangkan kemarahan dan agresi,” ujar Bushman.

Ketika seseorang menghadapi kemarahannya mungkin bisa mempertimbangkan nasihat lama untuk berdoa dibandingkan memikirkan musuhnya. Hal ini akan membantu seseorang mengatasi emosi negatifnya.
Saat berdoa biasanya orang akan menjadi lebih tenang dan bernapas dengan teratur, kondisi ini bisa membuat seseorang menjadi lebih rileks sehingga bisa mengendalikan amarahnya.

Ketika kemarahan muncul, maka otot-otot menjadi tegang dan otak melepaskan zat kimia yang dapat menyebabkan ledakan energi. Kondisi ini memicu jantung untuk berdetak lebih cepat, meningkatkan tekanan darah, napas menjadi lebih cepat, aliran darah meningkat ke lengan, kaki dan wajah yang membuatnya menjadi memerah. Pada beberapa orang tertentu kemarahan yang muncul seringkali diikuti dengan rasa sakit kepala baik tension headache (sakit kepala seperti ada yang mengikat kepala dengan ketat) atau migrain (hanya terjadi di satu bagian kepala saja) yang disebabkan oleh perubahan fisiologis yang terjadi di dalam tubuh. (bbs)

Tuhan Ubah Kejadian Buruk Jadi Indah

Kesaksian Bethany Hamilton, Peselancar Satu Tangan

Memiliki hanya satu tangan tak menghalangi Bethany Hamilton, merupakan satu dari peselancar terkemuka di dunia. Dalam sebuah video, ia mengatakan bahwa Tuhan bisa mengubah kejadian buruk kedalam hidup yang
memuliakan Dia.

Dalam video I Am Second Hamilton mengingat kembali ketika tangan kirinya dimakan ikan hiu. Dengan sekuat tenaga, dalam usaha yang ke-3 kalinya akhirnya gadis yang waktu itu berumur 13 tahun, bisa kembali ke daratan.
Serangan hiu membuat Hamilton harus kehilangan 60 persen dari darahnya. Meski demikian, yang bisa dia pikirkan adalah segera ke pantai.

“Saya harus bertahan,” ingat Hamilton saat itu. “Saya hanya berbaring di sana dan berdoa sepanjang perjalanan menuju pantai, meminta pertolongan Tuhan.

Namun, dia ingat betul, dia mempunyai perasaan tenang dan damai daripada merasa kehilangan satu tangannya karena dia berfokus pada Yesus saat itu. Setelah petugas paramedis datang, dia mendengar ada seorang petugas paramedis yang mengatakan, “Tuhan tidak akan pernah meninggalkan engkau ataupun melupakan engkau.”
“Dari yang kelihatannya begitu menakutkan, Tuhan membuat kemuliaan bagi-Nya,” tutur Hamilton yang sekarang berumur 21 tahun di video itu.

“Saya bisa menjadi terang bagi banyak orang dan membagikan kasih-Nya.
Saya bangun setiap hari dan menghormati Tuhan dalam segalanya yang saya lakukan dan saya mungkin bisa jatuh, tapi apa yang ingin saya lakukan hanyalah mencintai Dia.”

Dua tahun kemudian, dia menjuarai NSSA (National Scholastic Surfing Association) National Championship tahun 2005. Sekarang setelah delapan tahun berlalu, Hamilton menjadi pekerja penuh waktu di ASP (Association of Surfing Professional) atau Asosiasi Profesional Peselancar. “Berada di lautan, ciptaan Tuhan, seperti hadiah yang Dia berikan untuk kita nikmati,” katanya mengenai berselancar.
Hamilton tidak takut untuk tetap berselancar dan berserah pada Tuhan.

Dia tidak trauma tapi malah menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Gadis yang membintangi film Soul Surfer ini tidak menyerah pada nasibnya dan malah membagikan berkat buat semua, seperti dalam I Am Second. Gerakan I Am Second ditemukan oleh e3 Partners yang mencari jawaban dari pertanyaan yang sering diajukan mengenai kehidupan nyata setiap orang yang menemukan jawaban di dalam Kristus.   Mereka lalu membagikan kesaksian mereka melalui video dengan bermacam pergumulan, dari kekerasan sampai keegoisan, dan bagaimana mereka menemukan Yesus dan hidup penuh di dalam-Nya.(cp/jc)

Gender dan Kekuasaan Picu Kekerasan

Jumlah perempuan yang mengalami Kekerasan Berbasis Gender (KBG) masih tinggi, bahkan jumlah kasus yang didata masih merupakan fenomena gunung es. Ada banyak kasus KBG yang tidak dilaporkan atau diliput oleh media. Begitulah kata Dina Lumbantobing, Kepala Kajian dan Pengembangan Kapasitas Perkumpulan Sada Ahmo & Aliansi Sumut Bersatu (Pesada) ini.

Bukan tanpa alasan kalau KGB masih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan Data kasus Women Crisis Center/WCC Sinceritas–PESADA mulai Januari- Oktober 2010 menunjukkan bahwa dari total 85 kasus yang ditangani, 59 atau 69 persen di antaranya adalah KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).

“UU PKDRT sudah ada sejak tahun 2004 namun perempuan korban kekerasan enggan melaporkan kasusnya. Aparat penegak hukum masih banyak yang belum peka gender dalam penanganan kasus. Dari 55 kasus KDRT di 2009, meningkat menjadi 65 kasus di tahun 2010 di Sumut,” ujar wanita yang hobi baca ini.
Bicara soal KDRT, Dina bilang, dari analisis yang ia pakai, yakni analisis gender dan kekuasan, ada kekuasaan yang timpang antara laki-laki dan perempuan karena masih memakai pola pikir patriarki yang dibawa perempuan maupun laki-laki yang jadi pemicu kekerasan terhadap perempuan. “Bahkan faktanya, di negara maju seperti Amerika, tinggi sekali kekerasan dalam rumah tangga dan kematian istri,” ujar ibu dari dua anak ini.

Memang, kata Dina, patriarki  atau cara pandang yang melihat kedudukan perempuan lebih rendah dari laki-laki, dimana cara pandang yang diukur dari mata dan pikiran laki-laki membuat posisi perempuan dalam hal ini sebagai istri kurang mendapatkan hak-haknya sebagai perempuan.

“Perempuan juga masih berkembang dengan pola pikir patriarki yang merasa dirinyalah yang harus memelihara nilai-nilai keluarga. Untuk itu Pesada melakukan pendekatan dengan penyadaran hak-hak terhadap perempuan. Kami dikenal sebagai lembaga yang sangat konsen penyadaran gender dengan analisis gender dan kekuasaan,” kata dia.
Yang sangat disesalkan Dina, bila laki-laki melakukan kesalahan, seperti melakukan KDRT, malah dianggap hal biasa dan bukan menjadi persoalan berat. “Inikan sangat aneh. Nah, kami mencoba memberikan pendidikan-pendikan publik, membangun kesadaran untuk feminis muda dan semua perempuan Indonesia soal gender, ” paparnya.

Menurutnya, bias gender juga sering dilakukan aparat penegak hukum saat menangani perempuan yang menjadi korban kekerasan rumah tangga. Saat perempuan korban kekerasan rumah tangga melaporkan ke polisi, justru aparat polisi yang menerima pengaduan korban malah menyalahkan korban dengan cara pemeriksaaan yang masih patriarki. “Kenapa kok bisa dipukul, telat masak ya? Lupa mandi ya? Lupa pakai make up ya? Dan pertanyaan lain yang justru menyudutkan perempuan yang sudah jadi korban KDRT,” kata Dina.

Begitu juga terhadap perempuan korban perkosaan juga masih menggunakan sistem patriarki. “Pakai baju apa saat kejadian? Apa baju kamu tersingkap waktu tidur? Pertanyaan apa seperti ini! Ini tidak menghargaain perasaan perempun sebagai korban dalam pelaporan,” ketus dia lagi.

Pada akhirnya, lanjut Dina, perempuan yang korban kekerasan rumah tangga dibujuk untuk berdamai. Padahal, apa yang dilakukan laki-laki dalam hal ini suami, sudah melanggar pidana. “Apa arti perdamaian? Bagi kami perdamaian bukan menghilangkan status kejahatan dan proses hukum harus tetap jalan. Ini keadilan yang sangat timpang,” tegasnya.

Dina tak menampik, banyak juga perempuan menjadi pelaku kekerasan ketika berada di pihak laki-laki. Misalnya, kekerasan itu dilakukan kakak ipar (perempuan), ibu mertua. “Karena banyak perempuan ketika dia berkuasa, dia menjadi poin dua wajah dan merasa berhak melakukan kekerasan terhadap orang lain. Ia memposisikan dirinya lebih tinggi. Ini ditambah dengan dengan fakta-fakta kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan karena minoritas agama dan lainnya,” paparnya.

Untuk itulah, Dina menegaskan kalau yang menjadi akar perhatian Pesada adalah gender dan kekuasaan. Sebab, gender masih terjadi dimana-mana.

Dina mengimbau agar perempuan sadar dengan hak-haknya. “Sadarlah perempuan, kamu setara dengan laki-laki. Ketika kamu punya posisi, punya kekuasaan, jangan tiru cara laki-laki yang menggunakan kekuasaan itu,” imbau  Dina.

Dina berpesan, jika kaum perempuan merasa tidak adil dengan menjadi korban kekerasan, baik kekerasan psisikis, seksual dan KDRT dan lainnya, jangan segan-segan melapor ke penegak hukum. “Dan Pesada siap menjadi advokasinya,” pungkasnya. (laila azizah)