26 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 15586

Pejabat Terlibat Bakal Dipanggil Paksa

MEDAN- Kasus dugaan korupsi pembangunan tujuh gedung satuan kerja perangkat daerah (SKPD) senilai Rp4,8 miliar di Pemkab Batubara terus disidik. Tapi, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatera Utara kesulitan memanggil pejabat yang terlibat dalam kasus ini, meskipun sejak Februari 2011 tahapannya sudah naik ke tingkat penyidikan.
“Seharusnya hari ini (Rabu) ada jadwal pemeriksaan pejabat yang terlibat kasus ini, namun tidak datang dengan alasan sibuk di lapangan. Hal ini memang sudah berkali-kali menjadi alasan mereka,” ungkap Kepala Seksi Penyidikan Pidsus Kejatisu Jufri SH.

Lantas apa yang dilakukan Kejatisu? Ditanya begitu Jufri menjawab jalan satu-satunya adalah memanggil yang bersangkutan secara paksa. “Inilah teknisnya sedang kita rumuskan dan memang dalam waktu dekat juga kasusnya akan kita ekspos guna penetapan tersangka,” kata Jufri.   Disebutkannya, rencana pejabat yang akan dipanggil adalah pejabat pembuat komitmen (PPK), bendahara dan bahkan kontraktor. Soalnya dari hasil penyelidikan pembangunan tujuh gedung ini bermasalah.

Sesuai kontrak dana  yang dikucurkan tersebut direncanakan untuk membangun gedung permanen, namun tidak demikian yang terjadi di lapangan. Bangunan gedung tersebut dibangun dengan konstruksi kayu, sementara anggaran di kontrak sama dengan konstruksi beton. “Ini kan sudah menyalahi dan berpotensi terjadi kerugian negara,” ungkapnya.  Ketujuh kantor  SKPD yang dibangun adalah Dinas PU dan Pertambangan, Dinas Perikanan, Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Pertanian, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Dinas Kehutanan. (dra/rud)

Kantor tak Terawat, Karyawan tak Gajian

Melihat Kondisi PD Pembangunan Binjai

Hidup segan mati tak mau.  Inilah yang terjadi di tubuh Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan milik Pemerintah Kota (Pemko) Binjai, yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Bandar Senembah, Kecamatan Binjai Barat.
Rabu (23/3), sekitar pukul 12.15 WIB, wartawan koran ini mencoba mengunjungi kantor PD Pembangunan. Setibanya di lokasi, suasana tampak ramai, tetapi bangunannya terkesan tidak terawat. Dimana, hawa di dalam gedung terasa lembab dan kumuh disebabkan tidak ada penerangan.

Setelah lama memperhatikan, akhirnya wartawan koran ini bertemu dengan Ir Ayub Saipul, yang tak lain adalah Direktur PD Pembangunan. Untuk selanjutnya wartawan koran ini dipersilahan masuk ke ruangan di Bagian Umum dan bercerita tentang PD Pembangunan.

Menurut Ir Aub Saipul, ia menjabat Direktur PD Pembangunan sekitar 7 bulan. Bahkan, setelah ia menempati PD Pembangunan itu, situasi juga sudah terlihat kacau.

“Bagaimanalah saya bilang kacau, karyawan sudah tidak bergaji lagi, dan usaha yang ada sudah banyak yang tidak beroperasi. Sementara, gaji karyawan ini diambil dari penghasilan usaha yang ada,” ungkapnya.
Dikatakan Ayub, semenjak ia masuk ke PD Pembangunan, usaha demi usaha terus dilakukannya untuk kembali menghidupkan usaha yang kurang optimal.

Mulai dari  menghidupkan usaha air mineral dan perumahaan, sampai menggaji karyawannya.  “Usaha yang ada sekarang ini tinggal dua, yakni air mineral dan perumahan. Dari dua usaha ini, saya dapat menggaji karyawan saya Rp5 ribu per hari,” cetusnya.

Lebih jauh dikatakan Ayub, semenjak ia menjabat sebagai Dirut PD Pembangunan, belum pernah dikucurkan anggaran sedikitpun untuk mengelola usaha-usaha yang sudah dibuat.(dan)

UN tak Bisa Jadi Tolok Ukur

Kesenjangan mutu pendidikan di perkotaan dan di pedesaan menjadi salah satu faktor mengapa ujian nasional (UN) tidak bisa dijadikan sebagai ukuran dalam kelulusan siswa.

Karenanya, pihak sekolah diharapkan dapat mencari tolok ukur yang lain dalam menentukan kelulusan seorang siswa.

Hal ini disampaikan Dosen Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen Jinner Sidauruk SH MH kepada wartawan Sumut Pos Jhonson P Siahaan, beberapa hari lalu. Berikut petikan wawancaranya.

Apakah Anda setuju dilaksanakannya UN?
Saya selaku pengajar, sangat tidak setuju dilaksanakannya UN, apalagi hasil UN itu dijadikan dasar penilaian kelulusan siswa. Ini jelas tidak bisa. Karena, soal yang diujikan dalam UN berasal dari pusat, sementara mutu pendidikan di perkotaan dan pedesaan atau di daerah tentunya jauh berbeda, karena pendidikan di daerah memiliki keterbatasan dalam berbagai hal. Jadi, ini tidak bisa disamaratakan.

Lalu, bagaimana dengan nilai standar kelulusan UN 5,5?
Sah-sah saja kalau nilai kelulusan UAN itu 5,5. Tapi, jangan disamakan semua nilai kelulusan UN itu anara siswa di perkotaan dengan siswa yang ada di pedesaan, karena di daerah itu masih ada yang mutu dan kualitas pendidikannya sangat rendah.

Jadi, jika UN tidak dijadikan dasar penilaian kelulusan siswa, lalu apa saja yang bisa dijadikan dasar penilaian?
Seperti yang saya katakan tadi, UN belum bisa sepenuhnya dijadikan sebagai tolok ukur kelulusan siswa. Masih banyak yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur, di antaranya nilai ujian sekolah, ujian setiap bulannya, nilai tugas dan kerajinan siswa itu sendiri.

Bicara soal mutu pendidikan, menurut Anda, apa saja yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan?
Cukup banyak yang harus dilakukan. Pihak sekolah paling tidak harus melengkapi sarana dan prasana yang ada di sekolah itu sendiri. Tidak hanya itu, mutu guru juga perlu ditingkatkan lagi. Dan yang paling perlu, gaji guru perlu juga dinaikkan sehingga para guru dapat mengajar dengan serius dan tenang.(*)

Selalu Minta Makan Usai Tampil Ceramah

Syifa A Harahap, Dai Cilik yang Bersinar

Intonasi nada yang tegas di setiap ucapan mengundang decak kagum seluruh audiens Festival Anak Sholeh Indonesia ke-VIII 2011 di Pendopo Universitas Sumatera Utara (USU), Rabu (23/3). Bagaimana tidak, karena semua itu datang dari Syifa Arikah Harahap yang bertubuh mungil.

INDRA JULI, MEDAN

Saat namanya disebut, gadis kecil yang serasi dengan baju kurung putih itu menemui ibunya untuk menjabat tangan serta menciumnya terlebih dahulu. Langkahnya pun tegas saat menaiki panggung mengambil mikrophone dan menyapa seluruh audiens dengan sebait pantun.

“Saudara-saudara pasti punya idola. Apakah idola Anda karena rupanya yang rupawan atau suaranya yang merdu? It’s no problem. Taukah Anda idola saya?” ucap putri Roni Alfiansyah Harahap dan Juli ini.

Naskah pidato bertemakan Muhammad SAW Idolaku pun dibawakan dengan fasih. Demikian pula gerakan tubuh yang menyempurnakan maksud dan tujuan dari naskah. Hanya saja waktunya yang singkat, yaitu tujuh menit tidak cukup untuk memperlihatkan aksi putri ketiga dari empat bersaudara ini seluruhnya.

Kepada Sumut Pos, Syifa yang merupakan siswi kelas IV Misguppi ini mengaku bila aksi yang dipertunjukkan merupakan hasil persiapan selama dua minggu. Meskipun begitu tidak sedikit pun terlihat rasa gugup sepanjang penampilannya. Aksi penutup yang dilakukan pun disambut aplaus dari audiens.

Syifa sudah menyukai kegiatan berpidato sejak duduk di Taman Kanak-kanak. Hal itu pun terus diasah dengan latihan yang konstan. Hasilnya ratusan piala diraih dari setiap kejuaraan yang digelar di Kota Medan. Seperti Juara I Pidato Dai Cilik yang digelar dalam rangka perayaan hari jadi H Anif di Masjid Al Musanif Cemara Asri belum lama ini.
Syifa yang bercita-cita menjadi ustadzah ini juga keluar sebagai Juara I di acara Ramadan Fair Piala Bupati Deli Serdang 2010 lalu. Juara I Pidato Dai Cilik di Merdeka Walk Medan 2010. Juara I MTQ Kota Medan, Juara I Busana Muslim Kota Medan, Baca Hafalan Surat yang dilaksanakan Pemuda Muslim Indonesia di Menteng VII 2010.
“Dia memang suka pidato. Kalau ada orang ceramah dia juga suka memperhatikan trus dicoba di rumah. Kalau piala sudah seratusan lebih ada di rumah,” ucap sang ibu, Juli.

Meskipun begitu, Syifa tetaplah anak-anak kebanyakan. Mereka masih suka dimanja dan akan kecewa bila ada keinginan yang tidak dipenuhi. Terlebih saat dirinya meraih prestasi yang membanggakan. Begitu juga Syifa yang suka minta dibelikan makanan setiap usai lomba.

Seperti usai tampil di FASI 2011 itu, Syifa langsung minta dibelikan ayam penyet kepada kedua orangtuanya yang setia menemani. Namun kali ini keinginan itu pun harus ditunda sementara mengingat hasil lomba belum lagi diumumkan. Uang hadiah yang diharapkan untuk memenuhi keinginannya pun belum terlihat.

Namun sesuai dengan kerudung putih yang dikenakan, Syifa pun memiliki hati yang putih. Tampaknya dirinya memahami penghasilan sang ayah sebagai anggota Satuan Polisi Pamong Praja di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Dirinya lalu mengalihkan perhatian dengan bermain balon bersama temannya.

“Dia memang suka minta makanan setiap habis tampil. Karena keinginan anak kita, kadang uang hadiah yang ada kita belanjakan beli ayam penyet kesukaannya. Yang penting Syifa nya senang dan lebih bersemangat. Di sekolah juga dia masuk 12 besar kok,” ucap sang ayah, Roni Alfiansyah Harahap.

Ya, Syifa Arikah Harahap masih berusia sembilan tahun duduk di kelas IV Misguppi namun sudah meraih banyak prestasi. Syifa pun bertekad menjadi wakil Kota Medan pada FASI 2011 tingkat Provinsi yang akan dilaksanakan Juli mendatang. Semoga sukses dai cilik dari Kota Medan. (*)

Ada Lubang di Pasar I

08126481xxx
informasi pak, tolong disampaikan ada lubang di dekat Pasar 1 Padang Bulan ada lubang galian tak ada tanda, sudah sering orang kecelakaan. Terima kasih dari Simon Petrus Munthe.

Akan Diperbaiki

Terimakasih informasinya, kami akan koordinasikan dengan Dinas Bina Marga Kota Medan terkait jalan berlobang ini. Sebab, kami di Pemko Medan komitmen melakukan pembangunan yang terbaik untuk infrastruktur Kota Medan. Kami akan tugaskan Dinas Bina Marga segera menurunkan petugas, khususnya armada yang bergerak setiap saat agar segera memperbaikinya.

Syaiful Bahri
Sekda Medan

Jangan Dibiarkan

Kerusakan jalan di Kota Medan belum juga bisa diperbaiki, padahal sebenarnya seluruh jalan di Kota Medan harus baik. Apabila tetap dibiarkan rusak, tanpa segera mungkin diperbaiki. Tentunya hal itu sia-sia saja.
Selanjutnya, kami sangat berharap kepada Pemko Medan untuk menerapkan pembangunan yang berkualitas, hal ini supaya fasilitas publik lebih baik di Kota Medan.

Saya tegaskan, di Kota Medan tidak ada orang yang boleh celaka akibat kerusakan fasilitas publik. Maka, dari itu setiap fasilitas publik harus dijaga dan tetap dipelihara.  Terimakasih.

Ikrimah Hamidy
Wakil Ketua DPRD Medan

Dana Beasiswa Bidikmisi

087868028xxx

Assalamualaikum kepada yth Bapak pembantu Rektor USU, kenapa sampai sekarang dana beasiswa Bidrikmisi belum juga tersalurkan kepada kami, padahal menurut peraturan dananya akan disalurkan awal bulan tolong penjelasannya Sumut Pos jaya trus.

Tunjukkan Jati Diri

Terimakasih laporannya,  kami jelaskan untuk dana beasiswa di USU ada yang diserahkan langsung ke rekening mahasiswa dan adapula diserahkan melalui rekening rektorat USU. Memang, bantuan beasiswa itu baru ada ada 2010. Kami, mohon diberikan tentang kejelasan jati dirinya, angkatan berapa dan program studi apa. Saya akan cek langsung.

Bisru Hafi
Kepala Humas USU

Ban Lepas, Sinar Sepadan Terbalik

SIMALUNGUN- Akibat ban belakang sebelah kanan lepas, bus CV Sinar Sepadan BK 7647 LT dengan nomor pintu 228 terbalik di kawasan Jalan Asahan Km 10-11, Bangun, Kecamatan Gunung Malela, Simalungun, Rabu (23/3).
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, sedangkan 14 orang penumpang bus selamat. Termasuk seorang bayi berusia 4 bulan yang ada di sana tidak ada mengalami luka. Namun orangtuanya terpaksa mengalami luka di pelipis mata dan pipi akibat berusaha melindungi  bayinya.

Informasi yang berhasil dihimpun dari lokasi kejadian menyebutkan, peristiwa bermula saat bus CV Sepadan berangkat dari Tanjung Balai menuju Pematangsiantar Rabu (23/3) sekira pukul 06.00 WIB. Setibanya di lokasi kejadian, saat semua penumpang terlelap tidur,  secara mendadak bus oleng dan tak terkendali.

Radisman Pasaribu (33) warga Nagori Semangat Dame mengatakan  supir bus yang mengetahui ban belakang mobilnya sudah lepas panik. Ia tak dapat mengendalikan kemudi. Dengan sangat terpaksa Radisman mengikuti arah ban yang tidak seimbang melaju dan akhirnya terguling serta terseret sejauh 100 meter dari lokasi lepas ban semula.(hez/smg)

2 Pegawai PU Tersangka, Namun Belum Ditahan

BINJAI- Kejaksaan Negeri (Kejari) Binjai, akhirnya menenatapkan dua tersangka pegawai Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Binjai terkait dugaan korupsi dana swakelola sebesar Rp3,3 miliar tahun 2010.
Keduanya adalah AB (Bendahara Proyek Pemeliharaan Jalan) dan Z (Bendahara Pemeliharaan Sungai, Drainase dan Gedung).

Menurut Kepala Seksi (Kasi) Tindak Pidana Khusus Kejari Binjai, FKJ Sembiring, keduanya ditetapkan sebagai tersangka Rabu (16/3) lalu, bertepatan saat Kejari Binjai menahan tiga tersangka korupsi proyek rumah tak layak huni.
Lebih jauh dikatakan FKJ Sembiring, kasus dugaan korupsi swakelola ini dibagi menjadi dua. AB mengerjakan proyek swakelola pemeliharaan jalan dan jembatan dengan anggaran Rp2 miliar, sementara Z mengerjakan proyek swakelola pemeliharaan sungai, drainase dan gedung, dengan anggaran Rp1,3 miliar. FKJ Sembiring menjelaskan, semua proyek yang dikerjaan kedua tersangka ini ada yang fiktif dan tidak sesuai bestek.(dan)

 

Lampu Jalan Rusak

0811614xxx

Kapada Yth  Bapak Kadis Pertamanan yang baru, saya mohon perhatiannya atas lampu jalan yang rusak khususnya di Jalan Periuk semua lampu jalannya sudah hampir 3 minggu padam. Terima kasih atas perhatian Bapak hormat saya Fransisca

Kami Perbaiki April

Terimakasih laporannya, kami catat sebagai daftar kerusakan, kemudian tim kami akan memantaunya dan selanjutnya dilakukan perbaikan. Apabila ada alat yang rusak, kami mohon maaf belum bisa dilakukan pemasangan alat baru. Lantaran, sampai saat ini kami masih proses lelang barang dan jasa. Kemungkinan April ini sudah bisa terlaksana perbaikan dan pergantian alat yang rusak. Terimakasih sarannya.

Erwin Lubis SH M Hum
Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan

Gedung Islamic Center Dipertanyakan

LANGKAT- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kabupaten Langkat, mendatangi kantor Bupati Langkat untuk menuntut janji Bupati Langkat Ngogesa Sitepu, Rabu (23/3).
Tuntutan para mahasiswa terkait dialihfungsikannya gedung Islamic Center di Jalan Proklamsi Stabat, sebagai tempat perkantoran dan sejumlah wadah di luar syiar Islam. Padahal sebelumnya, Bupati Langkat Ngogesa Sitepu berjanji akan memusatkan pengembangan dakwah Islam di gedung tersebut.

Guna menuntut janji bupati tadi, puluhan mahasiswa mendatangi kantor bupati dan ingin bertemu langsung dengan Ngogesa Sitepu, mempertanyakan keberadaan sejumlah kantor di gedung Islamic Center.
Tapi nyatanya, mahasiswa hanya dihadapkan kepada Sekdakab Langkat Surya Djahisa dan beberapa SKPD terkait. Alhasil, mahasiswa menuding, kalau Bupati Langkat Ngogesa Sitepu merupakan pejabat yang sangat sulit untuk ditemui oleh warganya sendiri.

“Kami ingin bertemu langsung dengan bupati, karena dari jauh-jauh hari, kami sudah buat surat pengajuan, kalau kami ingin bertemu bupati untuk mempertanyakan persoalan ini, tapi mengapa Bupati Langkat sangat sulit ditemui? kalau memang seperti itu, kami jadi tahu, beginilah sulitnya bertemu Bupati,” serang mahasiswa yang diketuai Selamat dihadapan Sekda.

Sekdakab Langkat Surya Djahisa berkilah, kalau tudingan mahasiswa sangat tidak beralasan, karena untuk bertemu bupati sangat mudah. Namun harus melalui mekanisme dan prosedur yang benar. (ndi)