26 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 15599

Cicit Pak Harto Ditangkap Bawa Sabu

Ibunya Pernah Ditangkap Kasus Serupa

JAKARTA-Perang narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) terus ditabuh. Setelah menangkap sejumlah artis, polisi kembali mengamankan sejumlah tokoh maupun orang penting yang tersangkut narkoba.

Kali ini, kasus narkoba menjerat Putri Aryanti Haryo Wibowo, cicit presiden Indonesia kedua, HM Soeharto. Putri Ari Sigit dan Raden Roro Gusti Maya Firanti Noer itu ditangkap Jumat (18/3) malam di Hotel Maharani, Mampang, Jakarta Selatan. Barang bukti untuk Putri adalah sabu 0,8 gram. Sejak itu anak Ari Sigit, cucu Soeharto tersebut menjalani pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya.

”Dari penangkapan Putri, barang buktinya 0,8 gram sabu. Dia cuma pemakai,” kata Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Pol Anjan Pramuka Putra, Minggu (20/3).

Selain Putri, ada 5 tersangka lainnya yang ditangkap termasuk perwira menengah Polri, AKBP ES. Total tangkapan polisi adalah 30 gram sabu dan 30 butir ekstasi.

”Benar, tapi masih dalam perkembangan, sabar saja,” kata Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Anjan P Putra melalui pesan singkat yang diterima wartawan koran ini, kemarin.

Putri Membantah

Putri Aryanti Haryowibowo menepis kepemilikan sabu yang dituduhkan polisi kepadanya. Menurut kuasa hukumnya, sabu 0,8 gram yang dijadikan barang bukti oleh polisi itu bukan milik Putri. ”Kami menyatakan 0,8 gram sabu itu bukan milik Putri,” kata kuasa hukum Putri, Sandy Arifin.

Sandy yakin, kliennya tidak bersalah. Penangkapan jaringan pengedar sabu itu menurutnya tidak ada keterkaitan dengan Putri. ”Tidak ada keterkaitan dengan Putri. Putri cuma ada di situ,” jelasnya.

Pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan terkait sabu yang ditemukan bersama Putri. Sandy terus mendampingi Putri. ”Jumat malam itu sampai Sabtu siang masih ditemani saya di Polda Metro,” jelasnya.
Meski ditangkap sejak Jumat (18/3), hingga kini keluarga Ari Sigit belum menjenguknya. ”Keluarga sejauh ini belum nengok,” kata Sandy Arifin.

Penangkapan Putri Aryanti Haryo Wibowo, memunculkan ingatan peristiwa 11 tahun silam. Saat itu ibu Putri, Raden Roro Gusti Maya Firanti Noer juga ditangkap karena kedapatan memakai sabu seberat 0,5 gram di Hotel Olympic, Jakarta Barat pada 22 Juni 2000.

Penangkapan Maya berawal dari seorang satpam hotel yang ia suruh membeli voucher XL sebesar Rp100.000. Maya memberikan dua lembar uang pecahan Rp50 ribu kepada satpam tersebut. Satpam tersebut kemudian membeli voucher XL tersebut ke salah satu toko di pertokoan Lokasari.

Satu dari dua lembar pecahan Rp 50 ribu tersebut diketahui palsu oleh penjaga toko di Lokasari. Penjaga toko tersebut kemudian mengejar satpam yang disuruh Maya itu dan memberitahukan kalau uang tersebut adalah palsu.
Saat itu ada polisi di sekitar lokasi. Duduk perkara pun dijelaskan. Ketiga pihak ini kemudian mendatangi Maya di parkiran Hotel Olympic. Saat diberitahukan kepada Maya bahwa uang itu palsu, Maya mengaku tak mengetahuinya. Polisi pun kemudian menggeledah tas Maya.

Di tas akhirnya ditemukan seperangkat alat menghisap sabu yakni dua lembar aluminium foil, kompor kecil, korek gas, bong kecil, tabung kaca, serta gunting kecil. Di laci dashboard mobil ditemukan bungkusan plastik kecil berisi sabu seberat 1 gram.

Maya akhirnya ditangkap dan menjalani sidang di pengadilan. Majelis hakim memvonis Maya dengan 8 bulan penjara pada 12 Oktober 2000. Tak hanya Maya, ayah Putri, Ari Sigit juga pernah diisukan sebagai raja narkoba di Indonesia dan nomor 2 se-Asia Tenggara.(bbs/net/jpnn)

Warga Medan Cemaskan Teror Bom Susulan

Kabid Humas Polda: Jangan Coba-coba Buat Teror

MEDAN-Sebagian masyarakat di Medan menjadi khawatir teror bom di Gereja Pentakosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Titi Papan, Kecamatan Medan Petisah, Sabtu (19/3) pagi. Yang ditakutkan masyarakat bila paket tersebut memang benar bom seperti yang terjadi di Pulau Jawa.

“Di Jawa saja belum terungkap kini di Medan masyarakat mulai resah,” kata Hendra Warga Jalan Pimpongn
Kecamatan Medan Kota, kemarin (20/3).

Hendra berharap polisi bekerja maksimal agar teror bom pada 2000 lalu tidak terulang. “Jangan lengah polisi, harus lebih berhati-hati. Bisa saja teror-teror itu merupakan peringatan kepada kita untuk lebih berhati-hati,” serunya.
Cici (28), warga Jalan Masjid, Kecamatan Medan Polonia ini mengharapkan pemerintah bias menenangkan masyarakat dari teror bom. “Walaupun teror itu pekerjaan orang iseng, saya harap segera ditangkap karena sudah meresahkan masyarakat,” sarannya.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hery Subiansauri menegaskan, orang-orang tertentu yang tak menginginkan kondusivitas Sumut terjaga, jangan coba-coba membuat teror. Sebab, pihak Kepolisian pasti akan melacak dan menangkapnya.

“Jangan coba-coba membuat teror supaya ketenangan masyarakat Sumut terganggu. Polisi pasti akan menangkapnya dan dia (pembuat teror-red) berarti telah melanggar hukum maka akan berhadapan dengan penegak hukum,” tegas Hery, kemarin.

Terkait peledakan bungkusan di GPPS di Jalan Titipapan, Hery menegaskan, bungkusan tersebut bukan berisi bom tetapi hanya aksesoris seperti lampu kecil kerlap-kerlip yang diduga aksesoris. Tetapi pihak Gegana Brimobdasu tetap meledakkannya, guna menghindari hal-hal terburuk yang bisa saja terjadi.

“Tindakan pihak gereja sudah benar. Jika ada benda mencurigakan atau yang tak diketahui isinya, jangan ambil tindakan sendiri. Sebaiknya hubungi Polisi agar segera ditangani,” imbuh Hery.
Meski bukan berisi bahan ledakan, tetapi Polisi tetap mencari siapa pemilik bungkusan tersebut atau siapa yang meletakkannya di situ serta apa motivasinya.

“Kita tidak berhenti sampai meledakkan bungkusan itu saja. Tetapi akan mencari pemilik atau yang meletakkan bungkusan itu,” tegasnya.

Disebutkan, situasi kondusif yang selama ini telah terjaga dengan baik di Sumut, hendaknya tetap terpelihara. Masyarakat juga diminta jangan terpancing isu-isu yang dihembuskan orang tak bertanggungjawab. Sebab, orang yang mengeluarkan isu tersebut pasti menarik keuntungan jika terjadi kekacauan.

Jika terjadi ancaman kekacauan di Sumut, sebut mantan Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) ini, sesungguhnya bukan hanya tanggungjawab Polisi semata Melainkan juga masyarakat. Karena itu pihaknya sangat berharap peran aktif seluruh warga untuk sama-sama menjaga keharmonisan.

Tetapi, katanya, masyarakat Sumut dikenal dengan semangat kebersamaan dan semakin digoyang oleh isu maka semakin erat persatuannya. “Karena itu, mari sama-sama kita jaga keharmonisan yang selama ini terjalin dengan baik,” pintanya.

Amatan wartawan koran ini, pengamanan khusus di sejumlah gereja belum dilakukan kepolisian. Seperti gereja HKBP Teladan di Jalan Teladan Medan. “Gak ada bang, biasa-biasa aja, lagian masalah teror bom inikan gak cuma digereja aja dimana pun bisa terjadi,” kata Sitanggang usai kebaktian di gereja tersebut.

Begitu juga di mall, mall atau tempat keramaian. Tidak ada penjagaan ekstra ketat yang dilakukan petugas kepolisiam.
Menurut Kabid Humas poldasu, Kombes Pol Heri Subiansaori Poldasu saat ini sedang melakukan langkah, yaitu persuasif, preventif dan represif dalam mengatasi aksi teror bom. “ Langkah terakhir adalah represif, bila menemukan benda-benda berbahaya kepada masyarakat diimbau untuk tidak melakukan langkah sendiri-sendiri. Tapi mengambil langkah bijak, diantaranya melaporkan kepada polisi terdekat. Atau silahkan saja langsung ke nomor saya 085222868686,” pintanya.(adl)

Utang Menumpuk, PDAM Naikkan Tarif

MEDAN- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi saat ini tengah dililit utang ke Bank Dunia sebesar Rp192 miliar. Diduga untuk menutupi utang tersebut, direksi PDAM yang dilantik Jumat, 11 Maret lalu, akan mengambil kebijakan tidak populer dengan menaikkan tarif air.

Humas PDAM Tirtanadi, Ir Delfi Yandri, membenarkan rencana tersebut. “Itu masih rencana. Rencana kenaikannya sendiri kemungkinan Bulan April mendatang. Namun, rencana itu masih akan menunggu persetujuan dari Gubsu. Kalau dari DPRD Sumut hanya sebatas konsultasi saja,” kata Delfi saat dikonfirmasi Sumut Pos, Minggu (20/3). Nilai kenaikan tarif saat ini masih dalam tahap  pengkajian.

“Masih akan mempertimbangkan beberapa hal, jadi rencana itu belum tentu juga jadi dilaksanakakan. Bisa-bisa batal. Kita lihat nanti lagi,” tambahnya.

Jika nantinya kenaikan tarif tersebut jadi dilaksanakan, Delfi berdalih, kenaikan ini yang pertama setelah lima tahun terakhir. “Terakhir tahun 2006 lalu dengan jumlah kenaikan sebesar 30 persen. Saat ini tarif masih Rp2.145 per meter kubik. Kalau tarif yang dipersyaratkan Kementerian Keungan kepada setiap PDAM secara nasional seharusnya sebesar Rp3 ribu per meter kubik. Tapi, kembali lagi kita belum bisa pastikan rencana kenaikan ini bisa terealisasi atau tidak,” sambungnya.

Apakah rencana kenaikan ini merupakan alternatif yang diambil untuk membayar hutang PDAM Tirtanadi kepada Bank Dunia sebesar Rp192 miliar?

Mengenai hal ini, Delfi menyatakan, Tirtanadi telah membayar hutang tepat waktu tanpa melewati waktu jatuh tempo. Artinya, tidak ada hubungannya antara rencana kenaikan tarif dengan masalah utang.
“Hutang itu adalah hutang jangka panjang sejak 2002 lalu. Dan Tirtanadi selalu membayar tanpa melewati batas jatuh tempo. Dan hutang itu juga adalah untuk pembangunan instalasi air 500 liter per detik di Limau Manis, dan beberapa proyek lainnya,” ungkapnya.

Bagaimana dengan persoalan adanya Sisa Lebih Anggaran (Silpa) sebesar Rp40 miliar?. Terkait hal itu, Delfi menjawab, Silpa itu disebabkan proses administrasi yang terlambat sehingga dana yang ada tidak bisa dicairkan dari Pemprovsu.

Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Sumut Hidayatullah kepada Sumut Pos menyatakan, melihat kualitas dewan pengawas yang tidak memahami manajemen air dan kualitas direksi yang dibawah standar, maka di kepala mereka hanya akan ada dua pilihan yaitu menaikan tarif dan merengek minta tambahan penyertaan modal. Itulah yang diketahui oleh Direksi Tirtanadi. Para direksi tidak akan peduli terhadap penderitaan sebagian besar pelanggan. Tirtanadi tidak punya kemampuan mengakses dana perbankan, apalagi dan murah. Direksi Tirtanadi tak akan mampu memperbaiki manajemen agar lebih efektif dan efisien. Tapi, yang lebih menarik lagi nantinya adalah sikap DPRD Sumut melalui Komisi C akan mendukung usulan seperti yang lalu-lalu dan PDAM Tirtanadi akan tetap saja semakin buruk kinerjanya.

“Saya berharap, gubernur dapat melakukan sesuatu yang objektif terhadap BUMD yang satu ini. Hal itu dapat dimulai dengan meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit menyeluruh sekaligus melakukan kajian ulang atas proses rekruitmen dewan pengawas dan dewan direksi,” tegas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PKS DPRD Sumut ini.

Terkait adanya utang Tirtandi ke Bank Dunia sebesar Rp192 miliar, Hidayatullah menganggap, Tirtanadi dalam keadaan yang gawat dan akut.

“Punya utang itu kan gawat namanya. Berarti menandakan ada yang salah. Ini juga menunjukkan manajemen dari Tirtanadi itu buruk. Dan itu juga menandakan adanya pemborosan,” tandas anggota DPRD Sumut yang kerap mengenakan baju koko ini.

Dengan kondisi yang memprihatinkan ini, lanjut Hidayatullah, juga tidak terlepas dari tidak terbukanya manajemen Tirtanadi. Sehingga, banyak kebocoran-kebocoran yang tidak terkontrol.

Hidayatullah juga menyatakan, keberadaan dewan pengawas Tirtanadi juga tidak terlepas dari peran serta atau yang memback up adalah orang-orang partai, yang juga duduk sebagai anggota DPRD Sumut. Saat ini juga, Tirtanadi sendiri tanpa dewan pengawas.

Hidayatullah juga mengatakan, proses pemilihan dan fit and profer test yang dilakukan terhadap Direksi PDAM Tirtanadi yang baru menjabat beberapa hari tersebut juga tidak menunjukkan kompetensi yang nyata. Nah,
“Pemilihannya Cuma cakap-cakap 10 sampai 15 menit, kemudian bisa dipilih 12 orang dari 52 calon yang ada. Ditambah lagi ketiadaannya dewan pengawas. Saya pikir semuanya perlu dikaji ulang. Pemprovsu harus membuat tim kajian, untuk mengkaji secara keseluruhan. Baik itu keberadaan dewan pengawas maupun proses seleksi Direksi Tirtanadi yang lalu, serta hal-hal lainnya,” katanya.

Sedangkan itu, Pengamat Kota Medan Rafriandi Nasution juga menyatakan, tidak etis jika Direksi PDAM Tirtanadi yang baru dilantik, langsung mengambil kebijakan sebelum adanya audit secara menyeluruh terhadap Direksi PDAM Tirtanadi yang lama. Karena, akan menjadi hal yang riskan, manakala ada kebijakan dari Direksi Tirtanadi baru sebelum adanya audit yang dilakukan terhadap Direksi Tirtanadi yang lama.

Keriskanan itu melihat, adanya jumlah hutang yang besar yang dimiliki Tirtanadi kepada Bank Dunia. “Seyogyanya manajemen baru menyampaikan kebijakan dan programnya setelah ada hasil audit misalnya dari BPK atau BPKP. Manajemen belum berhak menaikkan tarif,” ungkapnya.(ari)

Pernikahan Krisdayanti-Raul Lemos

Anang Tak Hadir, Putrinya Bawakan Cincin Nikah

Krisdayanti (KD) dan Raul Lemos akhirnya menikah kemarin (20/3). Seluruh anak mereka dari pasangan sebelumnya hadir dan menyaksikan ijab kabul. Tetapi, mengapa Anang Hermansyah (mantan suami KD) dan Sechah Salem Syagran (mantan istri Raul) tidak hadir?

M DINARSA KURNIAWAN, Jakarta

Krisdayanti langsung melambaikan tangan kanan ke arah para wartawan yang menunggunya untuk memberikan komentar. Itu terjadi kemarin pagi, setelah KD, panggilan akrab Krisdayanti, melangsungkan akad nikah. Tak lama berselang, perempuan 36 tahun tersebut menghampiri para pemburu berita sembari bergelayut mesra di lengan Raul yang telah resmi menjadi suaminya. Mengenakan pakaian berwarna senada kelabu keperakan rancangan Anne Avantie, mereka terlihat sangat mesra.

Pasangan Raul-KD melangsungkan akad nikah di Masjid Sahid Nurul Iman, Grand Sahid Hotel, Jakartan
pada pukul 09.00 WIB. Dalam acara itu, media dilarang meliput secara langsung. Media hanya bisa melihat prosesi tersebut dari monitor yang dipasang di luar masjid.

Akad nikah KD-Raul dipimpin Ketua KUA Tanah Abang Ashrof Syahroni. Hadir sebagai saksi dari pihak mempelai perempuan adalah mantan Wakil Presiden Try Sutrisno. Sedangkan saksi dari pihak mempelai lelaki adalah Arif Abdullah, ketua Komunitas Masyarakat Muslim Timor Leste.

Berdasar pantauan lewat layar kaca, terlihat wajah tegang KD dan Raul saat melakoni prosesi sakral tersebut. Ijab kabul dilakukan secara langsung oleh ayah KD, Trenggono. Setelah dinyatakan sah oleh para saksi dan orang-orang yang hadir di sana, raut kelegaan terpancar di wajah mereka berdua.

Raul pun menyerahkan maskawin berupa seperangkat alat salat kepada KD. Sesaat kemudian, seperti yang kerap didemonstrasikan oleh pasangan tersebut, mereka berciuman. Bibir KD dan Raul saling bertaut, lantas dipungkasi dengan mendaratnya kecupan Raul di kening KD.

“Saya bahagia karena sekarang kembali menjalani peran sebagai seorang istri. Lahir batin saya mencintai Raul. Insya Allah kami selalu bersama,” ungkap KD saat memberikan keterangan kepada pers, didampingi Raul dan kakaknya, Yuni Shara.

KD menambahkan bahwa dirinya sudah yakin memilih Raul sebagai pendamping hidup. Raul pun mengucap syukur setelah akhirnya resmi menyunting KD sebagai istri. Akan berbulan madu ke mana? Raul maupun KD tidak memberikan jawaban jelas. “Baiknya bulan madu ke mana?” celetuk Raul.

Setelah memberikan pernyataan singkat, mereka lalu memamerkan cincin yang melingkar di jari manis masing-masing serta menunjukkan buku nikah. Kemudian, lagi-lagi mereka memamerkan aksi ciuman.
Raul mencium bibir KD, diakhiri dengan kecupan di kening personel 3Diva itu. Kemudian, manten anyar tersebut masuk ke mobil Toyota Alphard berwarna hitam bersama Yuni dan meninggalkan kerumunan puluhan wartawan.
Resmi menyandang sebutan Ny Raul, sangat mungkin KD akan menanggalkan statusnya sebagai diva populer di Indonesia dan mengikuti sang suami yang menjadi pengusaha di Dili, Timor Leste. Dalam sejumlah kesempatan sebelumnya, KD pernah menyatakan hal tersebut.

Kemungkinan itu diperkuat oleh pernyataan Trenggono, ayah perempuan kelahiran Batu, Jawa Timur, 24 Maret 1975, tersebut. “Kalau dia harus ikut Raul tinggal di Dili, kami sudah ikhlas. Sebab, seharusnya istri memang mengikuti suami,” ungkap lelaki 69 tahun yang tinggal di Bali tersebut. “Orang tua hanya bisa memberikan restu agar mereka bahagia sampai kaken-ninen,” tambahnya.

Lalu, mengenai kakak KD, Yuni, yang juga dikabarkan bakal melangsungkan pernikahan, Trenggono berharap sang anak segera meresmikan hubungan dengan sang kekasih, Raffi Ahmad. Soal berapa anak yang diinginkan dari Raul, beberapa waktu lalu KD bilang hanya menginginkan seorang anak.

Akad nikah KD dan pujaan hatinya itu memang berkesan personal. Sebab, hanya keluarga dan sejumlah kerabat dekat yang terlibat langsung dalam prosesi itu. Selain Trenggono, hadir ibu KD, Rachma Widadiningsih.
Titania Aurelie Nurhermansyah dan Azriel Akbar Hermansyah, anak-anak KD dari pernikahan sebelumnya dengan Anang, juga tampak di sana. Bahkan, Aurel yang mulai merintis karir sebagai penyanyi tersebut didaulat menjadi pembawa cincin pernikahan. KD resmi berpisah dengan Anang pada 18 Agustus 2009.

Empat buah cinta Raul dengan istri terdahulu, Sechah Salem Syagran atau yang biasa dipanggil Atha, juga terlihat di antara para undangan. Selain itu, sejumlah selebriti menjadi tamu di acara tersebut. Di antaranya, Maia Estianty, Desy Ratnasari, Silvana Herman, Iis Dahlia, dan Alya Rohali.

Kendati demikian, Anang maupun Atha tidak hadir dalam prosesi tersebut. Menurut Aurel, Anang sakit flu. Sedangkan Atha memang tidak hadir. Aurel mengatakan bahwa dirinya bahagia karena akhirnya sang ibu kembali menemukan kebahagiaan.

“Pipi (panggilan Aurel untuk Anang, Red) datang waktu resepsi nanti (24 Maret di Hotel Mulia, Jakarta, Red). Kalau nanti Mimi (panggilan Aurel untuk KD, Red) pindah ke Dili, saya pasti kangen karena tidak bisa sering bertemu,” ujarnya. Dari beberapa kali pertemuan dengan Raul, menurut dia, lelaki yang berprofesi sebagai pengusaha itu adalah sosok yang baik.

Aurel berharap, pernikahan KD dengan Raul bisa mendatangkan kebahagiaan bagi keduanya. Dia juga menginginkan KD tidak meninggalkan karir sebagai penyanyi. Sebab, papar dia, ibunya itu adalah seorang diva besar yang sangat terkenal.

Yang dikatakan oleh Aurel memang beralasan. Buktinya, meski baru melangsungkan akad nikah, KD dan Raul sudah menjadi pusat perhatian. Resepsi nanti pasti lebih heboh.

Salah satu indikasinya, KD bakal mengenakan gaun rancangan Vera Wang, seorang desainer tenar dunia. Ribuan undangan juga bakal hadir pada acara itu. Tanggal yang dipilih pun istimewa. Yakni, tepat pada hari ulang tahun KD.
Peresmian ikatan cinta di antara KD dan Raul menjadi momen yang indah bagi mereka berdua. Mengingat, perjalanan cinta mereka berdua terus diiringi kontroversi. KD dikabarkan kali pertama berjumpa dengan Raul pada peringatan sepuluh tahun kemerdekaan Timor Leste, September 2009.

Saat itu mereka mulai dekat. Namun, kabar tersebut disangkal Atha yang saat itu masih menjadi istri Raul. Awalnya, Raul juga membantah kabar kedekatannya dengan KD. Tetapi, pesona sang diva, tampaknya, tidak mampu ditampik lelaki berkulit gelap dan berbadan tegap tersebut. Kepada KD, saat itu Raul mengatakan bahwa hubungannya dengan Atha sudah karam. Lalu, pada awal 2010, hubungan KD-Raul menjadi renggang. KD kala itu merasa tertipu karena Raul ternyata belum bercerai.

Namun kemudian, KD-lah yang tidak sanggup berpisah lama-lama dengan Raul. Juni tahun lalu, mereka dikabarkan kembali mesra. Setelah itu, mereka tampak tidak terpisahkan. Bahkan, mereka pernah memancing kontroversi karena berciuman mesra dalam sebuah konferensi pers, tepatnya Juli tahun lalu di Jakarta. Atha yang merasa suaminya direbut pun melawan sekuat tenaga serta mengancam menuntut KD dan Raul kalau sampai mereka menikah.

Kemarahan Atha juga membuat Yuni harus berurusan dengan hukum. Saat itu Yuni dituntut Atha karena perbuatan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik. Raul dan KD yang sudah dimabuk cinta tidak memedulikan Atha. Pun, niat Raul meminang KD malah semakin serius.

Atha akhirnya menyerah dan memenuhi keinginan Raul untuk bercerai. Proses perceraian itu dimulai pada September 2010 di Pengadilan Negeri Dili. Mereka resmi bercerai pada 21 Desember 2010 dengan hak pengasuhan anak jatuh kepada Atha. “Mama sudah ikhlas melepaskan papa. Jadi, sudah tidak ada masalah di antara mama dan papa,” beber Fariz Ricardo (23), anak pertama Raul dengan Atha. (c11/kum/jpnn)

Gamawan: Koruptor tak Pernah Tenang

Kepres Penonaktifan Syamsul Belum Terbit

JAKARTA-Pada setiap kesempatan bicara di depan para kepala daerah, Mendagri Gamawan Fauzi selalu mengingatkan agar mereka jangan coba-coba korupsi. Sabtu malam (19/3), saat membuka orientasi bupati/wali kota baru yang memenangkan pemilukada, lagi-lagi Gamawan menekankan hal itu.
Kali ini, mantan gubernur Sumbar itu lebih banyak menggunakan pendekatan agama dalam pidatonya lebih dari satu jam itu.

“Tidak mungkin Allah lebih sayang kepada koruptor dibanding kepada yang bukan koruptor. Hidup tidak akan tenang. Hidup itu yang penting tenang. Yang korupsi ada-ada saja, anak bisa sakit enam hari dalam seminggu,” ujar Gamawan serius. Para bupati/walikota baru beserta wakilnya akan menjalani penataran atau orientasi selama 20 hari, dari 19 Maret hingga 9 April 2011, di gedung Badan Diklat Kemendagri, Kalibata, Jakarta.
Masih dengan nada serius dan disimak para peserta, Gamawan mengingatkan bahwa Tuhan menyanyangi umatnya yang pandai bersyukur. Jika sudah menang pilkada dan menjadi kepala daerah tidak mensyukuri tapi malah korupsi, Tuhan akan marah.

“Tuhan marah kepada orang yang tidak bersyukur. Jika dulu staf sekarang jadi bupati, ya harus bersyukur,” ujar mantan Kabag Humas Pemprov Sumbar itu.

Selain mengingatkan dengan pendekatan agama, pria yang kemarin berangkat umroh itu juga menekankan pentingnya kepala daerah berhati-hati sebelum mengambil keputusan. Jika gegabah, bisa terjerat perkara korupsi. Sesibuk apa pun, lanjut Gamawan, kada tidak boleh asal tanda tangan di berkas yang disodorkan staf.
“Hati-hati masalah keuangan karena banyak jebakan, banyak salah tafsir. Kita sibuk, staf sodorkan, langsung tanda tangan. Eh, rupanya penunjukan langsung,” pesannya.

Dia meminta para bupati/wali kota agar membaca semua berkas yang disodorkan staf, sebelum diteken.
Jika sudah dibaca masih ragu, diminta konsultasi dulu dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). “Kalau ragu, minta pendapat BPKP,” cetusnya.

Gamawan juga mengingatkan agar para bupati/walikota yang baru, tidak terlena menuruti kepentingan sendiri dan kelompoknya. “Jangan rajin rapat dengan timses, pesta syukuran dengan timses. Saudara-saudara akan menyesal jika lima tahun ternyata tidak bisa berbuat apa-apa untuk rakyat,” tukasnya.

Sementara, terkait dengan nasib draf Kepres penonaktifan Gubernur Sumut Syamsul Arifin, hingga kemarin belum juga turun. Hanya saja, dipastikan sudah ada di meja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Belum. Tadi pagi kita kontak Setneg, sudah naik ke presiden. Kita juga minta Setneg untuk memprioritaskan ini,” terang Kapuspen Kemendagri, Reydonnyzar Moenek.

Hari ini, Senin (21/3), Syamsul untuk kedua kalinya akan duduk di kursi terdakwa di pengadilan tipikor. Agenda sidang hari ini adalah meminta keterangan saksi-saksi. (sam)

Suku Loyalis Makin Berani Mengkritik

Jordania, Terjepit Revolusi Arab dan Tekanan Internal

Kondisi perekonomia dan dugaan korupsi sang istri, Raja Abdullah II terpojok lantaran terlalu sibuk menjangkau Barat. Bagaimana nasib Jordania akan datang di tengah gejolak revolusi di kawasan sekitarnya?

DENGAN mata mendelik, kedua tentara bertopi kafiyeh merah mengibas-ngibaskan tangan ke arah Jawa Pos  (grup Sumut Pos) yang tengah bersiap memotret gerbang kediaman Ratu Noor di kawasan Zahran Street, Amman.
“Anda tidak boleh memotret di sini. Silakan pergi.” Begitulah kira-kira kata-kata dua pria kekar yang menjaga kediaman ibu tiri penguasa Jordania, Raja Abdullah II, dalam bahasa Arab sembari memeriksa kamera Jawa Pos.

Mereka bukan sembarang tentara, tetapi anggota pasukan elite Angkatan Bersenjata Jordania yang direkrut dari suku terbesar di Jordania yang terkenal tangguh, Bedouin. Karena loyalitas mereka, sepanjang sejarah Jordania, dari suku yang tersebar di berbagai penjuru gurun pasir di Jazirah Arab itulah pasukan pengawal raja dan keluarganya diambil.
Sebagai bentuk penghormatan, sebelum mengambil keputusan-keputusan penting, mendiang Raja Hussein, ayahanda Raja Abdullah, saat berkuasa selalu menyempatkan diri menyambangi wilayah hunian Bedouin terbesar di dekat kota kuno Petra. Lebih sering dilakukan untuk sosialisasi, tetapi tidak jarang pula guna penguatan legitimasi.

Itu menandakan betapa pentingnya posisi suku “peternak unta (demikian Bedouin dulu lebih dikenal, Red)” dalam konstelasi politik Jordania. “Hubungan kami dengan kerajaan itu kira-kira begini, kami ini selalu mendukung apa pun keputusan kerajaan. Dengan dukungan kami, apa pun keputusan kerajaan selalu bisa diterima seluruh elemen masyarakat Jordania,” kata Sameer Wahab, seorang warga Bedouin yang kini menetap di Amman.

Dengan latar belakang hubungan itu, tidak mengherankan kalau Jordania geger, Februari lalu sejumlah tokoh Bedouin melayangkan kritik terbuka kepada Ratu Rania, sekaligus menyindir Raja Abdullah. Lewat pernyataan bersama 36 tokoh, Rania dituding korup karena menjadi otak penghadiahan tanah “konsesi” yang selama ini diberikan kerajaan ke suku-suku pendukung kepada keluarga Al Yassin, keluarga asal Rania. Adapun Abdullah diminta tegas mengingatkan sang permaisuri yang keturunan Palestina tersebut.

Itu merupakan “serangan” pertama suku loyalis tersebut kepada kekuasaan monarki sepanjang sejarah negeri berpenduduk sekitar 6,4 juta jiwa itu. Hal itu juga menempatkan Raja Abdullah dalam posisi sulit dan terjepit.
Sebab, sebelumnya, raja berdarah Inggris itu sudah harus memecat Perdana Menteri Samir Rifai per 1 Februari karena desakan demonstrasi yang mulai menjalar tidak lama setelah Husni Mubarak tumbang di Mesir. Namun, sang pengganti, Marouf Al Bakhit, ternyata juga tidak sepenuhnya diterima karena dianggap konservatif dan antidemokrasi.  Akibatnya, aksi jalanan yang melibatkan pemuda, mahasiswa, serikat buruh, hingga para ulama tersebut terus berlangsung hingga sekarang. Terutama setelah salat Jumat.

Tidak semata soal pengangguran, kemiskinan, dan korupsi yang merupakan perkara laten di Jordania. Kewenangan raja yang dahulu merupakan isu tabu kini diteriakkan agar dibatasi. “Ibaratnya, kotak pandora kini telah terbuka. Semua orang menjadi tidak takut lagi untuk bersuara,” kata Randa Habib, jurnalis senior yang sejak 1987 menjadi kepala Biro Kantor Berita AFP di Amman.

Memang, belum ada yang meminta bentuk negara diubah menjadi republik seperti yang kini menjadi topik usungan demonstran di Bahrain. Itu berarti Abdullah belum akan bernasib seperti Zine Abidin Ben Ali di Tunisia dan Mubarak di Mesir yang sudah terguling, serta Ali Abdullah Saleh di Yaman dan Muammar Kadhafi di Libya yang tengah berjuang mati-matian mempertahankan kursi.

Tetapi, kalau pengangguran yang mencapai 25 persen (versi sumber independen, sedangkan versi pemerintah hanya 14,3 persen) dan kemiskinan yang tercatat 31 persen (versi pemerintah hanya 14,7 persen) tidak segera diatasi, tidak ada yang bisa menjamin posisi Abdullah bakal seterusnya aman. Apa lagi Jordania, yang tak punya sumber daya alam, masih harus menanggung utang luar negeri dolar US 5,2 miliar. Bahkan, Abdullah kerap lebih memilih mendatangi calon investor di luar negeri ketimbang menghadiri konferensi regional.

Buntutnya, ekonomi memang bergerak. Infrastruktur dibangun di mana-mana untuk memuluskan langkah Jordania menjadi pusat layanan jasa di Timur Tengah. Namun, bukannya tanpa risiko.  Upaya Abdullah meliberalkan sepenuhnya perekonomian harus dibayar dengan dicabutnya sejumlah subsidi yang selama ini justru menopang kehidupan rakyat menengah ke bawah. Itu yang memicu keresahan karena roti dan bahan bakar menjadi mahal.
Munculnya pemogokan menuntut perbaikan kesejahteraan bergantian terjadi dalam tiga pekan terakhir.

Mulai pekerja perusahaan listrik negara, sopir angkutan umum, hingga dokter. “Bagaimana kami bisa bekerja dengan tenang kalau setiap bulan kami masalah keuangan,” kata Serikat Dokter Jordania dalam rilis resminya sebelum memulai pemogokan di Amman pada Minggu lalu (13/3).   Seorang dokter pegawai negeri di Jordania rata-rata hanya bergaji sekitar 500 dinar (1 dinar sekitar Rp 12.300) dengan hitungan harga bensin per liter 5 dinar itu.
Jordania adalah negeri yang 92 persen penduduknya muslim. Hampir 40 persen di antaranya merupakan pengungsi atau keturunan pengungsi dari Palestina dan Iraq.(c4/ttg/jpnn)

Negara Rahmat dan Kutukan

MANTAN Perdana Menteri Jordania, Wasfi El-Tall pernah menyebut posisi geografi negerinya sebagai rahmat sekaligus kutukan. Rahmat karena letaknya, menjadi negeri penghubung yang penting bagi negara-negara sekitarnya. Namun, menjadi kutukan karena posisinya, negeri monarki konstitusional terbebani pengungsian.

Kini rahmat itu belum sepenuhnya dirasakan Jordania. Mereka masih kalah oleh Dubai sebagai terminal pengoneksi dunia dengan Timur Tengah atau Jazirah Arab. Tetapi, sebaliknya, kutukan sudah tidak lagi menjadi sekadar beban, melainkan telah berubah menjadi masalah.

Banyak warga Jordania yang cemas kalau negara mereka bakal menjadi negara pengganti bagi warga Palestina “seperti yang diduga diskenariokan Israel dan Amerika Serikat. Sebuah kecemasan yang beralasan karena Israel terbukti terus membangun permukiman baru di Jerusalem dan tidak henti mendesak Hamas keluar dari Jalur Gaza.
“Saya kira masalah (imigran) ini tidak disampaikan orang-orang di sekitar raja kepada raja. Padahal, ini sudah sedemikian buruk,” kata Ali Habashneh, mantan jenderal yang kini memegang badan pensiunan tentara, dalam sebuah wawancara dengan The Independent.

Wajar kalau Habashneh menggunakan terminologi “memburuk”. Sebab, di antara 6,4 juta penduduk Jordan, 2 juta orang adalah warga Palestina. Di luar itu, masih ada 850 ribu warga Palestina yang mendapatkan kewarganegaraan secara ilegal. Sebanyak 950 ribu lainnya berasal dari Tepi Barat Sungai Jordan “sungai yang memisahkan Jordania dengan Palestina yang dikuasai Israel” yang berdiam di Jordania, tetapi tetap dengan kewarganegaraan Palestina. Sedangkan 300 ribu lainnya datang dari Gaza. Itu semua belum termasuk pendatang dari Iraq.

Mereka itulah yang turut memperebutkan kue perekonomian Jordania di level menengah ke bawah. Akibatnya, lowongan pekerjaan makin langka, pengangguran pun semakin banyak. Karena tingginya kebutuhan, properti menjadi sangat mahal. Terutama yang berada di tengah Kota Amman. Warga pun terdesak tinggal di pinggiran. Padahal, sistem transportasi Jordania dikenal tua dan lambat.

Posisi-posisi penting di lingkar dalam pemerintahan pun mulai dikangkangi keturunan Palestina. Salah satu di antara mereka adalah Bassem Awdallah. Dia pernah menjadi tangan kanan raja hingga 2007. Semua itu akhirnya berbuntut pada sentimen negatif di bawah permukaan antara warga Jordania “asli” dan keturunan Palestina. Di atas permukaan, mereka selalu mengaku bersaudara. Tetapi, secara bisik-bisik, kebencian itu terasa sekali.

“Apa yang saya bilang, hati-hati dengan warga Palestina. Mereka suka mengambil keuntungan dengan menghalalkan segala cara,” kata seorang rekan warga Jordania ketika Jawa Pos bercerita tentang upaya penipuan yang dilakukan seorang warga keturunan Palestina yang bekerja sebagai makelar visa. (c4/ttg/jpnn)

Dulu Tak Boleh Kritik, Kini Bisa Menyuruh

Konflik di Libya ternyata menyadarkan para penguasa di kawasan Arab dan Timur Tengah. Setelah Presiden Syria Bashar Al-Assad menyerukan kepada para kolega agar lebih mau mendengarkan dan menyerap aspirasi rakyat, hal serupa disuarakan pemimpin Jordania yang tengah terjepit, Raja Abdullah II.

Dalam pernyataan resmi dari istana yang juga diterima Jawa Pos berkat perantaraan seorang teman di kantor berita Jordania Petra, Abdullah menegaskan perlunya reformasi politik. “Undang-Undang Pemilu dan Undang-Undang Kepartaian harus ditinjau ulang agar bisa memenuhi konsensus semua lapisan masyarakat,” kata Abdullah dalam pertemuan dengan para petinggi partai di Amman.

Untuk itu, Abdullah mengagendakan dialog nasional dengan semua kalangan. Itu dilakukan agar semua kepentingan elemen masyarakat terwakili. “Kita harus memulai fase baru dan tak perlu takut karenanya,” kata pengganti sang ayah, mendiang Raja Hussein, tersebut.

Apa yang disuarakan Abdullah barangkali isyarat keterbukaan paling terang benderang dari seorang pemimpin di kawasan Arab dan Timur. Yang lain memang setuju melakukan sejumlah perubahan menyusul revolusi di Tunisia dan Mesir yang sukses mengulingkan diktator di kedua negara tersebut. Tapi, mereka masih tampak malu-malu dan belum jelas formulanya.

Bentuk keterbukaan lain yang ditawarkan rezim berkuasa di Jordania adalah dalam bentuk akun Facebook. Si ratu Jordania yang jelita, Ratu Rania, sudah lama punya akun di jejaring sosial paling digemari di dunia itu. Juga di Twitter.

Di kedua akun pribadinya itu, Rania rutin menuliskan berbagai aktivitas serta keprihatinan atau dukungannya terhadap sejumlah hal. ?Hentikan pembunuhan kepada rakyat Libya,? tulisnya di Twitter pekan lalu saat rezim Moammar Khadafi kian brutal menghadapi perlawanan rakyat Libya.

Lewat Facebook pula, siapa saja bisa menyampaikan keluhan langsung kepada raja atau ratu. Atau mungkin permintaan agar menindak aparat yang tak beres bekerja. Semuanya itu termasuk kemajuan luar biasa. Sebab, dulu, jangankan ?menyuruh,? sekadar mengkritik raja di muka umum bisa berbuntut penjara tiga tahun.
Kaum oposisi pun menyambut baik tawaran keterbukaan dari istana itu. Meski belum sepenuhnya menjawab tuntutan mereka, setidaknya itu sudah sejalan dengan yang mereka suarakan.

“Raja memang harus melakukan perubahan kalau tidak ingin revolusi di negeri ini kian membesar,” kata Hamza Mansour, ketua Partai Aksi Front Islam, kelompok oposisi terbesar di Jordania, yang juga punya akun Facebook itu. (c2/ttg/jpnn)

Hanya Mau Meneror Saja

Biaya Satu Bom Buku Cukup Rp100 Ribu

Banyak tanggapan atas teror bom buku yang belakangan merebak. Namun, pernyataan pengamat intelijen
Dynno Chressbon ampaknya menarik disimak. Pasalnya, dia mengungkapkan,
materi bom jenis ini, banyak ditemukan di Ambon dan Poso.

Selain itu, menurut Dynno, materi dan bentuk rakitan bom dalam bentuk kiriman paket buku adalah jenis bom booby trap atau bom jebakan. “Bom jenis ini juga sudah diproduksi sekaligus sesuai jumlah target sasaran. Jadi mereka tidak akan membuat bom sambil lari” katanya akhir pekan lalu. Karenanya, Dynno menduga, bom-bom itu telah tersedia dan mungkin telah terkirim kepada masing-masing sasaran.

Khusus materi bom booby trap atau bom jebakan, biasanya dibuat dalam berbagai bentuk. Di Ambon dan Poso, bentuknya bisa diubah menjadi bom senter, bom termos dan bom petromak.

Bom senter biasanya diletakkan di jalanan dalam kondisi senter menyala. Bom akan meledak jika senter dimatikan. Atau sebaliknya, dalam kondisi padam saat dinyalakan bom itu meledak. Demikian juga bom jebakan dalam bentuk termos dan petromak.

Kelompok yang kerap menggunakan bom jenis ini, menurut Dynno adalah kelompok Abdullah Sonata. Sonata menjadi pimpinan kelompok Jihad di Ambon dan Posso. Abdullah juga disinyalir menjadi pimpinan pelatihan di Pegunungan Jantho Aceh.

Di sisi lain, pelaku bom buku diduga tidak mempunyai modal yang kuat untuk menebar teror di masyarakat. Karena itu pelaku menggunakan bom buku yang memang mengeluarkan biaya murah hanya Rp100 ribu. “Mereka cuma mau meneror saja. Itu biayanya nggak sampai Rp100 ribu. Karena itu kan bom low explosive,” kata mantan kombatan Afghanistan Farihin, Minggu (20/3).

Farihin mengatakan, rakitan bom buku tersebut merupakan persedian lama jaringan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Tujuan jaringan ini menebar teror tidak ada kaitannya dengan memberi kode kepada pemberi modal untuk berjihad di Indonesia.

“Oh tidak. Nggak gitu. Itu sudah terputus (dengan pemodal luar). Karena ada kesempatan saja berbuat itu,” ungkapnya.

Mulai Selasa 15 Maret 2011, teror bom mengancam di beberapa wilayah Jakarta. Bom pertama yakni paket bom buku untuk Ulil Abshar Abdalla.

Bom ini juga melukai 4 orang, salah satunya Kasat Rekrim Polres Jakarta Timur Kompol Dodi Rahmawan. Kompol Dodi bahkan harus kehilangan lengan kirinya karena terkena bom buku tersebut.
Selain bom buku untuk Ulil, bom buku juga diterima oleh Kalakhar BNN, Gories Mere dan Ketum PP Japto Soerjosoemarno, Ahmad Dhani, dan lainnya.

Dampak dari rangkaian teror tersebut aadalah rasa cemas dan curiga masyarat terhadap barang-barang tergeletak yang tidak mereka kenal, seperti yang terjadi sepanjang Sabtu (20/3).  Laporan temuan bungkusan mencurigakan muncul di Medan, Denpasar, Makassar dan Jakarta.

Setelah bungkusan tersebut diledakkan oleh polisi diketahui isinya sama sekali bukan benda berbahaya, yaitu hiasan pohon natal, alat pertukangan, boneka dan sepatu.

Menurut Koordiantor Kontras, Haris Azhar, efek dari teror bom buku yang ternyata murah itu adalah sangat besar. Ya, meski paket bom ditujukan ke individu, namun aksi teror itu lebih bertujuan untuk menciptakan ketakutan kolektif.

Tujuan itu mudah dicapai lantaran aparat keamanan tidak maksimal menjalankan tugasnya. “Siapa pun pelakunya pasti ingin menciptakan ketakutan, kita terus melawan rasa takut itu,” katanya. (bbs/jpnn)

Masyarakat Jangan Takut

Rentetan aksi teror bom yang dilakukan orang-orang tidak bertanggung jawab belakangan ini setidaknya akan bisa mengalihkan isu dan persoalan bangsa yang seharusnya menjadi perhatian lebih oleh masyarakat. Hal ini diyakini beberapa kalangan.

Setidaknya soal pengalihan isu ini diungkapkan oleh Franz Magnis-Suseno di sela-sela acara ulang tahun ke-13 Kontras di Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, siang ini, Minggu (20/3). “Saya belum bisa mengatakan siapa pelaku (teror bom) ini, masih ada beberapa macam kemungkinan. Tidak terlalu jelas pesan yang disampaikan, targetnya bukan suatu kelompok tertentu. Tapi tentunya ini berhasil mengalihkan perhatian,” ujar tokoh lintas agama tersebut. Romo Magnis, demikian ia akrab disapa, mengingatkan, sebaiknya masyarakat tidak perlu takut atas teror yang dilakukan orang-orang pengecut tersebut. Karena, terang rohaniawan Katolik ini, kalau masyarakat takut atau resah, berarti tujuan peneror tercapai.”Namun di satu sisi, kita harus terus waspada dan berhati-hati,” kata Gurubesar Ilmu Filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarikara ini.

Selain soal pengalihan isu, anggota Dewan Syuro PKB, Maman Kholilurrahman Ahmad jug menekankan teror bom tersebut juga bisa muncul karena adanya ketidaktegasan pemerintah. Karena itu, sejatinya aksi teror bom buku mungkin saja dilancarkan oleh kelompok keagamaan radikal yang memiliki pandangan keagamaan yang sempit. “Pemerintah tidak tegas dan tidak bisa mengontrol. Pemerintah bicara tapi tidak sampai ke bawah. Hal-hal seperti itu (radikalisme agama) hanya dianggap sebagai lelucon saja,” ujarnya saat diskusi bertajuk “Teror Wikileaks dan Teror Bom Mengguncang Stabilitas Negara: Fakta Kagagalan dan Kebohongan Presiden SBY” di Doekoen Caffe, Jakarta, Minggu (20/3).

Senada dengan Gus Maman, Koordiantor Kontras Haris Azhar, mengatakan teror bom yang marak terjadi belakangan ini menunjukkan pemerintah tidak mampu melindungi dan menciptakan rasa aman bagi masyarakat. Teror ini secara tidak langsung menutupi isu yang sedang berkembang pada masyarakat. “Kami sudah lelah dengan isu kekerasan semacam ini,” kata Haris Azhar di kantornya, Minggu (20/3).

Haris menegaskan, bahwa dalam menanggulangi aksi-aksi kekerasan, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Karena itu, dia meminta, pemerintah melibatkan masyarakat dalam pemberantasan aksi kekerasan tersebut. (zul/ono/jpnn)

Membuka Diri dengan Masyarakat

Suasana meriah tampak di halaman SMA Negeri 2 Medan, Minggu (20/3). Soalnya, di sekolah milik Pemko Medan itu digelar gerak jalan santai sekaligus aneka macam perlombaan yang diikuti guru dan masyarakat se- Kecamatan Medan Polonia.

Kepala SMA Negeri 2 Medan, Drs Abdu Siregar mengatakan, sebenarnya SMA Negeri 2 Medan hanya sebagai penyedia tempat. Sementara pelaksana kegiatan adalah pihak Kecamatan Medan Polonia. “Tetapi, sebenarnya bisa dikatakan bekerjasama, sebagai bukti kekompakan antara sekolah dengan aparat pemerintahan di kecamatan,” ungkap Abdu.

Mantan kepala SMA Negeri 7 Medan ini menjelaskan, di tingkat siswa, SMA Negeri 2 Medan melibatkan utusan dari Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka dan Paskibra untuk mengikuti gerak jalan. Para siswa itu berbaur dengan masyarakat luas yang menjadi peserta gerak jalan. Sementara itu, guu-guru SMA Negeri 2 Medan dilibatkan untuk mengikuti lomba memasak nasi goreng, tarik tambang dan karaoke.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, sambung Abdu hari libur siswa dan guru bisa diisi dengan kegiatan bermanfaat. “Selain suasana hiburan, kegiatan keolahragaan juga bisa didapatkan guru dan siswa. Apalagi untuk kalangan guru diperbolehkan membawa anggota keluarganya,” tutur Abdu.

Pria yang mengenakan kaca mata ini juga menjelaskan, di kepemimpinannya Abdu berusaha untuk membuka diri dengan siapa saja, terutama bagi warga sekitar sekolah.

Sebab, SMA Negeri 2 Medan merupakan bagian dari masyarakat yang tidak bisa dipisahkan. “Kegiatan kali ini saja contohnya. Kita istilahnya jemput bola, agar kegiatan ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Medan. Dengan demikian masyarakat sekitar dan aparat kecamatan akan merasa memiliki sekolah ini,” ungkapnya. (dra)
Dengan demikian sambung Abdu, maka akan timbul sikap saling menjaga dan merawat sekolah ini dengan sebaik-baiknya.

Sementara itu, pelaksanaan berbagai lomba berlangsung meriah. Camat Medan Polonia Ali Nafiah terlihat berbaur dengan masyarakat dan warga sekolah. Acara itu juga dimeriahkan dengan hiburan dan kegiatan dipadu MC dari atas panggung yang telah disediakan.(dra)