KARO, SUMUTPOS.CO – Sekretaris Daerah Kabupaten Karo, Kamperas mengajak Pers untuk menyosialisasikan larangan mudik Lebaran 2021. Kamperas mengimbau warga di Kabupaten Karo, melaksanakan mudik virtual dan mematuhi protokol kesehatan (Prokes) dalam melaksanakan ibadah Ramadan 1442 Hijriah dan perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah.
Ilustrasi larangan mudik.
Ditegaskannya, Pemkab Karo terus berupaya menekan kasus Covid-19. Tidak bisa kita sukseskan pelarangan (peniadaan) mudik ini bila kita tidak bersama dan saling mendukung menyebarkan informasi. Karena ini tak bisa dikerjakan sendiri, dan wartawan adalah salah satunya petugas cipta kondisi yang sesungguhnya,” ujar Kamperas Terkelin Brahmana didampingi Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekdakab Karo Frans Leonardo Surbakti, kepada wartawan, Kamis (6/5).
Menyoal Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1442Hijriah, Sekda Karo mengingatkan agar dilaksanakan dengan menaati Surat Edaran Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2021 tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri Tahun 1442 H.
Kamperas menekankan, agar organisasi perangkat daerah (OPD) Kabupaten Karo memperketat mobilitas kendaraan umum dan pribadi di pintu masuk dan keluar Kabupaten Karo sebagaimana Surat Edaran Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13 tahun 2021 tentang Larangan Mudik Hari Raya Idul Fitri dan Pengendalian Covid-19 Selama Bulan Suci Ramadan 1442 H.
“Agar melaksanakan pengetatan dalam memberikan persyaratan bagi masyarakat untuk melakukan perjalanan keluar kota, dan juga meningkatkan optimalisasi fungsi posko Covid-19 dengan lemah lembut dan santun sesuai dengan etika budaya Karo di Pospam yang sudah ditentukan,” tegasnya.
Kabag Humas dan Protokol Sekdakab Karo Frans Leonardo Surbakti mengatakan, dengan sinergisitas yang baik antara Pemda Karo dengan wartawan akan lebih mempercepat terwujudnya visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Karo. “Jangan dulu mudik, kalau kangen dengan keluarga bisa melalui telepon ataupun video call. Lebih baik mudik melalui online, selain irit biaya terhindar virus pandemi. Tetap patuhi anjuran protokol kesehatan, pakai masker, rajin cuci tangan, jaga jarak serta hindari kerumunan,” kata Leo. (deo)
PENJELASAN: Kalapas Binjai, Maju Siburian memberikan penjelasan kepada Kakanwil Kemenkumham Sumut, Imam Suyudi terkait pelayanan publik.teddy akbari/sumut pos.
BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumut, Imam Suyudi mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Kelurahan Limau Mungkur, Binjai Barat, Sabtu (8/5). Dia datang didampingi Kepala Divisi Pemasyarakatan, Anak Agung Gede Krisna, memberi pujian terhadap pelayanan publik Lapas Binjai, setiba di lokasi.
PENJELASAN: Kalapas Binjai, Maju Siburian memberikan penjelasan kepada Kakanwil Kemenkumham Sumut, Imam Suyudi terkait pelayanan publik.teddy akbari/sumut pos.
Kedatangan Kakanwil disambut Kalapas Binjai, Maju Siburian dan jajaran. Kedatangan Kakanwil dan rombongan dalam rangka melihat sekaligus melakukan monitoring lingkungan perkantoran, blok hunian, program pembinaan hingga kondisi kamtib di Lapas Binjai.
“Bayangan saya pertama, Lapas Binjai tidak seperti ini. Ternyata, luar biasa,” kata Kakanwil usai melihat seisi Lapas Binjai.
Dia pun mengapresiasi Kalapas Binjai dan jajaran. “Begitu masuk di depan, banyak hal-hal baru yang menarik perhatian. Dan memberi ruang gerak yang sangat cukup bagi pengunjung,” beber dia.
“Ini sebagai tanda diawal saja. Di depan saja, layanan Lapas Binjai sudsh memperhatikan layanan kepada masyarakat. Tetap semangat, pertahankan yang baik ini,” seru Kakanwil.
Imam merasa puas usai berkeliling Lapas Binjai. “Lingkungan kantor dan blok hunian bersih dan terawat, pejabat petugas PAM, JFT dan JFU siaga, kegiatan pembinaan berjalan lancar,” ujar dia.
Begitu juga dengan wargabinaan. Kata dia, Lapas Binjai terus membuat kegiatan positif. Misalnya, program rehabilitasi wargabinaan, program pembinaan kemandirian bersertifikat, pembinaan band dan pramuka.
Karenanya, seru dia, Lapas Binjai dinilai mendukung percepatan pemenuhan hak-hak wargabinaan. Kakanwil juga melihat fasilitas layanan self service wargabinaan pada pojok Informasi Lapas Binjai, persisnya di ruang kunjungan depan. (ted)
PELETAKAN BATU PERTAMA: Wali Kota Binjai, H Amir Hamzah saat melakukan peletakan batu pertama pembangunan desa wisata di Kelurahan Cengkehturi, Binjai Utara.
BINJAI, SUMUTPOS.CO – Wali Kota Binjai, H Amir Hamzah mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama pemerintah menata Kota Binjai, agar dapat menarik minat wisatawan. Baik itu lokal maupun internasional.
PELETAKAN BATU PERTAMA: Wali Kota Binjai, H Amir Hamzah saat melakukan peletakan batu pertama pembangunan desa wisata di Kelurahan Cengkehturi, Binjai Utara.
“Berikan kesan dan citra positif, sehingga mereka yang telah berkunjung ke kota ini akan selalu berkeinginan untuk datang kembali,”kata Amir saat peletakan batu pertama pembangunan desa wisata di Kelurahan Cengkehturi, Binjai Utara, belum lama ini.
Amir mengatakan, kawasan ini nantinya akan menjadi destinasi wisata terbaru di Kota Binjai. Dengan adanya destinasi wisata ini, diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
“Buat pengunjung merasa nyaman berada di sini, dengan sendirinya perekonomian masyarakat sekitarnya akan membaik. Dan akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung kembali,” kata Amir.
Penggagas kawasan ini Ide Ahmadi. Dia mengatakan, ada tiga destinasi di desa wisata tersebut. Yakni mencakup agro wisata, UMKM foodmarket dan kuliner.
“Tujuan pembangunan ini salah satunya untuk memberi ruang bagi anak-anak muda berkreasi, berbisnis sambil menikmati pemandangan sekitar dan nantinya kita akan berkontribusi dengan UMKM Kota Binjai,” tukasnya. (ted/han)
SURVEI: Direktur PDAM Tirta Wampu Langkat, Herman Sukandar bersama perwakilan PT MTT, melakukan survei titik koordinat untuk pembangunan Boster penampungan air bersih.ILYAS EFFENDaY/ SUMUT POS .
LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Untuk meningkatkan sarana dan prasarana air bersih, Dirut PDAM Tirta Wampu, Herman Sukandar akan membangun Boster (alat penampungan air bersih).
SURVEI: Direktur PDAM Tirta Wampu Langkat, Herman Sukandar bersama perwakilan PT MTT, melakukan survei titik koordinat untuk pembangunan Boster penampungan air bersih.ILYAS EFFENDaY/ SUMUT POS .
Dijelaskan Herman, rencana pembangunan Boster tersebut segera direalisasikan setelah berhasil negosiasi dengan pinjam pakai lahan HGU milik PT Mirabilis Tunggal Tualang (PT.MTT) seluas 30X30 M2.
“Alhamdulillah PT. MTT telah menyepakati usulan kita ini,” ungkap Herman di ruang kerjanya, Kantor PDAM Tirta Wampu, Stabat, Jumat (7/5).
Dikatakan Herman, lahan yang dipinjamkan untuk pembangunan Boster penampungan air yang akan disalurkan kepada warga di Kecamatan Pangkalan Susu dan Besitang.
“Upaya ini sesuai instruksi Bupati Langkat Terbit Rencana PA, yakni masyarakat Langkat dipelosok desa harus mendapatkan fasilitas air bersih dengan baik,”bilang Herman.
Herman menambahkan, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum PT MTT memberikan lahannya untuk dipinjam pakaikan. Di antaranya, melakukan perpindahan lokasi dari titik koordinat awal yang dimohonkan N4.00.659.E98.11.955 ke titik kordinat baru N=4.012899 E=98.199225. Serta PDAM bersedia memberikan discount untuk pemasangan fasilitas saluran air bersih di perumahan kebun PT.MTT.
“Kita sepakat, titik koordinat juga sudah ditetapkan dengan melakukan join survei. Jadi tinggal menunggu proses selesainya pembangunan, Boster langsung dioperasikan tahun ini,” kata Herman.
Sementara Direktur PT MTT, Paul BM Siahaan, mengatakan pada prinsipnya PT MTT mendukung program pemerintah untuk percepatan pelayanan air bersih di Kecamatan Besitang dan sekitarnya. Jadi permohonan dari PDAM diterima, dan perjanjian yang disepakati telah sesuai berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.(yas/han)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah tinggal beberapa hari lagi, namun guru-guru SMA/sederajat di Sumatera Utara (Sumut) belum menerima tunjangan hari raya (THR) dan dana sertifikasi selama enam bulan, terhitung sejak Desember 2020. Untuk itu, Ombudsman RI Perwakilan Sumut mendesak Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Sumut agar segera membayarkan hak-hak guru SMA/sederajat tersebut.
Abyadi Siregar.
Menurut Kepala Ombudsman Perwakilan Sumut, Abyadi Siregar, THR dan dana sertifikasi itu merupakan hak para guru yang harus segara dibayarkan oleh Disdik Sumut. “Beberapa guru SMA/sederajat dari kabupaten/kota di Sumut menelpon saya. Dengan kalimat bernada kalut sembari memohon agar namanya dirahasiakan. Mereka menjelaskan THR dan dana sertifikasi mereka belum cair. Mereka pun memohon agar Disdik Sumut segera membayarkannya,” kata Abyadi kepada wartawan, Minggu (9/5).
Abyadi mengaku sangat merasakan bagaimana rasa kebingunan guru-guru tersebut. Apalagi, banyak kebutuhan yang harus dipenuhi menjelang Hari Idul Fitri 1442 Hijriah. “Ini banyak kebutuhan lebaran. Masih banyak yang belum beres. Urusan pengadaan kue lebaran, tuntutan anak-anak beli baju lebaran hingga bayar zakat. Gawat ini. Bagaimana ini?,” sebut Abyadi menirukan perkataan sejumlah guru yang mengadu kepadanya.
Abyadi mengatakan, dirinya tidak mempercayakan bahwa ada permasalahan pembayaran hak-hak guru di Pemprov Sumut. Apalagi, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajek Shah sangat memperjuangkan hak guru untuk kemajuan dunia pendidikan di Sumut ini.
“Karena itu, saya menduga Pak Gubernur dan Pak Wagub tidak mengetahui persoalan belum dibayarnya THR dan dana sertifikasi para guru di bawah naungan Pemprov Sumut ini. Apalagi, yang saya tau, Pak Edy dan Pak Ijeck adalah sosok pemimpin yang taat asas. Taat aturan. Bila aturan sudah menetapkan itu hak para guru, maka Pak Edy dan Pak Ijeck pasti berharap segera dibayarkan. Apalagi ini jelang lebaran,” jelasnya.
Abyadi menduga, masalah ini hanya murni di Disdik Provinsi Sumut. Untuk itu, dia berharap Gubsu dan Wagubsu dapat turun tangan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi para guru tersebut. “Saya yakin, mandegnya hanya di Disdik Sumut. Apa motifnya, kita belum tahu secara persis. Nanti saya akan coba minta konfirmasi ke Disdik. Mudah mudahan bisa segera dicairkan. Jangan ditahan-tahan. Ini hak orang. Kan kasihan para guru di bawah naungan Pemprov Sumut ini. Saya kira, para guru di bawah naungan Pemko Medan dan kabupaten kota lainnya nggak begitu. Masa di Pemprov begini? Kasihan itu para guru di bawah naungan Pemprov,” tutur Abyadi.
Abyadi tidak menampik ada mencium gelagat yang tidak beres dalam masalah ini. Kecurigaan ini muncul, karena dana sertifikasi tahun 2020 belum cair satu bulan lagi. “Kenapa dana sertifikasi satu bulan lagi di tahun 2020 belum cair? Padahal, ini sudah memasuki Minggu kedua Mei 2021,” ujar Abyadi penasaran.
Pencairan dana sertifikasi itu, lanjut Abyadi, biasanya dilakukan per triwulan. Nah, mestinya dana sertifikasi triwulan pertama, yakni Januari-Maret tahun 2021 sudah cair. “Tapi ini, tahun 2020 saja masih ada satu bulan lagi yang belum dibayar. Ke mana dana itu digunakan? Berapa guru di Sumut? Banyak itu nilainya,” pungkas Abyadi. (gus)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – LARANGAN mudik lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah yang dikeluarkan pemerintah beberapa waktu lalu, masih menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan.
Ketua IAKMI Sumut, Destanul Aulia.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sumut, Destanul Aulia mengatakan, sejumlah media telah menyoroti adanya kebocoran dalam membatasi layanan mudik lebaran tahun 2021.
Karena itu, dikhawatirkan kebocoran ini justru akan meningkatkan penularan kasus baru Covid-19 di daerah masing-masing jika tidak diantisipasi. “Semakin disekat, semakin kuat daya orang untuk melakukan mudik. Jadi, ketika mudik dibatasi atau dilarang mulai tanggal 6 Mei, ternyata banyak yang mudik sebelum tanggal tersebut. Ini menjadi suatu bukti masih sulitnya secara budaya dan psikologis untuk merayakan lebaran tetapi menghindari kerumunan,” kata Destanul pada webinar yang digelar IAKMI Sumut, Sabtu (8/5) sore.
Menurutnya, merayakan kemenangan saat lebaran itu ada interaksi antara manusia dengan manusia. Nah, hal ini jelas berlawanan dari makna untuk menghindari kerumunan. “Kalau menghindari kerumunan itu sama saja dengan kesepian. Artinya, kita harus mempelajari karakteristik masyarakat sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan implementasinya didukung,” kata Destanul.
Dia menyebutkan, periodik menjelang lebaran merupakan momen yang berpotensi untuk terjadinya lonjakan kasus Corona lantaran tingginya mobilitas orang. Karena itu, mengantisipasi terjadinya lonjakan penularan kasus Covid-19 tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan mudik untuk membatasi mobilisasi tersebut. “IAKMI mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah terkait larangan mudik. Akan tetapi, perlu juga memikirkan dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, dengan semangat gotong-royong diharapkan dampak tersebut bisa diatasi dengan didukung oleh berbagai pihak selain pemerintah,” ujarnya.
Destanul juga mengatakan, wajar saja jika di negara India terjadi peningkatan yang signifikan kasus Covid-19 karena kedisiplinan dan kepatuhan masyarakatnya rendah. “India sudah melakukan berbagai upaya penanganan Covid-19, seperti lock down dan vaksinasi Corona yang cukup tinggi. Namun, lantaran masyarakatnya tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan secara ketat terjadi ledakan kasus penularan virus Corona,” jelas dia.
Maka dari itu, diharapkan kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat di Indonesia khususnya Sumut terhadap 5M protokol kesehatan juga menjadi penting. Penerapan 5M berupa memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/hand sanitizer, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas bisa dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. “Harus diakui kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat Indonesia masih sangat rendah sekali. Oleh karena itu, mari kita dorong agar masyarakat meningkatkannya sehingga tidak terjadi lonjakan kasus Corona,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Psikolog Irna Mirnauli menyampaikan, perilaku atau attitude manusia terdiri dari kognitif, afektif dan konatif. Makanya, isi kognitif atau pikiran menjadi sangat penting untuk dipengaruhi. “Saat ini banyak sekali terjadi disonansi kognitif (anggapan atau asumsi dasar dari informasi yang simpang siur, sehingga kita tidak tahu mana yang harus diikuti. Oleh sebab itu, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah harus ditingkatkan,” ungkap Irna.
Ia melanjutkan, bukan malah sebaliknya, menakut-nakuti. Sebagai contoh, ada yang menyampaikan bahwa mudik itu sama saja membunuh orang tuamu di kampung. “Kalau itu terbukti, maka ada proses pembelajaran. Tapi, kalau tidak terbukti maka orang akan semakin tidak percaya, sekalipun itu disampaikan oleh pejabat publik,” sambung dia.
Dikatakan Irna, pada dasarnya perilaku manusia itu ada trial and error. Jadi, ketika mudik tidak terjadi masalah apapun terhadap keluarganya, maka akan cenderung mengulangi lagi. Namun, jika ada masalah misalnya ada anggota keluarganya yang meninggal dunia karena Covid-19 tentu akan berpikir untuk tidak mengulanginya.
Akan tetapi, hal itu sepertinya tidak banyak terjadi sehingga orang cenderung tidak khawatir untuk mudik. Artinya, kenapa mereka harus mengorbankan waktu atau momen bertemu keluarga saat lebaran. Terlebih, dari sisi agama, belum tentu juga tahun depan bisa ketemu orangtuanya. “Jadi, ini yang disebut menyangkut aspek afektif atau perasaan. Ini yang terkadang kurang diperhatikan oleh para pejabat, bagaimana menangani perasaan masyarakat kita,” terangnya.
Menurut Irna, apabila seseorang itu sudah memiliki pengetahuan yang bagus tentang dampak dari Covid-19 ini, maka perilakunya tentu cenderung positif. Nah, ini yang perlu disinkronkan antara satu informasi dengan informasi yang lain sehingga tidak terjadi disonansi kognitif. “Selama ini bisa dibilang kacau, misalnya pengetahuan yang ada tidak membuat orang memiliki perasaan tertentu. Jadi, tugas pemerintah saat ini barangkali mengatur informasi-informasi yang ada. Di samping itu, menciptakan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sehingga masyarakat tidak lagi mendengar informasi yang hoaks atau tidak jelas,” paparnya.
Kemudian, konsistensi pemerintah dan ini sering tidak terjadi sehingga orang kemudian merasakan ketidakadilan. Misalnya, kenapa pada saat hari raya Idul Fitri dilarang mudik? Akan tetapi, pada hari raya lain tidak ada larangan. Lalu, kenapa si anu dihukum karena kasus kerumunan? Namun, dalam kasus kerumunan lain ada yang tidak dihukum. Hal ini bentuk ketidakadilan dalam perilaku yang juga menjadi faktor ketidakpercayaan.
“Kondisi masyarakat saat ini sedang marah, bosan, capek, karena sudah 2 tahun tidak boleh mudik. Kalau informasi atau kebijakan yang disampaikan tidak tepat, maka menimbulkan kemarahan atau suatu bentuk agresivitas. Contohnya, kita lihat di media sosial adanya mobil yang berani menerobos blokade petugas. Tidak mustahil ini akan menjadi suatu contoh yang akan diikuti,” imbuhnya.
Sementara, Jubir Satgas Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah yang juga mengikuti webinar menyampaikan, sudah jelas disampaikan dan diatur terkait larangan mudik. Mulai tanggal 6 Mei dan berlanjut hingga 17 Mei mendatang, masyarakat dilarang melakukan perjalanan antar kota/kabupaten/provinsi/negara untuk tujuan mudik. Untuk itu, masyarakat diminta mematuhinya demi menekan penularan Covid-19. “Selain mudik, takbir keliling serta perayaan yang membuat kerumunan pada idul fitri tahun ini juga dilarang,” ujarnya.
Aris mengakui, memang sulit melarang masyarakat agar tidak mudik. Meski begitu, kebijakan tersebut harus benar-benar diterapkan sehingga pengawasan mesti dilakukan sungguh-sungguh dalam rangka menempatkan keselamatan masyarakat dari penyebaran virus corona. “Penyebaran Covid-19 harus diwaspadai. Berkaca dari luar negeri seperti India, angka penyebaran Covid-19 melonjak tinggi karena masyarakat lengah menerapkan protokol kesehatan. Karenanya, masyarakat Sumut jangan sampai lengah menerapkan setidaknya 5 M,” ucap Aris. (ris)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – AKUMULASI kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) kini telah menembus angka 30.000 kasus. Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak lengah menjalankan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 dengan 5 M. Yaitu, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/hand sanitizer, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Jubir Satgas Covid-19 Sumut dr Aris Yudhariansyah menyebutkan, berdasarkan data terbaru saat ini akumulasi kasus positif mencapai 30.058 kasus. Akumulasi ini setelah bertambah 76 kasus baru dari 3 daerah, yakni Medan 37 kasus, Deliserdang 35 kasus dan Dairi 4 kasus. “Kota Medan masih menduduki peringkat tertinggi jumlah kasus positif di Sumut yaitu sebanyak 15.685 kasus. Selanjutnya, disusul Deliserdang 4.509 kasus. Sedangkan daerah lainnya masih di bawah angka 1.000 kasus,” sebut Aris, Minggu (9/5)n
Dia juga menyebutkan, untuk angka kesembuhan kini akumulasinya mencapai 26.723 kasus dengan penambahan 75 kasus baru dari Deli Serdang 55 kasus dan Medan 20 kasus. “Kota Medan juga masih tertinggi akumulasi angka kesembuhan dengan jumlah 26.723 kasus dan Deli Serdang 3.623 kasus. Sementara daerah lainnya tidak lebih dari 700 kasus,” bebernya.
Aris melanjutkan, terkait angka kematian akibat Covid-19 jumlahnya 988 kasus setelah bertambah 2 kasus baru dari Deliserdang. Sedangkan angka suspek 869 kasus dengan penambahan 22 kasus baru. “Kasus aktif Covid-19 di Sumut sementara ini berjumlah 2.347 orang, dengan rincian 949 menjalani perawatan di rumah sakit dan 1.398 isolasi mandiri,” ujar dia.
Lebih lanjut Aris mengatakan, perkembangan Covid-19 di Sumut tetap harus disadari masih berada pada masa pandemi. Terbukti, dengan masih adanya ditemukan penderita positif yang baru setiap harinya, sehingga tetap membutuhkan kewaspadaan dan konsistensi untuk melaksanakan protokol kesehatan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
“Kami terus mengingatkan kepada masyarakat untuk menerapkan prokes dalam kehidupan sehari-hari guna memutus rantai penularan Covid-19 dengan menjalankan setidaknya 5 M. Sebab lonjakan angka penderita Covid-19 akan kembali terjadi bila kita lengah terhadap itu (prokes),” pungkasnya.
3.592 WNI dan WNA Dikarantina
Hingga saat ini, ada 3.592 orang WNI dan WNA sedang menjalani karantina di sejumlah lokasi di Kota Medan dan Deliserdang. Hal ini disampaikan Pangdam I/BB Mayjen TNI Hasanuddin saat mengecek lokasi karantina bagi WNI yang ada di Kota Medan, bersama Wakapolda Sumut Brigjen Pol Dadang Hartanto, Minggu (9/5).
Keduanya menyambangi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di Jalan Bunga Raya, Medan Sunggal, yang gedungnya sementara waktu dijadikan sebagai lokasi karantina bagi WNI. Setibanya di lokasi, rombongan disambut petugas karantina.
Dalam pertemuan itu, Hasanuddin berharap kepada petugas karantina untuk benar-benar menjalankan tugasnya mengawasi para WNI yang datang dari luar negeri menjalani isolasi Covid-19. “Pastikan semuanya berjalan sesuai aturan isolasi. Jangan sampai para WNI yang saat ini menjalani isolasi merasa kekurangan perhatikan kebutuhannya selama berada di karantina,” ucapnya.
Dari LPMP, keduanya melanjutkan peninjauan ke Dikmas Paud Sumut, Jalan Kenanga Raya, Medan Selayang. Di sana, Pangdam meminta agar para petugas karantina memperketat prokol kesehatan kepada seluruh WNI yang tengah menjalani isolasi. “Laporkan bila ada WNI yang sakit ketika menjalani isolasi,” tegasnya.
Setelah memastikan lokasi karantina di Dikmas Paud Sumut berjalan sesuai prosedur, keduanya beserta rombongan bergerak ke Raz Hotel di Jalan Dr Mansyur. Diketahui, hotel itu juga dijadikan sebagai tempat penampungan isolasi bagi WNI.
Dalam keterangannya, Hasanuddin mengatakan, selama dua hari ini telah meninjau lokasi karantina di Kabupaten Deliserdang dan Kota Medan. “Saya bersama Wakapolda Sumut ingin melihat langsung kesiapan petugas karantina bagi Warga Negara Asing (WNA) di Deliserdang dan warga negera Indonesia (WNI) di Kota Medan,” katanya.
Dalam peninjauan itu, Hasanuddin mengungkapkan, proses kerantina mulai dari kedatangan di Bandara Kualanamu hingga dibawa ke tempat isolasi semuanya berjalan baik. Walaupun begitu, tambah dia, Tim Satgas Covid-19 tetap selalu melakukan evaluasi-evaluasi dalam peningkatan pengawasan. “Saat ini ada 3.592 orang WNI dan WNA yang menjalani karantina isolasi Covid-19. Alhamdulillah, semuanya dalam kondisi sehat,” pungkasnya. (ris/bbs)
PANTAU: Menhub Budi Sumadi, Menkes Budi G Sadikin, Kapolri Listyo S Prabowo, memantau penyekatan di Dermaga Eksekutif Merak, Cilegon, Banten, Minggu (9/5).
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kasus mutasi virus Covid-19banyak ditemukan di Pulau Sumatera, terutama di Palembang, Sumatera Selatan. Pemerintah memperketat arus warga di Pelabuhan Merak-Bakauheni yang merupakan pintu keluar masuk dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera untuk mengantisipasi penularan kasus varian baru.
PANTAU: Menhub Budi Sumadi, Menkes Budi G Sadikin, Kapolri Listyo S Prabowo, memantau penyekatan di Dermaga Eksekutif Merak, Cilegon, Banten, Minggu (9/5).
Masyarakat yang ingin bepergian dari dan ke Sumatera, wajib melampirkan surat bebas Covid melalui tes swab antigen. “Mutasi virus baru itu banyak kita identifikasi di Sumatera, salah satu masuknya di Palembang. Sehingga bapak ibu menjaga orang yang balik lagi dari Sumatera yang masuk sini, itu kalau bisa di swab antigen, supaya kita bisa tahu,” kata Menkes, Budi Gunadi Sadikin di Dermaga Eksekutif Merak, Kota Cilegon, Banten, Minggu (9/5).
Budi tidak menjelaskan secara rinci, jumlah kasus pasien terinfeksi varian baru Covid-19. Budi hanya mengingatkan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Kata Budi, pemakaian masker sangat penting menekan laju penularan virus Covid-19. Saat di perjalanan, Budi masih melihat banyak masyarakat di sekitar Pelabuhan Merak yang tidak memakai masker. “Masker mengurangi drastis penularan. Tadi saya pas jalan di luar, intip-intip masih banyak yang tidak masker dalam perjalanan,” terangnya.
Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi juga meminta aparat untuk mengadakan penguatan-penguatan dalam penyekatan mudik. “Saya mohon kepada Pak Pangdam, Kapolres, Pemda untuk mengadakan penguatan-penguatan agar pergerakan itu tidak terjadi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Budi Karya juga meminta seluruh aparat untuk tidak lengah usai Lebaran. Sebab, menurutnya, banyak warga yang curi-curi mudik sebelum tanggal 6 Mei kemarin akan kembali usai Lebaran. “Nanti setelah Lebaran kita akan koordinasi lagi untuk menahan laju dari daerah Sumatera ke Jawa atau Jawa ke Sumatera. Karena tingginya mereka berangkat sebelum tanggal 6, jadi di atas rata-rata. Kalau mereka lihat kita lengah mereka akan datang,” kata dia.
Sementara, Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo meminta warga bersabar untuk tidak mudik. Doni enggan kasus Covid-19 di Indonesia melonjak seperti di India. “Sekali lagi niat mudik harus disampaikan secara terus-menerus untuk ditahan, bersabar, bersabar, bersabar. Kita tidak ingin kasus seperti India,” kata Doni.
Doni mengatakan, beberapa waktu lalu, kasus Covid-19 di India jauh di bawah Indonesia. Namun, lantaran pemerintah India melonggarkan aktivitas publik hingga mengizinkan kegiatan keagamaan membuat kasus di sana melonjak drastis.
“Pada Bulan Januari akhir dan awal Februari kasus India itu jauh di bawah kasus aktif nasional kita. Kita 176.000 India 150.000, tetapi setelah mereka melonggarkan aktivitas publik, kegiatan keagamaan, olahraga, kegiatan politik, hiburan dan acara-acara tradisi, tidak perlu menunggu 2 bulan, hanya dalam waktu beberapa minggu seluruh kasus aktif meningkat, angka kematian pun tertinggi di dunia hari ini,” papar dia.
Karena itu, Doni meminta masyarakat untuk mematuhi larangan mudik yang ada. Dia enggan nantinya bangsa Indonesia menyesal lantaran tak mematuhi aturan itu. “Dan kita jangan sampai mengalami kasus seperti itu. Oleh karenanya kerja keras dan kerja sama semua komponen untuk saling mengingatkan itu penting sekali. Lebih baik kita lelah hari ini, kita capek hari ini, daripada di kemudian hari kita menyesal,” kata Doni.
Kepala BNPB itu juga meminta posko PPKM Mikro untuk memfasilitasi warga melakukan mudik virtual. Khususnya untuk warga yang telah patuh terhadap larangan mudik. “Tolong berikan kesempatan kepada mereka yang tidak bisa mudik untuk betul-betul melakukan mudik secara virtual, silaturahmi virtual dan posko di PPKM Mikro ini harus dioptimalkan, sehingga semua masyarakat yang kurang mampu bisa memanfaatkan virtual untuk bisa berkomunikasi, ini untuk mengurangi niat mudik,” pungkas Doni.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, pada Kamis (6/5) mengatakan masuknya varian virus Covid-19 dari luar negeri telah menyebar di berbagai daerah.
Temuan ini disikapi Pemerintah dengan meningkatkan upaya penanganan pandemi Covid-19 hingga mengeluarkan kebijakan pengetatan mobilitas pelaku perjalanan, baik dalam negeri dan luar negeri.
“Jika mutasi virus dibiarkan, maka akan semakin banyak varian Covi-19 yang muncul dan berpotensi berdampak buruk dalam upaya pengendalian Covid-19,” kata Wiku.
Pembiaran terhadap mutasi virus, akan berdampak buruk pada meningkatnya laju penularan akibat terjadinya perubahan pada karakteristik virus dan akan juga mengubah sifat biologisnya.
Lalu, akan menurunkan efektifitas vaksin karena umumnya vaksin dikembangkan dengan jenis-jenis virus yang spesifik. Juga dapat menurunkan akurasi testing karena lokasi-lokasi mutasi atau hotspot yang berbeda-beda pada setiap varian. Sehingga dapat menurunkan kualitas PCR yang memiliki target mutasi virus yang spesifik.
“Potensi efek negatif ini sedang dipelajari lebih lanjut, dan semua temuan hasilnya akan diberitahukan kepada masyarakat,” imbuh Wiku.
Terkait mutasi virus, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah mengklasifikasi jenis mutasi virus berdasarkan karakteristik yang ditimbulkan akibat mutasi, yaitu varian of concern ialah varian yang sudah ditetapkan sebagai varian yang mengalami perubahan karakteristik dari karakteristik semula yang berupa angka dan huruf seperti B117, B1357, B11281 atau P1. (cnn/dtc)
BERSENJATA LENGKAP: Personel Brimob Polda Sumut bersenjata lengkap diturunkan di posko penyekatan di kawasan Deliserdang. Hingga hari ketiga penyekatan, sedikitnya 552 kendaraan dipaksa putar balik oleh petugas.sopian/sumut pos.
SUMUTPOS.CO – Selama tiga hari dilakukan penyekatan, sebanyak 551 kendaraan dipaksa putar balik karena terindikasi hendak mudik. Dari 551 kendaraan yang diputar balik tersebut, 143 di antaranya terdiri dari sepeda motor, dan 408 lainnya kendaraan roda empat terdiri dari mobil penumpang 281 unit, bus 20 unit, mobil barang 92 unit, dan kendaraan khusus 15 unit.
BERSENJATA LENGKAP: Personel Brimob Polda Sumut bersenjata lengkap diturunkan di posko penyekatan di kawasan Deliserdang. Hingga hari ketiga penyekatan, sedikitnya 552 kendaraan dipaksa putar balik oleh petugas.sopian/sumut pos.
“Di hari ketiga pelaksanaan Operasi Ketupat Toba 2021, terjadi peningkatan volume kendaraan dibanding hari pertama dan kedua yang mencoba melewati pos penyekatan.
Ada 551 kendaraan yang kami putar balik,” kata Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi, saat menyampaikan perkembangan Operasi Ketupat 2021 kepada sejumlah wartawan di Medan, Minggu (9/5).
Hadi mengungkapkan, personel Polda Sumut dan jajaran terus mengimbau masyarakat untuk tidak melaksanakan mudik pada Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah. Namun, masih banyak masyarakat yang mencoba untuk melanggar.
“Kami imbau dan ingatkan kembali kepada masyarakat untuk tidak melaksanakan mudik. Mengingat situasi pandemi Covid-19 saat ini yang masih sangat tinggi tingkat penyebarannya. Jadi, mari lindungi diri sendiri dan keluarga,” imbau Hadi.
Dikatakannya, Polda Sumut dan jajaran juga gencar membagikan masker gratis kepada masyarakat. Di hari ketiga Ops Ketupat Toba 2021 ini, sebanyak 820 masker dibagikan. “Imbauan penerapan protokol kesehatan (Prokes) juga tidak henti kamin
berikan kepada masyarakat. Harapan kami tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya penyebaran Covid-19 dan pentingnya penerapan protokol kesehatan semakin tinggi,” pungkasnya.
Puluhan Kendaraan di Batubara dan Tebingtinggi Diputar Balik
Sementara, memasuki hari ke-4 pemberlakukan larangan mudik, puluhan kendaraan pemudik yang melintas di perbatasan Kabupaten Batubara, terpaksa diputar balik oleh petugas. Pasalnya, para pemudik tersebut tidak dapat menunjukkan Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) dan dokumen kesehatan bebas Covid-19.
“Hari ini kita melaksanakan pengecekan Pos Check Point (Penyekatan) di wilayah Kabupaten Batubara. Kita juga memutar balikkan kendaraan yang tidak memiliki SIKM,” kata Kapolres Batubara AKBP Ikhwan Lubis saat melakukan pengecekan Pos Check Point di Kecamatan Laut Tador, Kabupaten Batubara, Minggu (9/5).
Ia mengatakan, Jajaran Polres Batubara bersama pihak terkait melaksanakan pengecekan terhadap Pos PAM Check Point di Kecamatan Laut Tador berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai serta Pos PAM Check Point di Simpang Empat, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara.
“Hasil dari pemeriksaan Pos Check Point, ada beberapa kendaraan terutama kendaraan pribadi dan angkutan umum yang kita putar balik karena tidak mengantongi SIKM. Kita juga terus mengimbau masyarakat agar taat dan patuh terhadap protokol kesehatan,” ujarnya.
Sementara, petugas gabungan yang melakukan razia Pos Pam Dolok Merawan di Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Sergai, juga memaksa sedikit 50 kendaraan pemudik untuk putar balik, Minggu (9/5). Kapolsek Dolok Merawan, AKP Asmon Bufitra mengatakan, Pos Pam Dolok Merawan melakukan penyekatan dan menyuruh putar balik kendaraan yang mau mudik saat melintasi Pos Pam penyekatan. Sebanyak 50 kendaraan diantaranya kendaraan bermotor, bus dan roda empat yang ditumpangi pemudik dipaksa putar balik karena tidak bisa menunjukkan SIKM dan rapid antigen. “Ada sekitar 50 kendaraan, semuanya harus putar balik. Kepada masyarakat harus tunda mudik lebaran tahun ini, karena masa pendemi Covid-19 masih menunjukan peningkatan,” jelasnya.
Dalam kegiatan ini, masyarakat sekitar menyambut positif upaya dari kepolisian dan Instansi terkait, perihal imbauan larangan mudik dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 di wilayah Kota Tebingtinggi.
Perbatasan Sumut-Aceh Lengang
Terpisah, Koordinator Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sumut, Irman Oemar mengatakan, berdasarkan amatan langsung tim di lapangan, terutama pada wilayah perbatasan Sumut dan Aceh, penyekatan sudah efektif sejak aturan larangan mudik pada 6 Mei kemarin diberlakukan.
“Bahkan di wilayah perbatasan Sumut-Aceh, selain sudah dijaga oleh personel gabungan, juga dipersiapkan lokasi pengecekan setiap kendaraan yang akan melintas, untuk memastikan kepentingan ketika memaksa lewat dari ruas tersebut. Ini mengingat ada beberapa pengecualian bagi kendaraan yang lewat, seperti untuk keperluan tugas atau dinas, membawa logistik dan lainnya yang tentu tidak berkaitan dengan mudik,” terangnya menjawab Sumut Pos, Minggu (9/5).
Selain wilayah perbatasan, mudik lokal atau antarkabupaten dan kota di Sumut pun, sambung Irman, sudah dilakukan hal serupa. Tim gabungan dari TNI/Polri, Satpol PP, Dinas Perhubungan, dan Dinas Kesehatan, siaga berjaga pada posko yang telah disiapkan. “Kami berharap masyarakat mematuhi aturan tidak melakukan mudik pada perayaan Idul Fitri tahun ini, guna mencegah penyebaran Covid-19 sampai ke desa-desa,” katanya.
Dari laporan tim yang diperolehnya, kondisi jalan lintas Sumatera terutama menuju perbatasan Sumut-Aceh, tampak lengang dari biasanya. Hanya terlihat satu atau dua kendaraan seperti truk, di sepanjang jalan tersebut. “Begitupun kendaraan pribadi dan transportasi massal, informasinya hampir tidak terlihat di sepanjang jalan. Harapan kami tentu masyarakat dapat mematuhi hingga aturan mudik ini berakhir,” tuturnya.
Menurut Kepala Diskominfo Sumut ini, kebijakan pemerintah tersebut bukan tanpa dasar, melainkan agar masyarakat sadar bahwa hal ini demi keamanan dan kesehatan bersama. “Marilah kita berlapang dada demi keselamatan diri dan keluarga. Pemerintah menyadari psikologis mudik ini sudah membudaya, namun kita meminta untuk dapat berpikir jernih demi keamanan kita semua,” katanya.
Pandemi Covid-19 belum berakhir. Kebijakan peniadaan mudik didasarkan pada tren kasus terkonfirmasi dan kasus kematian yang selalu meningkat pascalibur panjang. Saat ini, lanjut dia, sudah terjadi peningkatan Bed Occupancy Rate (BOR) di sejumlah rumah sakit swasta yang telah mencapai rata-rata 70 persen. Sedangkan di RS pemerintah sudah mencapai 50 persen. Bahkan pada dua minggu terakhir, angka kematian per hari juga kembali meningkat.
“Penyebabnya karena masyarakat masih tidak patuh pada protokol kesehatan dan juga adanya kerumunan di beberapa wilayah,” katanya.
Irman juga menambahkan, mobilitas di dalam wilayah aglomerasi hanya untuk kepentingan nonmudik. “Seperti Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo), walaupun operasional moda transportasi darat tetap diperbolehkan, namun untuk kepentingan mendesak dan nonmudik, dengan memerhatikan pembatasan jumlah operasional,” pungkasnya.
Seperti diketahui, larangan mudik ini berlaku pada 6-17 Mei 2021. Terkini, untuk mudik lokal pun terkhusus di wilayah agromerasi yakni Mebidangro, tidak diperkenankan melakukan mobilitas selama rentang waktu tersebut. Upaya ini semata-mata untuk menekan laju penyebaran virus Corona di wilayah Sumut.
Dites Urine, 8 Pengemudi Positif Narkoba
Di sisi lain, Direktorat Reserse narkoba (Ditresnarkoba) Polda Sumut dan jajaran melaksanakan test urine terhadap 144 orang pengemudi angkutan darat, laut, dan udara dalam rangka Operasi Ketupat Toba 2021. Dari hasil pemeriksaan itu, hasil urine dari 136 pengemudi dinyatakan negatif, sedangkan hasil urine 8 orang lainnya dinyatakan positif mengandung narkoba.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi saat dikonfirmasi mengatakan, ke-8 orang yang positif narkoba merupakan pengemudi angkutan darat. Di mana 1 orang di antaranya diperiksa di Polres Batubara dan 2 orang diperiksa Polres Tanah Karo positif mengandung Narkotika jenis ganja. Kemudian 1 orang positif mengandung ganja dan 1 orang positif mengandung sabu yang diperiksa Polres Deliserdang. “Lalu dua orang pengemudi hasil urine positif mengandung narkotika jenis sabu dan pil ecstasy yang diperiksa oleh Polres Sergai serta 1 orang hasil urine positif mengandung narkotika jenis sabu yang diperiksa Polres Asahan,” jelasnya.
Hadi mengatakan pemeriksaan tes urine ini dilakukan di Pos Pam Penyekatan di masing-masing wilayah yang dilakukan oleh Ditresnarkoba Polda Sumut dan Sat Resnarkoba Polres jajajaran sebagai rangkaian kegiatan Operasi Ketupat Toba 2021. “Terhadap pengemudi angkutan yang hasil tes urinenya positif mengandung narkotika akan dilakukan pemeriksaan dan dikirim ke lembaga rehabilitasi,” pungkasnya. (mag-1/ian/prn)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Orangtua korban dugaan kasus penipuan yang dilakukan oknum Is yang merupakan pegawai Administrasi Pascasarjana Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sumatera Utara (USU) mendesak pihak kepolisian segera menangkap tersangka dan yang terlibat lainnya.
Pasalnya, setelah kasus tersebut ditangani pihak Ditreskrimum Polda Sumut hingga gelar perkara, Is yang sudah ditetapkan tersangka masih belum ditahan.
Hal itu dikatakan Orangtua korban Fuad SP (30), inisial EY saat ditemui Sumut Pos di Ukhti Cafe, Jalan Kapten Muslim Medan, Jumat (7/5) malam.
EY menceritakan kasus ini berawal, putranya Fuad mengikuti proses pendaftaran awal pada Tahun 2015, di Pascasarjana Prodi Agribisnis USU. Fuad ikut testing dan lulus. Kemudian keluarlah SK. Pada masa itu PDPT belum di bawah wewenang dikti, masih di bawah wewenang pihak fakultas kampus. Sehingga mahasiswa yang tidak membayar uang kuliah atau uang pendaftaran ulang ke perbankan, maka bisa dititip dengan pegawai kampus.
“Karena itu, anak saya pun menitipkannya ke oknum Is yang merupakan pegawai Administrasi Pascasarjana Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian USU. Diberikanlah uang sebesar Rp10 juta dan ada kwitansinya. Tetapi, Is mengatakan bahwa untuk daftar ulang tidak cukup Rp10 juta, harus Rp13 juta. Beberapa hari kemudian, anak saya memberikan kembali sisa uangnya sebesar Rp3 juta. Tetapi tidak lagi menggunakan kwitansi. Hanya pembayaran pertama saja yang menggunakan kwitansi. Mahasiswa lainnya juga demikian, tidak ada kwitansinya. Ini banyak korbannya sebenarnya, tetapi banyak yang tidak berani bicara,” bebernya.
Dijelaskannya, bahwa Is ini adalah kepercayaan mahasiswa, sebab Is yang membantu kerja prodi, mengatur jam kuliah mahasiswa, administrasi dan sebagainya. Sehingga anak-anak banyak yang menitip urusan perkuliahan ke Is. Kuliah berjalan sesuai prosedur, hingga mengikuti field trip.
“Anak saya sempat cuti kuliah selama dua semester, karena ada panggilan kerja ke Jakarta. Lalu saya tanya suratnya, tetapi kata oknum Is ini tidak usah pakai surat cuti. Sehingga anak saya cuti kuliah tanpa surat,” ujarnya.
Kemudian pada Tahun 2018, lanjutnya, sekembalinya Fuad ke Medan dan ikut kuliah kembali seperti biasa dengan catatan kembali membayar. Fuad pun mengikuti perkuliahan seperti biasanya, mengikuti field trip hingga mengajukan proposal tesis tentang kopi, penelitiannya di Takengon Aceh selama dua bulan. Pada Tahun 2019, Fuad mengikuti sidang meja hijau dan dinyatakan lulus. Tesis pun sudah ditandatangani oleh pihak penguji hingga dekan.
“Tetapi ketika akan wisuda ternyata tidak bisa mengikutinya. Setelah dicek, nama anak saya tidak ada terdaftar di BAN PT. Saya pun marah di situ. Malamnya oknum Is memberikan uang sebesar Rp10 juta, katanya sebagai uang pengganti karena tidak bisa diwisuda. Saya tidak tahu sebenarnya itu uang apa. Lalu saya jumpai Dekan Fakultas Pertanian, malah anak saya yang disalahkan karena menitip pembayaran dengan Is. Saya pun menjumpai rektor, waktu itu masih Prof Runtung. Dia pun marah karena kasus tersebut dan berjanji memanggil semua oknum yang terlibat. Tetapi karena pada masa itu terjadi Covid-19, sehingga kasus ini sempat menggantung,” ungkapnya.(mag-1/azw)