CEK KORBAN:
Personel Satlantas Polres Karo mengecek kondisi korban yang telah tewas di RS Efarina Etaham, Jumat (11/10).
CEK KORBAN:
Personel Satlantas Polres Karo mengecek kondisi korban yang telah tewas di RS Efarina Etaham, Jumat (11/10).
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Seorang bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), tewas mengenaskan ditabrak bus, Jumat (11/10) sekira pukul 13.00 WIB. Peristiwa memilukan ini terjadi di Jalan Umum Medan, Kabanjahe km 71-72, tepatnya di depan kantor Perpajakan Desa Sumbul, Kecamatan Kabanjahe.
JESICA Ngalemisa br Sinukaban (12) adalah nama bocah malang itu. Warga Desa Sumber Mufakat,Kecamatan Kabanjahe ini tertabrak saat hendak menyeberang jalan raya.
Saat itu, Bus Murni BK 7134 SC No pintu 195 yang dikemudikan Garlianto Tarigan (34) warga Desa Sukajulu,Kecamatam Barusjahe melaju kecang dari arah Kabanjahe menuju Medan.
Karena korban menyeberang secara tiba-tiba, Garlianto tak sempat menghindar hingga bus yang ia kemudikan menyambar tubuh mungil Jesica hingga terpental ke aspal. Warga sekitar yang melihat kejadian itu sempat melarikan korban yang sekarat ke RSU Efarina Etaham.
Namun takdir berkata lain. Setelah sempat mendapat perawatan, korban yang menderita luka parah di kepala itu akhirnya meregang nyawa.
“Jenazah korban sudah kita serahkan pada keluarganya. Sang sopir bus berikut barang bukti busnya juga sudah kita amankan untuk dimintai keterangan,” kata Kasat Lantas Iptu Ridwan melalui Kanit Laka Iptu Victor Barus.(deo/ala)
istimewa
MAJU PILKADA: Sakhyan Asmara berencana maju di Pilkada Kota Medan 2020.
MAJU PILKADA: Sakhyan Asmara berencana maju di Pilkada Kota Medan 2020.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bakal calon Wali Kota Medan, Sakhyan Asmara mengklaim sudah sowan ketiga pengurus partai politik di tingkat pusat dalam rangka persiapan kontestasi Pilkada Medan 2020. Namun, ia enggan menyebut ketiga parpol yang sudah dibangun komunikasi tersebutn
“Tak perlulah saya sebut, tapi saya sudah sowan ke tiga pengurus parpol di pusat. Kebetulan kan saya kenal baik dengan kawan-kawan pengurus parpol itu,” katanya menjawab Sumut Pos, Jumat (11/10).
Ia mengatakan, alasan tidak mengikuti penjaringan ke parpol yang sudah membuka tahapan tersebut, karena sudah memperkirakan langkah strategis bahwa ketika mendaftar, dirinya diberi peluang untuk diusung melalui perahu bersangkutan.
“Kalau kita tahu bahwa perahu itu tidak memberi peluang kepada saya, kan sia-sia kita mendaftar di satu partai. Kan kita sudah ukur melalui analisis politik yang kita ketahui. Dan kita pun tidak diajak untuk mendaftar. Kecuali, misalkan partai itu memberi sinyalemen- sinyalemen balon tertentu, kemudian mengundang, itu lain soal. Barulah melihat nilai strategis mau mendaftar kemana,” katanya.
Inilah yang menjadi pertimbangan mantan staf ahli Menpora tersebut tidak mendaftar ke parpol yang sebelumnya membuka penjaringan balon kepala daerah itu. Begitupun, Sakhyan menilai, ke depan barangkali akan ada tahapan selanjutnya yang akan parpol bersangkutan lakukan. Di sinilah dirinya akan terus mencermati seksama peluang untuk masuk di parpol tersebut.
“Perkembangan politik inikan dinamis. Bisa saja hari ini baru pendaftaran, besok dibuka lagi. Ditahap ini memang saya tidak daftar di PDIP misalnya, tapi kalau besok Gerindra buka saya bisa saja mendaftar,” kata Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan itu.
Apakah itu artinya, dirinya lebih condong ke Gerindra sebagai perahu Pilkada Medan nanti? Sakhyan pun menjawab diplomatis. “Ya, PKS buka saya daftar. Besok PAN buka, saya daftar, kan kayak gitu. Pokoknya gambaran saya yang tidak mendaftar, berarti saya nggak ke situ,” katanya tertawa.
Di samping itu, pada bagian lain, Sakhyan menegaskan, jika dirinya jadi bertarung di Pilkada Medan, dia sudah berkomitmen untuk tidak melakukan politik uang guna mendapat dukungan masyarakat. Baginya, antara biaya politik dengan politik uang sangatlah berbeda. Sebagai calon, sambung dia, tentu memerlukan yang namanya ongkos politik.
“Seperti lobi-lobi politik. Kan memang perlu biaya. Kita mau ke Jakarta bertemu pengurus partai, tentu pakai biaya sendiri, tiket sendiri. Begitu juga untuk alat peraga kampanye, kan juga perlu biaya nantinya. Tapi untuk money politics dengan tujuan mendapat sesuatu dari rakyat, saya akan menolak tegas. Ini saya sampaikan dengan parpol yang sudah sowan itu,” katanya.
Ihwan: Dukungan Masyarakat Jadi Modal
Terpisah, Ihwan Ritonga yang digadang-gadang bakal maju sebagai Wali Kota Medan dari Partai Gerindra hingga kini masih menunggu restu dan keputusan dari DPP Partai Gerindra. Pasalnya, dia mengaku sudah membulatkan tekad untuk maju di Pilkada Medan, asalkan mendapat restu dan dukungan dari DPP Partai Gerindra.
Bahkan, dia mengaku siap untuk meninggalkan kursi Wakil Ketua DPRD Kota Medan demi memenuhi permintaan masyarakat untuk maju sebagai Balon Wali Kota Medan. “Ya, saya siap untuk meninggalkan jabatan Wakil Ketua DPRD Medan, jika mendapat dukungan DPP Partai Gerindra untuk maju di Pilkada Medan,” kata Ihwan Ritonga kepada Sumut Pos, Jumat (11/10).
Menurutnya, dorongan masyarakat kepada dirinya begitu kuat. “Makanya kalau ditanya, apa modal terbesar buat saya untuk maju di Pilkada Medan? Tentu saya akan tegaskan, dorongan dan dukungan dari masyarakat Kota Medan lah modal terbesar saya untuk maju. Karena sejujurnya, ini bukan ambisi pribadi saya. Tapi, ini merupakan dorongan dari masyarakat,” tegas Ihwan.
Kembali dia mengingatkan, dirinya siap maju di Pilkada Medan apabila mendapatkan dukungan dan restu dari DPP Partai Gerindra. “Saya inikan kader Gerindra. Tentu kalau saya maju, kan harus dari Gerindra. Masyarakat mendorong, tapi itu saja belum cukup, harus ada juga restu dari partai,” ujarnya.
Ditanya terkait dukungan partai, Ihwan mengaku belum bisa menjawab. Karena keputusan bukan ada di kepengurusan DPC atau DPD, melainkan di DPP. Namun begitu, Ihwan yang juga sebagai Wakil Ketua DPC Gerindra Kota Medan mengatakan, turut mendapatkan dorongan dari kader-kader di DPC. “Kalau teman-teman di Medan, alhamdulillah responnya positif. Tapi lagi-lagi, keputusan kan ada di tangan DPP,” katanya.
Terkait sinyal dari DPP, Ihwan juga mengaku belum mendapat sinyal itu. Sebab, hingga saat ini Partai Gerindra juga belum membuka penjaringan untuk Pilkada serentak di Indonesia, termasuk Kota Medan. “Kalau itu juga kita belum tahu, karena DPP juga belum membuka penjaringan. Nanti kalau sudah buka penjaringan, mungkin kita baru akan tahu setelah melihat respon partai dari tokoh-tokoh yang mendaftar. Rencananya partai Gerindra akan membuka penjaringan setelah selesai Rakornas, mungkin di akhir bulan Oktober penjaringannya sudah dibuka,” tutupnya. (prn/map)
istimewa
PAPARAN: Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menunjukkan foto kedua tersangka penusuk Mekopolkam Wiranto beserta senjata yang digunakan, Jumat (11/10).
PAPARAN: Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menunjukkan foto kedua tersangka penusuk Mekopolkam Wiranto beserta senjata yang digunakan, Jumat (11/10).
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menko Polhukam Wiranto sebenarnya sudah lama menjadi incaran kelompok teroris. Yang mengincar berbeda dengan ancaman pembunuhan yang diterima Wiranto terkait aksi 22 Mei lalu. Di kalangan ikhwan jihadi yang bergabung dalam kelompok teroris, Wiranto dianggap common enemy.
HAL ITU diungkapkan seorang ikhwan jihadi yang tak mau disebut namanya. ’’Pak Wiranto sudah di-inting-inting (diancam-ancam, Red). Sudah menyebar dalam WAG (WhatsApp group, Red),’’ kata pria yang pernah bergabung dengan Jamaah Islamiyah tersebut.
Menurut dia, pernyataan-pernyataan keras Wiranto dalam dua tahun terakhir terhadap kelompok radikal menjadi catatan tersendiri. Dia mencontohkan pernyataan soal demo 212, HTI, dan sebagainya. ’’Dan kelompok tertentu yang kemudian bisa beraksi di Pandeglang,’’ tambahnya.
Menurut dia, tidak penting dari mana pelakunya. Sebab, semua kelompok yang berafiliasi dengan JAD dan ISIS pasti menjadikan Wiranto sasaran.
’’Tinggal siapa dulu yang melaksanakan amaliyah,’’ terangnya. ’’Kalau bukan kelompok yang di Pandeglang ya pasti ada kelompok lain yang melakukan,’’ tambahnya.
Dia mencontohkan, penetapan Wiranto sebagai target itu seperti ancaman eksekusi terhadap Salman Rushdie ketika menulis novel The Satanic Verses. ’’Ya tidak sebesar skala Salman Rushdie, tapi kira-kira seperti itu,’’ ujarnya.
Dia juga memaparkan bahwa penggunaan pisau oleh sel kelompok JAD bukan hal mengherankan. Hal itu sudah dianjurkan melalui Dabiq, buletin ISIS yang selalu beredar melalui bawah tanah, baik secara cetak maupun online. ’’Sudah ditegaskan, untuk melakukan amaliyah, tak perlu susah-susah membuat bom. Cukup dari dapurmu saja. Pisau saja sudah sah,’’ terangnya.
Terpisah, mantan kombatan yang kini bergerak di bidang deradikalisasi Abu Fida mengaku tidak bisa mengetahui dari mana dan asal muasal kelompok yang menyerang Wiranto. ’’Wah, yang sekarang beda dengan yang dulu. Sebelumnya, selalu punya struktur dan jaringannya bisa dilacak. Sekarang modelnya berbeda,’’ ucapnya. Yakni, dengan menggunakan sistem sel yang mandiri.
’’Jadi, tiba-tiba saja ada amaliyah dan tak seorang pun yang senior mengetahui siapa dan dari mana orang tersebut. ISIS pusat cukup memberikan arahan dan anjuran. Siapa yang melakukan, ya terserah siapa yang mau,’’ katanya.
Hanya, Abu Fida yakin, melihat dari cara-caranya, jejak ISIS sangat terasa dalam kasus penyerangan Wiranto. Di antaranya adalah serangan yang spekulatif, tidak ada perhitungan strategisnya, dan hanya bertujuan melenyapkan sasaran dengan alat seadanya.
Ketika dikonfirmasi soal Wiranto yang menjadi common enemy, Abu Fida mengatakan bisa saja. ’’Sebab, siapa pun yang dianggap simbol ancaman ya itu akan menjadi musuh bersama yang harus dilenyapkan,’’ terangnya.
Lebih lanjut, Abu Fida mengingatkan pemerintah untuk lebih serius melakukan upaya deradikalisasi. ’’Jangan hanya mengandalkan pendekatan represif saja. Tetapi juga humanis. Tidak hanya memukul, tapi juga merangkul. Sehingga ruang gerak mereka terbatas,’’ jelasnya.
Di bagian lain, mantan Kepala Instruktur Pembuatan Bom JI Jawa Timur Ali Fauzi menguatkan bahwa jelas jejak ISIS terlihat dalam serangan tersebut. ’’Tapi, ancaman paling tinggi dari mereka adalah soal lone wolf,’’ ucapnya.
Lone wolf sendiri adalah upaya serangan teror yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja secara sporadis dengan alat seadanya kepada simbol-simbol sasaran. Mereka bekerja sebagai sel mandiri dan terpisah, serta sering tak punya koordinasi langsung dengan ISIS pusat atau mempunyai jaringan besar. Contohnya adalah sel Dita Oeprianto yang melakukan aksi bom gereja pada Mei 2018 di Surabaya.
Menurut dia, peluang serangan teroris bisa diminimalkan dengan cara mempersempit ruang gerak. Nah, mempersempit ruang gerak yang dimaksud adalah dengan upaya deradikalisasi yang terintegrasi. ’’Jadi, bagaimana menangani napiter atau meng-handle orang-orang yang baru saja pulang dari Syria setelah ISIS kalah. Itu pertanyaannya. Sejauh ini, belum ada upaya deradikalisasi yang komprehensif. Sekarang ini masih sepotong-sepotong,’’ ucapnya. (c17/ano)
istimewa
TUNJUKKAN: Kasat Lantas Polrestabes Medan AKBP Juliani Prihartini menunjukkan kerusakan sepeda motor yang dikendarai Golfrid Siregar.
TUNJUKKAN: Kasat Lantas Polrestabes Medan AKBP Juliani Prihartini menunjukkan kerusakan sepeda motor yang dikendarai Golfrid Siregar.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Misteri penyebab kematian Golfrid Siregar, aktivis Walhi Sumut mulai terungkap. Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, Golfrid diduga kuat tewas akibat mengalami kecelakaan (laka) lalu lintas (lantas) tunggal saat mengendarai sepeda motornya di Underpass Titi Kuning dari arah Amplas menuju Simpang Pos, pada Kamis (3/10) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB.
Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto menyatakan, dari fakta-fakta penyelidikan yang dilakukan tim gabungan Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas), Direktorat Reskrimum (Ditreskrimum), Polrestabes Medan dan hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik (Labfor) sementara ini diduga kuat korban meninggal akibat laka tunggal.
Kemudian, sambungnya, terkait barang-barang korban yang hilang karena diambil, ada tiga orang saksi yang ditetapkan sebagai tersangka. Pelaku yang mengambil barang milik korban ternyata tak lain orang-orang yang menolong membawa ke rumah sakit, termasuk penarik becak motor.
“Sementara, ini penyebab kematian korban diduga akibat laka tunggal. Jangan diplintir-plintir lagi, kalau seperti itu bisa repot jadinya karena membentuk opini di masyarakat,” ujar Agus didampingi jajarannya dalam keterangan pers di Mapolda Sumut, Jumat (11/10).
Agus mengatakan, pihaknya tidak ada niat menutup-nutupi fakta. Hal itu bisa dikroscek dari keterangan saksi-saksi yang telah diperiksa dalam kasus ini. “Apa yang kami sampaikan ini merupakan fakta-fakta, bukan rekayasa. Kita tidak boleh menuduh sembarang orang tanpa ada bukti yang kuat, karena belum tentu benar,” ucapnya.
Disebutkan Agus, meninggalnya korban pada Minggu (6/10) dini hari di RSUP H Adam Malik sempat menimbulkan dugaan dan spekulasi, apakah ini laka lantas atau ada tindak pidana. Apalagi, sebelum kejadian kecelakaan pada Kamis (3/10), ternyata korban tidak diketahui keberadaannya pasca izin dari istrinya pada Rabu (2/10) sekitar pukul 17.00 WIB.
“Pasca meninggalnya korban (Minggu, 6/10), kami langsung membentuk tim gabungan dari Polda Sumut dan Polrestabes Medan untuk melakukan penyelidikan. Sebab, banyak berkembang informasi di masyarakat atas kematian korban dikarenakan sempat hilang barang-barang miliknya dan hanya ditemukan sepeda motor. Selain itu, korban juga tidak diketahui keberadaannya usai pamit dengan istrinya di rumah pada Rabu (2/10) sore,” sebut Agus.
Menurut dia, kasus ini dilakukan penyelidikan secara komprehensif terhadap dugaan-dugaan yang ada. “Penyelidikan kasus tersebut ibarat membuat gambar dari sebuah cerita. Dari kejadian terus kita susun menjadi gambaran suatu kasus yang kita peroleh dari fakta-fakta dan keterangan saksi, hingga kemudian kita bisa menangkap pelaku dugaan pencurian terhadap barang milik korban. Alibi pelaku, menolong korban membawa ke rumah sakit. Namun, tas milik korban dan barang berharganya diambil pelaku. Akan tetapi, akhirnya berhasil kami sita kembali sebagian,” kata Agus.
Untuk menyimpulkan dugaan sementara tersebut, sebut Agus, penyidik gabungan telah melakukan gelar perkara. “Penyelidikan yang dilakukan tidak hanya terkait dugaan tindak pidana, tetapi juga dugaan laka lantas dengan menerapkan Traffic Accident Analysis (TAA). Dari hasil penyelidikan itu, termasuk uji laboratorium forensik (labfor) terkait otopsi terhadap jasad korban,” bebernya.
Direktur Reskrimum Polda Sumut Kombes Pol Andi Rian menyebutkan, ada 16 saksi yang diperiksa terkait kasus ini. Saksi tersebut terbagi dalam dua kategori, yaitu 8 saksi sebelum ditemukannya korban di Underpass Titi Kuning, dan 8 saksi lagi pada saat serta setelah ditemukannya korban. “Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan penyelidikan di lapangan, kita berusaha menyusun atau merangkainya untuk melihat secara utuh kasus tersebut,” kata Andi Rian.
Diterangkannya, pada Rabu (2/10) sekitar pukul 17.00 WIB, korban izin pamit dengan istrinya di rumah. Kemudian, korban pergi ke rumah pamannya, Kennedy Silaban, di Jalan Bajak I. Setelah itu, korban beranjak pergi pada pukul 23.50 WIB. “Jadi, sejak pukul 17.00 WIB hingga 23.50 WIB korban berada di rumah pamannya.
Setelah pukul 23.50 WIB, korban pergi meninggalkan rumah pamannya. Namun, ternyata korban ditemukan warga tergeletak di Underpass Titi Kuning sekitar pukul 00.30 WIB. Saat itu juga, kondisi cuaca terjadi hujan dan jalanan basah,” jabar Andi Rian.
Ia melanjutkan, berdasarkan keterangan beberapa saksi di rumah pamannya, korban pergi dengan menggunakan sepeda motor tanpa mengenakan helm secara utuh. Artinya, helm digunakan korban hanya setengah menutupi kepalanya.
“Setelah dilakukan olah TKP dan visum saat korban ditemukan, helm itu berjarak dari posisi tidak jauh dari korban. Selain itu, ada luka memar di lengan sebelah kiri. Luka ini sepertinya karena tertekan atau bekas helm yang diletak di tangan kirinya,” sebut Andi Rian.
Dia mengatakan, dari keterangan perawat di rumah sakit yang menangani korban menyebutkan mulutnya bau alkohol. Lantas, pihaknya mencari tahu kenapa bisa bau alkohol. “Kita telusuri lagi di rumah pamannya, ternyata ada 2 orang saksi yang mengakui sempat minum dengan korban di warung sebelum pergi meninggalkan rumah pamannya. Saksi dan korban minum sekitar pukul 22.30 hingga 23.00 WIB,” ungkap dia.
Andi menuturkan, temuan dugaan bau alkohol tersebut disinkronkan dengan hasil Labfor, dimana ada cairan di lambungnya mengandung alkohol. Padahal, korban tiga hari sempat di rumah sakit ditambah satu hari proses pemakaman.
Akan tetapi, cairan mengandung alkohol tersebut masih ditemukan. “Ini artinya, korban cukup banyak mengonsumsi minuman beralkohol. Namun, kadar alkohol belum diketahui tetapi yang pasti ada cairan alkohol di dalam lambungnya,” beber dia.
Lebih jauh ia mengatakan, untuk kasus pencurian barang milik korban, ada tiga saksi yang ditetapkan tersangka. Mereka adalah Morado Silalahi alias Kempes dan Feri Sihombing. Kduanya yang melakukan pencurian seperti handpone, laptop dan dompet.
Sementara satu tersangka lagi ialah Wandes Naibaho, yang tak lain penarik becak mesin berperan sebagai penerima uang. “Ada barang korban seperti handpone dan laptop, cincin dan dompet yang hilang. Alhamdulillah, dua hari lalu diungkap. Pelakunya ada lima orang, tiga berhasil ditangkap dan dua masih diburu,” sebut dia.
Dikatakan Andi Rian, barang milik korban yang belum ditemukan yakni cincin, dompet dan handpone satu lagi. Sementara penadah laptop korban adalah seorang ibu-ibu yang masih dilakukan penyelidikan. “Jadi, mereka ini awalnya baik-baik untuk menolong. Tapi, mereka memanfaatkan momen untuk menggelapkan barang-barang milik korban,” cetusnya.
Sementara, Kasat Lantas Polrestabes Medan AKBP Juliani Prihartini menambahkan, korban saat berada di RSU Mitra Sejati mengalami luka pada mulut, kuping dan hidung mengeluarkan darah. Kemudian, mata lebam, ada goresan di jari kaki sebelah kanan, siku kiri lebam bukan luka gores. “Dari RSU Mitra Sejati, korban kemudian dirujuk ke RSUP H Adam Malik. Setelah mendapatkan perawatan beberapa hari, korban dinyatakan meninggal dunia Minggu (6/10) dini hari,” jelas Juliani.
Beberapa saat kemudian, pihaknya yang melakukan olah TKP mendapat keterangan dari pasangan suami istri. Dimana, jika saat kejadian ada keramaian warga persis di depan rumahnya. Kemudian, pasangan suami dan istri itu melihat ada seseorang tergeletak. “Saat warga berkerumun, satu becak berputar arah dan membawa korban ke RSU Mitra Sejati. Dari tubuh korban, banyak luka-luka di sebelah kanan, kepala dan dari sisi kendaraan. Kemudian, pijakan rem belakang sebelah kanan, stang kanan mengalami gesekan. Ini dugaannya korban jatuh ke kanan,” kata Juliani.
Kepala Labfor Cabang Medan Polda Sumut Kombes Pol Wahyu menyebutkan. sebelum meninggal dunia, Golfrid diduga mengonsumsi minuman keras dalam jumlah yang banyak. Ia mengatakan, berdasarkan hasil autopsi yang dilakukan pada jaringan dari lambung, isi lambung dan cairan lambung dengan metode pemeriksaan secara mikro difusi. “Di situ kita temukan adanya unsur alkohol dan kemudian dari isi lambung dan jaringan pada lambung tidak ditemukan adanya narkoba. Cuma, positif alkohol,” terangnya.
Ia menyatakan, sudah enam hari setelah kejadian dilakukan pemeriksaan Labfor dan dinyatakan positif alkohol. “Jadi hasil ini kita analisis bahwa kemungkinan besar si korban (Golfrid) mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar,” ucapnya.
Wahyu menjelaskan, unsur alkohol mempunyai sifat menguap sehingga saat dilakukan autopsi, unsur alkohol tersebut masih terlihat. “Misalnya kita mengkonsumsi alkohol dengan jumlah sedikit, di dalam lambung unsur alkohol itu bisa bertahan sampai 12 hari. Apalagi, kita mengonsumsi dalam jumlah yang besar atau banyak,” pungkasnya. (ris)
SUAPI: Anggota Bhayangkari Polres Jayawijaya menyuapi seorang anak pengungsi di Kodim 1702 Jayawijaya, Wamena, Papua, Selasa (9/10).
SUAPI: Anggota Bhayangkari Polres Jayawijaya menyuapi seorang anak pengungsi di Kodim 1702 Jayawijaya, Wamena, Papua, Selasa (9/10).
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemulangan warga Sumatera Utara dari Wamena, Papua terus berlangsung. Jumat (11/10), sebanyak 210 orang kembali dipulangkan via kapal laut dari Jayapura, Papua menuju Tanjung Priok, Jakarta.
“Tadi siang pukul 13.15 WIT, melalui kapal Doben Solo, kita menyiapkan tiket sekaligus asuransi untuk 262 orang. Dari 262 orang itu, berdasarkan data kami sebanyak 210 yang sudah diberangkatkan menuju Tanjung Priok,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Jumat (11/10).
Usai dari Pelabuhan Tanjung Priok, mereka akan diberangkatkan lagi menuju Medan. Namun belum diputuskan apakah via kapal laut juga atau menggunakan bus seperti gelombang sebelumnya. “Ini yang masih akan kami matangkan berikutnya. Dan tadi sore, delapan orang lagi sudah sampai di Medan dari Tanjung Priok. Acara penyambutan dibuat di kantor saya,” tuturnya.
Tim Sumut Peduli Wamena sebelumnya sudah memulangkan 36 warga Sumut yang eksodus di daerah konflik tersebut, dan disambut langsung Gubernur Edy Rahmayadi di Aula Raja Inal kantor Gubsu, Rabu (9/10) sore. Dengan demikian, total warga yang berhasil dievakuasi ke Medan sampai sekarang sudah berjumlah 44 orang.
“Sebagian besar ada juga yang mandiri melalui pesawat komersil balik ke Wamena. Seperti semalam kita berangkatkan 44 orang ke Wamena naik Hercules. Nah, ini yang rombongan besar (210 orang) sedang dalam perjalanan di laut. Paling lama satu minggu sampai Tanjung Priok,” ungkap mantan Kepala Bappeda Sumut itu.
Ia menambahkan kepulangan semua warga difasilitasi Pemprovsu, dicek kesehatannya sebelum maupun sesudah berada di dalam kapal. Dan sampai kini belum ada warga yang dalam kondisi sakit saat ingin diberangkatkan.
“Kita masih cek ke PELNI apakah ada kapal dari Tanjung Priok ke Belawan. Karena infonya sedang doking (perbaikan kapal) di sana saat ini. Jadi kami mau ambil pilihannya seperti rombongan sebelumnya, yakni naik bus. Kami akan kirimkan staf untuk menjemput mereka di Pelabuhan Tanjung Priok,” katanya.
Pemprovsu sendiri, lanjut dia, akan memprioritaskan pendidikan dan kelanjutan hidup semua warga Sumut yang dipulangkan dari Wamena tersebut. Serta sudah berkoordinasi dengan kepala daerah terkait agar memerhatikan pendidikan anak-anak Sumut ini selanjutnya, dengan cara menyiapkan anggaran di masing-masing APBD-nya.
“Nantinya kalau sudah sampai rombongan yang besar itu ke Medan, mereka akan disambut lagi oleh bapak gubernur dan lalu difasilitasi oleh masing-masing bupati dan wali kota menuju tempat tinggal mereka. Jangan khawatir bahwa kami (pemerintah) akan menjamin kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anak untuk masa depan mereka,” pungkasnya seraya menyebut masih ada lagi warga yang belum tentukan sikap akan pulang ke kampung halamannya. Sebagian lagi ada yang pindah ke provinsi-provinsi lain.
Apresiasi
Sejumlah kalangan memberi apresiasi atas kerja Gubsu dan Wagubsu, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah yang bergerak cepat mengevakuasi warga Sumut yang terkena bencana sosial di Tanah Papua beberapa waktu lalu.
“Kami, pengurus Karang Taruna Sumut sangat menghargai perhatian khusus Pemerintah Sumut, Bapak Gubernur H Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Bapak Musa Rajekshah untuk memulangkan masyarakat Sumut yang ada di Wamena. Ini tindakan sosial yang sangat luar biasa dari pemimpin daerah ini kepada rakyatnya yang sedang tertimpa masalah,” ucap Ketua Karang Taruna Sumut, Dedi Dermawan Milaya.
Kepulangan warga Sumut dari Wamena, lanjutnya, menjadi tanggung jawab bersama. Terutama dalam membuka kesempatan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Dengan demikian, mereka dapat tetap mandiri dan menjalankan kewajibannya menghidupi keluarga. Di mana secara tidak langsung juga membantu pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan.
“Kami, Karang Taruna Sumut juga akan berdampingan dengan Pemerintah Sumut untuk melatih mereka agar tetap mandiri. Sebagaimana tugas dan fungsi Karang Taruna itu sendiri,” tambahnya.
Dedi juga berharap kepada warga Sumut yang memutuskan menetap di Papua agar selalu dilindungi Tuhan Yang Maha Esa. Serta tetap bersemangat menjalani hari-harinya. Karena mereka memiliki pimpinan yang punya kepedulian tinggi terhadap rakyatnya.
Hal senada dikatakan akademisi Universitas Medan Area (UMA), Heri Kusmanto. “Dari peristiwa ini, saya melihat Pak Edy Rahmayadi sebagai sosok pemimpin yang benar-benar mengayomi dan peduli terhadap nasib warganya, di mana pun berada,” katanya.
Selain itu, kepada para pengungsi yang menjadi korban Wamena, menurutnya, Gubsu selalu berpesan agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Serta bersama-sama dengan penduduk setempat untuk menjaga agar suasana tetap kondusif. Tidak terpancing isu dan ajakan untuk membalas dendam atau tindakan anarkis lainnya. “Ini juga yang membuat kita salut,” ujarnya.
Sikap seperti ini, kata dia yang perlu dicontoh oleh pemimpin lainnya. Sehingga berbagai persoalan umat dapat ditangani dan diselesaikan dengan segera. “Jika semua pemimpin kita peduli seperti Pak Edy Rahmayadi, saya yakin berbagai persoalan di negeri ini akan dapat diselesaikan dengan baik,” ujarnya. (prn)
SIDIKALANG, SUMUTPOS.CO – Para peternak babi di 11 Kecamatan Kabupaten Dairi mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Pasalnya, ratusan ternak babi milik mereka mati mendadak, mulai dari anakan hingga indukan berbobot besar.
Salahsatu peternak babi, Lumpin Pangaribuan (40) ,kepada wartawan, Kamis (10/10) menyampaikan, hewan ternaknya sejak beberapa minggu terakhir sudah mati sebanyak 7 ekor. Akibatnya ia mengalami kerugian mencapai Rp 50 juta, karena babi yang mati itu sudah indukan dan memiliki bobot di atas 80 kilogram (kg).
Kerugian lebih besar dialami peternak lainnya. Lumpin menyebut, ternak babi milik tetangganya bermarga Simorangkir, sudah mati 15 ekor. “Di Sidikalang ini, serangan penyakit itu sudah luar biasa. Babi yang sudah divaksin pun turut mati,” katanya.
Ia meminta pemerintah turun tangan untuk mengendalikan serangan penyakit itu. Baik memberikan bantuan obat-obatan mau pun lainnya. “Agar kerugian warga Dairi tidak bertambah,” ungkapnya.
Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian Dairi, Jhon Manurung, Kamis (10/10) di Sidikalang mengatakan, hingga kini penyebab kematian babi di daerah itu belum diketahui pasti. Sesuai laporan warga, ternak babi yang mati mendadak sudah mencapai 700-an ekor. Penyakit itu dominan menyerang babi indukan. “Sesuai laporan warga, sudah sekitar 700 ekor hewan ternak itu mati sejak satu bulan terakhir,” ucapnya.
Kasus itu, menurutnya, belum bisa disebut wabah. Karena populasi hewan ternak babi di Dairi mencapai 100 ribu ekor. Begitupun, menurutnya tetap akan dilakukan pencegahan.
“Beberapa waktu lalu, Balai Veteriner sudah membawa 12 ekor babi sebagai sampel. Dari sampel itu, tiga di antaranya diketahui terkena penyakit kolera. Tetapi yang 9 ekor masih dilakukan penelitian lebih intensif. Karena jenis penyakit kematian babi itu belum bisa disimpulkan,” katanya.
Ditanya apakah penyebab kematian babi itu disebabkan african swine fiver, Manurung mengaku belum mengetahui. Ditunggu saja hasilnya. Pihaknya selalu mengimbau peternak untuk membersihkan kandang dan mensterilkannya. “Kita membina peternak menerapkan biosekuriti (upaya mengurangi penyebaran organisme penyakit dengan cara menghalangi kontak langsung antara hewan dan mikroorganisme) di kandang,” ucapnya.
Penyakit yang menyerang ternak babi tidak menular kepada manusia. Untuk mengonsumsi daging babi, ia menyarankan agar betul- betul masak/dimasak di atas suhu 100 derajat Celsius. Jhon Manurung juga mengimbau warga agar tidak membuang bangkai babi sembarangan, untuk mencegah penularan dan mencemari lingkungan.
“Bangkai babi jangan dibuang ke sungai dan di daratan. Baiknya dibakar dan ditanam,” tandasnya. (rud)
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
WISMAN: Wisawatan mancanegara (wisman) berjalan di depan stasiun kereta api Jalan Stasiun Medan, beberapa waktu lalu.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Association Of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) menilai Provinsi Sumut menjadi sasaran kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) asal Malaysia. Dengan total keseluruhan wisman berkunjung mencapai 50 persen.
“Makanya perlu ada lagi target market kita yakni mana pasar utama, mana pasar berpotensial dan mana pasar baru,” ucap Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ASITA Sumut, Solahuddin Nasution kepada wartawan di Medan, Jumat (11/10).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kunjungan Wisman di Sumatera Utara, di bulan Agustus 2019 mencapai 26.835 kunjungan atau mengalami kenaikan 19,71 persen, bila dibandingkan pada bulan Juli 2019 mencapai 22.417 kunjungan.
Tercatat pada bulan Agustus, wisman dari Malaysia merupakan pengunjung terbanyak dengan 12.360 kunjungan atau 46,06 persen dari total wisman yang berkunjung di Sumut.
Melihat hal tersebut, Solahuddin mengatakan pihak terkait seperti pemerintah harus memperhatikan pertumbuhan wisman Malaysia menunjukkan top market Sumut.
“Jadi, pasar baru ini lah yang harus kita garap. Kapan pun kalau kita nggak mulai orang gak datang. Misalnya wisatawan dari Arab Saudi itu bukan pangsa pasar kita. Sampai kapan pun tidak akan menjadi pangsa pasar kita kalau kita tidak mulai,” ungkap Solahuddin.
Ia mengatakan, ASITA siap berkolaborasi dengan Pemerintah dan pihak terkait untuk meningkatkan kunjungan Wisman di Sumut, terutama dari Malaysia. Mengingat Sumut memiliki objek wisata berkelas dunia seperti Danau Toba, Bukit Lawang dan Nias.
“Jadi harus ada target market yakni pasar utama, potensial dan pasar baru itu. Terutama pasar baru,” tutur Solahuddin.
Untuk itu, meningkatkan pariwisata Sumut harus berbuat secara internal dan eksternal. Secara internal dijelaskan Solahuddin harus membenahi objek-objek wisata. Seperti destinasi wisata di Sumut yang harus dibenahi karena Sumut bersaing pada daerah-daerah lain.
Ia mengungkapkan, persaingan industri pariwisata sekarang sangat ketat, secara nasional Sumut bersaing dengan provinsi lain di Indonesia secara regional Sumut bersaing dengan negara tetangga seperti Singapura, Thailand dan lainnya.
“Apalagi promosi kita masih kurang terutama ke pasar mancanegara. kita masih jarang mengikuti event luar negeri yang bertaraf internasional,” tandasnya. (gus/han)
CENDERAMATA: Bupati Demak, Mohammad Natsir mengenakan ulos hasil karya masyarakat Taput memberikan cenderamata kepada Bupati Taput, Nikson Nababan.
CENDERAMATA: Bupati Demak, Mohammad Natsir mengenakan ulos hasil karya masyarakat Taput memberikan cenderamata kepada Bupati Taput, Nikson Nababan.
TAPUT, SUMUTPOS.CO – Bupati Tapanuli Utara, Drs Nikson Nababan, MSi didampingi istri Satika Simamora menyambut kunjungan kerja Bupati Demak, Mohammad Natsir bersama istri, Suntari di Kanopi Rumah Dinas Bupati Tarutung, Kamis, (10/10).
Kunjungan sehari Bupati Demak yang didampingi oleh Sekda, Singgih Setyono, para Asisten dan beberapa pimpinan OPD adalah sebagai ‘benchmarking’ (studi banding) bidang pemerintahan dan pelayanan umum di Kabupaten Tapanuli Utara.
“Selamat datang Bapak Bupati Demak bersama seluruh rombongan di Tapanuli Utara. Semoga kunjungan kerja seperti ini akan semakin mempererat silaturahmi dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat di dua Kabupaten,” awal sambutan Bupati.
Bupati Taput menjelaskan beberapa program yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun ini, seperti pada sektor kesehatan, infrastruktur jalan, pertanian, pendidikan dan pariwisata serta pertanian.
“Di sektor pertanian kita menjalankan program pupuk bersubsidi bayar pasca panen, pasar lelang beberapa komoditi pertanian yang didukung dengan jaminan harga, mekanisasi pertanian, pembukaan jalan interkoneksi antar desa,” lanjut Bupati.
Bupati Taput juga tak lupa mempromosikan tenun ulos kepada para tamu. “Kita bersama Ibu Ketua Dekranasda Taput berupaya keras agar Tenun Ulos semakin digemari masyarakat luas. Tenun ulos yang dulunya hanya untuk disandang dan sarung, sekarang sudah dimodifikasi sebagai bahan pakaian. Tenun ulos Tapanuli Utara telah meraih beberapa penghargaan dan yang terakhir meraih juara terbaik pada Festival Tenun Bupati Nikson Nababan juga Nasional Tahun 2019,” ucap Bupati.
Sementara Bupati Demak, Muhammad Natsir mengucapkan terimakasih atas penyambutan yang diberikan oleh Bapak Bupati Tapanuli Utara dan berharap ke depan akan semakin terjalin kerja sama kedua Kabupaten.
“Kunjungan ini sebagai wujud kebersamaan kedua Kabupaten. Terima kasih atas penyambutan Bapak Bupati bersama Ibu. Semoga kunjungan ini akan memberi nilai tambah dalam upaya kedua Kabupaten untuk kesejahteraan masyarakat Tapanuli Utara dan Demak,” ucap Bupati Moh. Natsir.
Pertemuan ini juga dihadiri Asisten II Osmar Silalahi dan Asisten III Satya Dharma Nababan, para pimpinan OPD, Ketua MUI dan para pengurus Pujakesuma Tapanuli Utara, kedua Kepala Daerah saling tukar cenderamata yang dilanjutkan dengan ramah tamah. (mag12/han)
HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor, memerintahkan 92 aparatur sipil negara (ASN) untuk memantau Pilkades di 41 desa di Humbahas, yang akan dilangsung pada Senin (14/10) mendatang. Pemantauan itu selaman tiga hari, terhitung tanggal 13 sampai 15 Oktober 2019.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Dinas PMDP2A, Elson Sihotang saat dihubungi wartawan. “Benar dan itu sifatnya monitoring,” kata Elson, Jumat (11/10).
Menurut Elson, surat perintah Bupati itu merupakan amanat. “Itukan perintah atasan sudah termasuk ranah tugas dan fungsi ASN dari aturan,” kata Elson.
Data yang diterima, ada sebanyak 92 nama pejabat eselon II dan III diperintahkan oleh Bupati Dosmar melakukan monitoring pemilihan kepala desa.
Masing-masing pejabat ini sudah dibagi tugasnya untuk melakukan monitoring, alat peraga, kesiapan panitia dan sekaligus monitoring pelaksanaan.
Kata Elson, perintah itu karena dianggap akan terjadi kerawanan dalam pemilihan kepala desa pada Senin mendatang. Hingga diperlukan kenyamanan, berupa ketertiban pada pilkades tersebut, sehingga mereka wajib harus turun.
“Supaya bisa memantau perkembangan dan ada masalah bisa kita selesaikan di tempat sebelum masuk ke ranah hukum,” katanya.Sekaitan Panitia Pemilihan Kepala Desa, menurut Elson, pihaknya tidak ada memberikan keraguan kinerja panitia tersebut, namun hanya memberikan jaminan kenyamanan. “ Makanya juga Polres kita turunkan, bisa saja keributan dipilkades ini, jadi ini hanya untuk kenyamanan penyelenggaraan pilkades,” imbuhnya.
Disinggung, soal apakah ada pengaruh OPD dalam acara pemilihan itu, Eslon mengaku tidak. “Soal lain-lain tidak ada, yang jelas ini hanya memberikan kenyamanan penyelenggaraan pilkades,” tegasnya.
Itu juga dibenarkan oleh, Kepala Dinas Kominfo, Hotman Hutasoit. “ benar, kita juga ikut dan tugas sudah dibagi,” katanya saat dijumpai dikantornya.
Hotman menerangkan, pemantauan itu wajib dilaksanakan karena sudah perintah. Dan itu, merupakan salah satu tugas mereka dari fungsi masing-masing sebagai perangkat daerah. “Jadi ini dalam rangka tugas pemerintah, maka tanggungjawab Kabupaten melihat situasi kondisi sebagaimana mestinya,” kata dia.
Namun, Hotman tak dapat menjelaskan, alasan teknisnya kenapa mereka sebagai pejabat eselon II harus turun. Malah, mantan Kepala Bagian Kehumasan di era pemerintahaan Maddin Sihombing ini, baru mengetahui surat perintah tersebut.
“Saya baru dapat surat perintah ini, jadi mungkin pertanyaan itu lebih tepat DPMDP2D, apa urgensinya karena sayakan dapat surat perintah, itu saja,” katanya.
Disinggung, apakah karena meragukan kualitas Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD), Hotman menjelaskan tidak, namun sifatnya kordinatif. “ Kami tidak meragukan, kalau inikan tugas sifatnya kordinatif,” kata dia.
Senada juga disampaikan oleh, Kepala Bagian Hukum, Suhut Silaban. Malah, dirinya baru mengetahui surat perintah Bupati itu dari wartawan. “ Saya baru tahu karena belum ada sampai ketanganku,” kata dia saat dihubungi.
Suhut yang lagi di perjalanan menuju ke Medan, menurutnya, agar sekaitan surat perintah itu ditanya kebagian yang mengetahui, biarpun ada namanya tercantum ikut sebagai pemantau pilkades. “ Tidak bisa kujawab karena tidak kuketahui, belum sampai ke aku, jadi payah kusampaikan, apalagi karena tidak ada eksaminasi surat perintah itu, apalagi karena itu bukan prodak hukum,” ujarnya.
Sementara, Sekretaris Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, Tonny Sihombing, yang hendak dikonfirmasi sekaitan surat perintah tersebut, hingga berita ini diturunkan, tidak dapat menjawab.
Perlu diketahui, ada sebanyak 7 Kecamatan yang akan dimonitoring oleh 92 ASN dalam pemilihan kepala desa tahun 2019 ini. Diantaranya, Kecamatan Dolok Sanggul sebanyak 11 Desa , Kecamatan Peranginan 4 Desa, Parlilitan 6 Desa, Onan Ganjang 6 Desa, Sijamapolang 1 Desa, Pakkat 6 Desa, Pollung 5 Desa dan Baktiraja 2 Desa. (mag12/han)
ist
BEDAH RUMAH: TNI dibantu masyarakat bergotong- rotong membedah rumah Sarwanto (47) di Desa Pispis Kampung Kecamatan Sipispis Kabupaten Sergai, Selasa (8/10)
BEDAH RUMAH: TNI dibantu masyarakat bergotong- rotong membedah rumah Sarwanto (47) di Desa Pispis Kampung Kecamatan Sipispis Kabupaten Sergai, Selasa (8/10)
SERGAI, SUMUTPOS.CO – Satun Tugas (Satgas) TNI Menunggal Membangun Desa (TMMD) ke-106 Kodim 0204/DS membedah rumah warga yang tidak layak huni milik Sarwanto (47) di Desa Pispis Kampung Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedaga (Sergai), Selasa (8/10).
Dalam menjalankan Program Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini, TNI dibantu warga setempat.
Satgas TMMD yang di pimpinn oleh Serma M Yusuf mengatakan, pelaksanaan RTLH telah mencapai pemasangan batu-bata dan pemasangan kusen jendela dan pintu. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan lubang angin atau pentilasi.
Dansatgas TMMD 106 Kodim 0204/DS Letkol Kav Syamsul Arifin SE MTr,(Han) mengatakan, mereka
akan terus bekerja agar mendapat hasil maksimal dan dinikmati masyarakat. Karena waktunya terbatas dan masih ada sasaran lain yang harus segera diselesaikan.
“Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari Kemanunggalan TNI dan rakyat dalam program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) dalam membantu masyarakat yang kurang mampu,” tutur Letkol Kav Syamsul Arifin. (azw)