25.6 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

Pendamping Ganjar Sangat Mungkin dari NU

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Nama-nama bakal calon wakil presiden (Bacawapres) pendamping Ganjar Pranowo semakin mengerucut. Dinamika politik yang terjadi belakangan, membuat nama yang sebelumnya santer mendampingi Ganjar otomatis tercoret.

Perkembangan penentuan pendamping Ganjar itu, disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani. Dia menjelaskan, pembahasan siapa yang bakal mendampingi Ganjar terus berlangsung. “Sampai nanti menjelang pendaftaran Capres dan Cawapres. Jadi kita lihat saja,” katanya usai menghadiri pembukaan Munas dan Kombes NU di Pesantren Al Hamid di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (18/9).

Puan yang juga Ketua DPR itu menuturkan, dengan perubahan dinamika politik, khususnya peta koalisi seperti sekarang, tentu ada perubahan-perubahan di koalisinya. Dia menjelaskan akan segera melakukan rapat koordinasi dengan para ketua umum di gerbong koalisi PDI Perjuangan. Termasuk juga menyampaikan ke Ketua Umum PDI Perjuangan terkait dengan perubahan dan dinamika politik yang ada.

Soal kapan bakal ada penetapan Capres dan Cawapres dari PDI Perjuangan, Puan meminta publik untuk sabar. “Pendaftaran (Capres dan Cawapres) masih sebulan,” katanya.

Meskipun begitu, Puan menyadari semua pihak berharap secepatnya bisa segera diputuskan. Namun dia mengingatkan bahwa masing-masing partai politik atau koalisi mempunyai strategi.

Dia lantas menyebutkan nama-nama kandidat bacawapres pendamping ganjar, yang selama ini sudah ramai di publik. Yaitu ada nama Erick Thohir, Sandiaga Uno, Andika Perkasa, dan Mahfud MD. Dai menjelaskan, sebelumnya juga ada nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. “Tetapi karena (partai) Demokrat sudah menentukan (koalisi) dengan Mas Prabowo, sepertinya tidak mungkin,” jelasnya.

Kemudian soal kemunculan nama Ridwan Kamil, Puan mengatakan, Partai Golkar sudah menentukan koalisi dengan Gerindra mendukung Capres Prabowo Subianto. Dia menjelaskan, Ridwan Kamil adalah kader Golkar. Sementara itu Munas Partai Golkar sudah memutuskan Cawapresnya adalah Airlangga Hartarto.

Bagi Puan, tidak mungkin ada perbedaan pandangan atau pilihan antara Ridwan Kamil selaku kader, dengan keputusan Partai Golkar secara kelembagaan. “Tidak mungkin satu kader ada di sini (koalisi PDI Perjuangan), tetapi gerbong (partai)-nya ada di tempat lain,” tuturnya.

Lantas, apakah ada potensi calon pendamping Ganjar adalah tokoh dari kalangan NU? “Mungkin saja,” jawab Puan. Sebab dari nama-nama yang sebelumnya dia sebutkan, ada Mahfud MD yang secara kultural adalah warga nahdliyin atau NU.

Acara pembukaan Munas dan Kombes NU itu dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo. Tetap sepanjang pidatonya, dia sama sekali tidak menyinggung urusan politik. Termasuk urusan Pilpres atau Pemilu 2024. Dia lebih menyinggung soal pengorganisasian SDM NU di seluruh Indonesia dan sejumlah negara.

Sementara itu dalam khutbahnya, Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar beberapa kali menyinggung soal Pemilu 2024. “Sepertinya ada yang dinanti. Instruksi menghadapi tahun politik. Kira-kira disampaikan apa gak ya?” kata ulama asal Surabaya itu.

Dia menegaskan, KPU sendiri belum menetapkan calon-calon yang bakal bersaing di Pilpres 2024. Jadi kenapa warga NU atau PBNU harus tergesa-gesa. Jadi dia mengatakan sebaiknya instruksi PBNU menyambut tahun politik 2024 dia simpan dulu.

Miftachul juga menyampaikan hasil dari Muktamar PBNU di Solo beberapa tahun lalu. Pada momen itu diputuskan bagaimana NU menjaga jarak dengan semua partai politik. “Ini ada yang lupa, kalau NU itu harus menjaga jarak. Kura-kura dalam perahu. Pura-pura tidak tahu,” katanya disambut tawa peserta musyawarah.

Sementara itu, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, juga tidak banyak menyinggung soal Pemilu 2024 dalam pidatonya. Di hadapan Presiden Jokowi, Gus Yahya mengatakan selama ini sudah banyak yang dilakukan Jokowi untuk membantu NU.

Dia sepenuhnya merasakan bahwa sejak memimpin kepengurusan PBNU 2022-2027, Presiden Jokowi tidak pernah jauh-jauh dari PBNU. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu selalu membersamai PBNU hingga saat ini. “Dan tentu saja saya ingin sampaikan kepada seluruh keluarga besar NU, insyallah NU juga tidak pernah jauh-jauh dari Insinyur Joko Widodo,” katanya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya mengatakan, partainya memang sudah memutuskan mendukung Prabowo sebagai Capres pada Pilpres 2024 mendatang. “Partai Demokrat mendukung Pak Prabowo sebagai capres 2024,” terangnya.

Dukungan langsung disampaikan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat datang ke rumah Prabowo di Hambalang, Bogor pada Minggu (17/9) lalu.

Dalam pertemuan itu, kata dia, AHY juga menitipkan semangat perubahan dan perbaikan kepada Prabowo. Pihaknya berharap Prabowo memperjuangkan semangat tersebut. “Yang baik dilanjutkan, yang belum baik diperbaiki,” bebernya.

Walaupun sudah menyatakan dukungan kepada Prabowo, tapi Partai Demokrat baru akan mengumumkan dukungannya secara resmi dalam rapat pimpinan nasional (Rapimnas) yang akan digelar Kamis (21/9) mendatang.

Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam mengatakan, setelah mendukung Prabowo, ada tantangan yang dihadapi Partai Demokrat. Yaitu, bagaimana meletakkan konsep dan tagline perubahan untuk perbaikan yang mereka usung, agar bisa melebur dengan semangat keberlanjutan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Jika Demokrat bisa menjelaskan konsep perubahan dan perbaikan sebagai manifestasi dari konsep change and continuity, maka tidak akan ada kendala memadai dalam upaya Demokrat untuk melebur dengan koalisi pengusung Prabowo Subianto.

Artinya, di atas kertas, Prabowo kembali mengantongi dukungan besar dengan akumulasi kekuatan kursi parlemen di atas 45 persen. Sedangkan kekuatan partai-partai pendukung Anies – Muhaimin hanya sebesar 29 persen dan pengusung Ganjar Pranowo masih berpuas diri dengan dukungan 25 persen.

Jika mesin politik partai-partai pendukung Prabowo bisa bekerja optimal, maka di atas kertas potensi kemenangannya lebih terbuka. “Meskipun demikian, besarnya angka kekuatan koalisi tidak menjamin kemenangan pasangan capres-cawapres dalam Pilpres di Indonesia,” ungkap Umam.

 

Ganjar di Universitas Indonesia

Bakal Calon Presiden, Ganjar Pranowo ditanya soal integritasnya mengurus rakyat ketika terpilih menjadi presiden. Pertanyaan itu muncul ketika mantan Gubernur Jawa Tengah itu mengisi kuliah kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), pada Senin (18/9).

Ganjar ditanya mahasiswa Ilmu Politik FISIP UI bernama Naufal. Dirinya mempertanyakan integritas Ganjar yang merupakan petugas partai PDI Perjuangan dalam mengedepankan kepentingan rakyat ketika terpilih. “Saya kader partai, tapi presiden bukan, gubernur bukan. Itulah melayani. Jadi kita bisa membedakan ketika sudah berada jabatan, maka kalau anda research tentang saya apa yg saya lakukan, adakah kemudian saya berpihak hanya pada partai saya,” ungkap dia.

Mahasiswa itu kembali meminta ketegasan Ganjar soal petugas partai. Namun, Ganjar meminta untuk melihat rekam jejaknya sebagai gubernur. “Kamu Naufal, kamu bisa mengetahui, kamu akan dikirimi dua buku saya. Mungkin buku itu cukup bisa menjelaskan keraguanmu agar kelak nanti kamu bisa menentukan pilihan dengan objektif. Siapa yang kamu pilih, tidak harus Ganjar. Jangan tergesa-gesa milih Ganjar, anda cek dulu, anda pastikan, anda yakin nggak dengan saya,” papar Ganjar.

“Dua buku itu akan menjelaskan, apa yang kami kerjakan. Satu buku itu judulnya hitam putih Ganjar, hitam putih nggak pernah abu-abu itu yang kamu akan lihat nanti apa keputusan ketika kita harus berada pada jabatan publik,” jelas dia.

Pada kesempatan itu, Ganjar menjelaskan sejumlah isu strategis tentang persoalan pendidikan, lapangan pekerjaan, korupsi dan juga Indonesia di mata dunia. Usai kegiatan, Ganjar berharap kuliah kebangsaaan ini bisa dilakukan oleh kampus lain. “Menurut saya ini bagus ya bisa memberikan penjelasan terus kemudian berdiskusi jadi menurut saya tradisi yang menarik. Boleh kok dikembangkan di kampus lain, besok di UGM,” jelas Ganjar. (wan/lum/bry/lyn/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Nama-nama bakal calon wakil presiden (Bacawapres) pendamping Ganjar Pranowo semakin mengerucut. Dinamika politik yang terjadi belakangan, membuat nama yang sebelumnya santer mendampingi Ganjar otomatis tercoret.

Perkembangan penentuan pendamping Ganjar itu, disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani. Dia menjelaskan, pembahasan siapa yang bakal mendampingi Ganjar terus berlangsung. “Sampai nanti menjelang pendaftaran Capres dan Cawapres. Jadi kita lihat saja,” katanya usai menghadiri pembukaan Munas dan Kombes NU di Pesantren Al Hamid di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (18/9).

Puan yang juga Ketua DPR itu menuturkan, dengan perubahan dinamika politik, khususnya peta koalisi seperti sekarang, tentu ada perubahan-perubahan di koalisinya. Dia menjelaskan akan segera melakukan rapat koordinasi dengan para ketua umum di gerbong koalisi PDI Perjuangan. Termasuk juga menyampaikan ke Ketua Umum PDI Perjuangan terkait dengan perubahan dan dinamika politik yang ada.

Soal kapan bakal ada penetapan Capres dan Cawapres dari PDI Perjuangan, Puan meminta publik untuk sabar. “Pendaftaran (Capres dan Cawapres) masih sebulan,” katanya.

Meskipun begitu, Puan menyadari semua pihak berharap secepatnya bisa segera diputuskan. Namun dia mengingatkan bahwa masing-masing partai politik atau koalisi mempunyai strategi.

Dia lantas menyebutkan nama-nama kandidat bacawapres pendamping ganjar, yang selama ini sudah ramai di publik. Yaitu ada nama Erick Thohir, Sandiaga Uno, Andika Perkasa, dan Mahfud MD. Dai menjelaskan, sebelumnya juga ada nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. “Tetapi karena (partai) Demokrat sudah menentukan (koalisi) dengan Mas Prabowo, sepertinya tidak mungkin,” jelasnya.

Kemudian soal kemunculan nama Ridwan Kamil, Puan mengatakan, Partai Golkar sudah menentukan koalisi dengan Gerindra mendukung Capres Prabowo Subianto. Dia menjelaskan, Ridwan Kamil adalah kader Golkar. Sementara itu Munas Partai Golkar sudah memutuskan Cawapresnya adalah Airlangga Hartarto.

Bagi Puan, tidak mungkin ada perbedaan pandangan atau pilihan antara Ridwan Kamil selaku kader, dengan keputusan Partai Golkar secara kelembagaan. “Tidak mungkin satu kader ada di sini (koalisi PDI Perjuangan), tetapi gerbong (partai)-nya ada di tempat lain,” tuturnya.

Lantas, apakah ada potensi calon pendamping Ganjar adalah tokoh dari kalangan NU? “Mungkin saja,” jawab Puan. Sebab dari nama-nama yang sebelumnya dia sebutkan, ada Mahfud MD yang secara kultural adalah warga nahdliyin atau NU.

Acara pembukaan Munas dan Kombes NU itu dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo. Tetap sepanjang pidatonya, dia sama sekali tidak menyinggung urusan politik. Termasuk urusan Pilpres atau Pemilu 2024. Dia lebih menyinggung soal pengorganisasian SDM NU di seluruh Indonesia dan sejumlah negara.

Sementara itu dalam khutbahnya, Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar beberapa kali menyinggung soal Pemilu 2024. “Sepertinya ada yang dinanti. Instruksi menghadapi tahun politik. Kira-kira disampaikan apa gak ya?” kata ulama asal Surabaya itu.

Dia menegaskan, KPU sendiri belum menetapkan calon-calon yang bakal bersaing di Pilpres 2024. Jadi kenapa warga NU atau PBNU harus tergesa-gesa. Jadi dia mengatakan sebaiknya instruksi PBNU menyambut tahun politik 2024 dia simpan dulu.

Miftachul juga menyampaikan hasil dari Muktamar PBNU di Solo beberapa tahun lalu. Pada momen itu diputuskan bagaimana NU menjaga jarak dengan semua partai politik. “Ini ada yang lupa, kalau NU itu harus menjaga jarak. Kura-kura dalam perahu. Pura-pura tidak tahu,” katanya disambut tawa peserta musyawarah.

Sementara itu, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, juga tidak banyak menyinggung soal Pemilu 2024 dalam pidatonya. Di hadapan Presiden Jokowi, Gus Yahya mengatakan selama ini sudah banyak yang dilakukan Jokowi untuk membantu NU.

Dia sepenuhnya merasakan bahwa sejak memimpin kepengurusan PBNU 2022-2027, Presiden Jokowi tidak pernah jauh-jauh dari PBNU. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu selalu membersamai PBNU hingga saat ini. “Dan tentu saja saya ingin sampaikan kepada seluruh keluarga besar NU, insyallah NU juga tidak pernah jauh-jauh dari Insinyur Joko Widodo,” katanya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya mengatakan, partainya memang sudah memutuskan mendukung Prabowo sebagai Capres pada Pilpres 2024 mendatang. “Partai Demokrat mendukung Pak Prabowo sebagai capres 2024,” terangnya.

Dukungan langsung disampaikan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat datang ke rumah Prabowo di Hambalang, Bogor pada Minggu (17/9) lalu.

Dalam pertemuan itu, kata dia, AHY juga menitipkan semangat perubahan dan perbaikan kepada Prabowo. Pihaknya berharap Prabowo memperjuangkan semangat tersebut. “Yang baik dilanjutkan, yang belum baik diperbaiki,” bebernya.

Walaupun sudah menyatakan dukungan kepada Prabowo, tapi Partai Demokrat baru akan mengumumkan dukungannya secara resmi dalam rapat pimpinan nasional (Rapimnas) yang akan digelar Kamis (21/9) mendatang.

Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam mengatakan, setelah mendukung Prabowo, ada tantangan yang dihadapi Partai Demokrat. Yaitu, bagaimana meletakkan konsep dan tagline perubahan untuk perbaikan yang mereka usung, agar bisa melebur dengan semangat keberlanjutan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Jika Demokrat bisa menjelaskan konsep perubahan dan perbaikan sebagai manifestasi dari konsep change and continuity, maka tidak akan ada kendala memadai dalam upaya Demokrat untuk melebur dengan koalisi pengusung Prabowo Subianto.

Artinya, di atas kertas, Prabowo kembali mengantongi dukungan besar dengan akumulasi kekuatan kursi parlemen di atas 45 persen. Sedangkan kekuatan partai-partai pendukung Anies – Muhaimin hanya sebesar 29 persen dan pengusung Ganjar Pranowo masih berpuas diri dengan dukungan 25 persen.

Jika mesin politik partai-partai pendukung Prabowo bisa bekerja optimal, maka di atas kertas potensi kemenangannya lebih terbuka. “Meskipun demikian, besarnya angka kekuatan koalisi tidak menjamin kemenangan pasangan capres-cawapres dalam Pilpres di Indonesia,” ungkap Umam.

 

Ganjar di Universitas Indonesia

Bakal Calon Presiden, Ganjar Pranowo ditanya soal integritasnya mengurus rakyat ketika terpilih menjadi presiden. Pertanyaan itu muncul ketika mantan Gubernur Jawa Tengah itu mengisi kuliah kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), pada Senin (18/9).

Ganjar ditanya mahasiswa Ilmu Politik FISIP UI bernama Naufal. Dirinya mempertanyakan integritas Ganjar yang merupakan petugas partai PDI Perjuangan dalam mengedepankan kepentingan rakyat ketika terpilih. “Saya kader partai, tapi presiden bukan, gubernur bukan. Itulah melayani. Jadi kita bisa membedakan ketika sudah berada jabatan, maka kalau anda research tentang saya apa yg saya lakukan, adakah kemudian saya berpihak hanya pada partai saya,” ungkap dia.

Mahasiswa itu kembali meminta ketegasan Ganjar soal petugas partai. Namun, Ganjar meminta untuk melihat rekam jejaknya sebagai gubernur. “Kamu Naufal, kamu bisa mengetahui, kamu akan dikirimi dua buku saya. Mungkin buku itu cukup bisa menjelaskan keraguanmu agar kelak nanti kamu bisa menentukan pilihan dengan objektif. Siapa yang kamu pilih, tidak harus Ganjar. Jangan tergesa-gesa milih Ganjar, anda cek dulu, anda pastikan, anda yakin nggak dengan saya,” papar Ganjar.

“Dua buku itu akan menjelaskan, apa yang kami kerjakan. Satu buku itu judulnya hitam putih Ganjar, hitam putih nggak pernah abu-abu itu yang kamu akan lihat nanti apa keputusan ketika kita harus berada pada jabatan publik,” jelas dia.

Pada kesempatan itu, Ganjar menjelaskan sejumlah isu strategis tentang persoalan pendidikan, lapangan pekerjaan, korupsi dan juga Indonesia di mata dunia. Usai kegiatan, Ganjar berharap kuliah kebangsaaan ini bisa dilakukan oleh kampus lain. “Menurut saya ini bagus ya bisa memberikan penjelasan terus kemudian berdiskusi jadi menurut saya tradisi yang menarik. Boleh kok dikembangkan di kampus lain, besok di UGM,” jelas Ganjar. (wan/lum/bry/lyn/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/