30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Kader Golkar Disebut Hilang Akal

FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS Sekjen Partai Golkar versi Munas Riau 2009, Idrus Marham, memberikan keterangan pers terkait Pilkada 2015 di kantor KPU, Jakarta, Senin (2/3/2015). Kedatangan Idrus menjelaskan kepengurusan Golkar yang berlaku saat ini adalah hasil Munas ke-8 di Riau 2009 sesuai surat keputusan Menkum HAM hingga ada keputusan dari Mahkamah Partai itu terkait konflik dualisme kepengurusan.
FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS
Sekjen Partai Golkar versi Munas Riau 2009, Idrus Marham, memberikan keterangan pers terkait Pilkada 2015 di kantor KPU, Jakarta, Senin (2/3/2015). Kedatangan Idrus menjelaskan kepengurusan Golkar yang berlaku saat ini adalah hasil Munas ke-8 di Riau 2009 sesuai surat keputusan Menkum HAM hingga ada keputusan dari Mahkamah Partai itu terkait konflik dualisme kepengurusan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kabar berpindahnya kader Golkar ke kubu Agung Laksono mulai memuat kubu Aburizal ‘Ical’ Bakrie gerah. Kader yang pindah pun dianggap mulai hilang akal karena mempertahankan atau terbujuk jabatan.

Hal ini ditegaskan langsung oleh Sekjen DPP Golkar hasil Munas Bali, Idrus Marham. Dia mengatakan, pihak-pihak yang memberikan dukungan dan mengakui kepen-gurusan Agung Laksono tidak punya idealisme. “Mereka takut kehilangan atau hanya ingin mempertahankan posisi atau jabatan semata,” tegas Idrus, kemarin.

Lebih lanjut Idrus mengatakan, mereka yang melompat ke kubu Agung akan gigit jari. Pasalnya, Idrus optimistis DPP Partai Golkar versi Munas Bali yang akan mengantongi SK legalitas. “Bisa saja mereka akan ditipu oleh pihak Agung Laksono,” ujar Idrus.

Idrus pun khawatir mereka yang mendukung Agung itu akan frustasi. Mengingat, pengakuan yang dibuat oleh Menteri Yasonna belum final. Apalagi pihaknya saat ini tengah berjuang lewat jalur pengadilan dengan mengajukan gugatan. Idrus berpendapat, seharusnya politisi Golkar mencontoh almarhum Haryanto Taslam. Baginya, sosok Haryanto merupakan figur kader Golkar yang selama ini dikenal tak gila jabatan. Bukan kader yang gampang berubah hanya demi jabatan semata.

“Di Golkar, banyak yang hilang kecerdasan dengan persaingan jabatan. Ini yang harus dicontoh dari almarhum. Beliau (almarhum) tidak seperti itu,” jelasnya. (dil/jpnn)

FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS Sekjen Partai Golkar versi Munas Riau 2009, Idrus Marham, memberikan keterangan pers terkait Pilkada 2015 di kantor KPU, Jakarta, Senin (2/3/2015). Kedatangan Idrus menjelaskan kepengurusan Golkar yang berlaku saat ini adalah hasil Munas ke-8 di Riau 2009 sesuai surat keputusan Menkum HAM hingga ada keputusan dari Mahkamah Partai itu terkait konflik dualisme kepengurusan.
FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS
Sekjen Partai Golkar versi Munas Riau 2009, Idrus Marham, memberikan keterangan pers terkait Pilkada 2015 di kantor KPU, Jakarta, Senin (2/3/2015). Kedatangan Idrus menjelaskan kepengurusan Golkar yang berlaku saat ini adalah hasil Munas ke-8 di Riau 2009 sesuai surat keputusan Menkum HAM hingga ada keputusan dari Mahkamah Partai itu terkait konflik dualisme kepengurusan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kabar berpindahnya kader Golkar ke kubu Agung Laksono mulai memuat kubu Aburizal ‘Ical’ Bakrie gerah. Kader yang pindah pun dianggap mulai hilang akal karena mempertahankan atau terbujuk jabatan.

Hal ini ditegaskan langsung oleh Sekjen DPP Golkar hasil Munas Bali, Idrus Marham. Dia mengatakan, pihak-pihak yang memberikan dukungan dan mengakui kepen-gurusan Agung Laksono tidak punya idealisme. “Mereka takut kehilangan atau hanya ingin mempertahankan posisi atau jabatan semata,” tegas Idrus, kemarin.

Lebih lanjut Idrus mengatakan, mereka yang melompat ke kubu Agung akan gigit jari. Pasalnya, Idrus optimistis DPP Partai Golkar versi Munas Bali yang akan mengantongi SK legalitas. “Bisa saja mereka akan ditipu oleh pihak Agung Laksono,” ujar Idrus.

Idrus pun khawatir mereka yang mendukung Agung itu akan frustasi. Mengingat, pengakuan yang dibuat oleh Menteri Yasonna belum final. Apalagi pihaknya saat ini tengah berjuang lewat jalur pengadilan dengan mengajukan gugatan. Idrus berpendapat, seharusnya politisi Golkar mencontoh almarhum Haryanto Taslam. Baginya, sosok Haryanto merupakan figur kader Golkar yang selama ini dikenal tak gila jabatan. Bukan kader yang gampang berubah hanya demi jabatan semata.

“Di Golkar, banyak yang hilang kecerdasan dengan persaingan jabatan. Ini yang harus dicontoh dari almarhum. Beliau (almarhum) tidak seperti itu,” jelasnya. (dil/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/