25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Loncat ke Nasdem, Erry Pilih Langkah Aman

Foto: Dok/Sumut Pos Tengku Erry Nuradi, memilih hengkang dari Partai Golkar ke Partai Nasdem.
Foto: Dok/Sumut Pos
Tengku Erry Nuradi, memilih hengkang dari Partai Golkar ke Partai Nasdem.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pilihan langkah politik Tengku Erry Nuradi yang loncat dari Golkar ke NasDem dianggap sebagai langkah mencari aman untuk mengejar ambisi berkuasanya. Namun ketika dibandingkan dengan Hanura yang sebelumnya sudah menawarkan posisi ketua DPD Sumut, salah satu pertimbangannya adalah masalah soliditas kader.

Partai Hanura sebelum dan sesudah Pemilu Legislatif memang mengalami permasalahan di kepengurusan, mulai dari pemberhentian Zulkifli Efendi Siregar sebagai ketua sampai jabatan tersebut dikembalikan lagi. Hal ini salah satu yang dinilai sebagai alasan Tengku Erry memilih Nasdem.

“Kalau dia (Tengku Erry) ke Hanura, saya kira belum tentu dukungan diberikan secara penuh lagi. Karena berbeda dengan beberapa waktu lalu ketika ada tawaran posisi ketua. Dan pastinya akan ada banyak friksi-friksi nantinya yang muncul ketika masuk di situ (Hanura) dan belum tentu diterima. Sekarang ini ’kan keterbukaan itu ada di dalam Partai NasDem,” terang pengamat politik, Warjio MA.

Warjio juga menilai bahwa wakil gubernur itu melihat sebuah kekuatan besar di mana Nasdem dapat dijadikan ‘kuda tunggangan’ baru untuk meluluskan ambisinya merebut kekuasaan. Sejalan dengan itu, partai pengusung isu restorasi tersebut memang sedang membangun kekuatan pada masa pertamanya ini memiliki kursi legislatif tingkat pusat hingga daerah. Meskipun jika dilihat dari jumlah kursi, jauh lebih banyak Hanura, tetapi soal soliditas, jauh lebih kuat di NasDem.

“Kekuatan itu bukan soal jumlah kursi, dan Erry bukan memandang itu. Walaupun partai baru, perkembangannya jauh lebih cepat daripada Hanura. Saya kira ini sebuah cerminan politik, bagaimana memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi, termasuk untuk (mencalonkan diri) menjadi gubernur Sumut. Jadi saya kira tujuannya ingin mencari ‘kuda tunggangan’ yang bisa men-support dia secara penuh dan minim intrik secara internal. Saya fikir ia melihat itu ada di Nasdem,” katanya.

Dalam hal ini, Warjio berpendapat jika Tengku Erry Nuradi adalah seorang yang ingin mencari aman dalam berpolitik. Termasuk soal rivalitasnya dengan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho. Sehingga keputusan ini merupakan strategi politik Erry yang memang seperti sudah direncanakan. “Ini kan strategi politik yang bukan muncul secara tiba-tiba, tetapi sebenarnya sudah di rencanakan. Apalagi kita lihat intrik antara gubernur dengan wakil gubernur bukan lagi sekadar isu. Jadi antara NasDem dengan Tengku Erry merupakan simbiosis mutualisme. Dan ‘tunggangan’ lain yang dianggap bisa menjadi representatif nanti dengan kepentingan-kepentingan politiknya baik jangka pendek maupun jangka panjang,” jelasnya. (bal/prn/rbb)

Foto: Dok/Sumut Pos Tengku Erry Nuradi, memilih hengkang dari Partai Golkar ke Partai Nasdem.
Foto: Dok/Sumut Pos
Tengku Erry Nuradi, memilih hengkang dari Partai Golkar ke Partai Nasdem.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pilihan langkah politik Tengku Erry Nuradi yang loncat dari Golkar ke NasDem dianggap sebagai langkah mencari aman untuk mengejar ambisi berkuasanya. Namun ketika dibandingkan dengan Hanura yang sebelumnya sudah menawarkan posisi ketua DPD Sumut, salah satu pertimbangannya adalah masalah soliditas kader.

Partai Hanura sebelum dan sesudah Pemilu Legislatif memang mengalami permasalahan di kepengurusan, mulai dari pemberhentian Zulkifli Efendi Siregar sebagai ketua sampai jabatan tersebut dikembalikan lagi. Hal ini salah satu yang dinilai sebagai alasan Tengku Erry memilih Nasdem.

“Kalau dia (Tengku Erry) ke Hanura, saya kira belum tentu dukungan diberikan secara penuh lagi. Karena berbeda dengan beberapa waktu lalu ketika ada tawaran posisi ketua. Dan pastinya akan ada banyak friksi-friksi nantinya yang muncul ketika masuk di situ (Hanura) dan belum tentu diterima. Sekarang ini ’kan keterbukaan itu ada di dalam Partai NasDem,” terang pengamat politik, Warjio MA.

Warjio juga menilai bahwa wakil gubernur itu melihat sebuah kekuatan besar di mana Nasdem dapat dijadikan ‘kuda tunggangan’ baru untuk meluluskan ambisinya merebut kekuasaan. Sejalan dengan itu, partai pengusung isu restorasi tersebut memang sedang membangun kekuatan pada masa pertamanya ini memiliki kursi legislatif tingkat pusat hingga daerah. Meskipun jika dilihat dari jumlah kursi, jauh lebih banyak Hanura, tetapi soal soliditas, jauh lebih kuat di NasDem.

“Kekuatan itu bukan soal jumlah kursi, dan Erry bukan memandang itu. Walaupun partai baru, perkembangannya jauh lebih cepat daripada Hanura. Saya kira ini sebuah cerminan politik, bagaimana memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi, termasuk untuk (mencalonkan diri) menjadi gubernur Sumut. Jadi saya kira tujuannya ingin mencari ‘kuda tunggangan’ yang bisa men-support dia secara penuh dan minim intrik secara internal. Saya fikir ia melihat itu ada di Nasdem,” katanya.

Dalam hal ini, Warjio berpendapat jika Tengku Erry Nuradi adalah seorang yang ingin mencari aman dalam berpolitik. Termasuk soal rivalitasnya dengan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho. Sehingga keputusan ini merupakan strategi politik Erry yang memang seperti sudah direncanakan. “Ini kan strategi politik yang bukan muncul secara tiba-tiba, tetapi sebenarnya sudah di rencanakan. Apalagi kita lihat intrik antara gubernur dengan wakil gubernur bukan lagi sekadar isu. Jadi antara NasDem dengan Tengku Erry merupakan simbiosis mutualisme. Dan ‘tunggangan’ lain yang dianggap bisa menjadi representatif nanti dengan kepentingan-kepentingan politiknya baik jangka pendek maupun jangka panjang,” jelasnya. (bal/prn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/