25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Dahlan Iskan Tertinggi, Konsistensi Konvensi Diuji

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kalau Susilo Bambang Yudhoyono ingin buktikan dirinya sebagai orang konsisten dan taat asas, seperti diklaimnya selama ini, maka ruang pembuktian paling pas adalah di Konvensi Partai Demokrat.

Ketua Umum Demokrat itu harus fair, selaku juga Ketua Majelis Tinggi menetapkan peserta konvensi capres yang paling tinggi elektabilitasnya dalam survei internal dan eksternal, sebagai bakal calon presiden yang diusung.

“Sebagai ketua majelis tinggi yang konsisten, taat asas, siapapun yang menangkan konvensi harus didukung jadi capres. Tetap ditawarkan sebagai capres dulu, kalau nanti di koalisi ada tawar-menawar, itu soal nanti,” terang analis politik dan pakar survei, Umar S Bakry, kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (26/4).

SBY sebaiknya mentaati janji atau aturan dari awal bahwa pemenang ditentukan oleh survei terakhir. Faktanya, Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, masih bertengger di semua hasil survei terkait kompetisi bakal capres di internal Demokrat.

“Harus ditaati. Janganlah nanti hasil survei menetapkan Dahlan Iskan yang tertinggi, tapi majelis tinggi punya pilihan lain,” tambah Sekjen Asosiasi Riset dan Opini Publik Indonesia (AROPI) itu.

 

KONSTELASI POLITIK PASTI BERUBAH

Meski perolehan suara dalam pemilihan legislatif lalu sekitar 10 persen, namun bisa jadi Demokrat, dalam hal ini SBY, menjadi penentu pertarungan pemilihan presiden (Pilpres) yang akan digelar pada 9 April mendatang.

“SBY masih memegang kartu truf dalam Pilpres,” kata pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio.

Hendri menjelaskan lebih rinci, selama 10 tahun terakhir ini partai-partai Islam sudah merasakan nyaman berkoalisi dengan Demokrat. Bila terjadi kemacetan koalisi di antara partai menengah, bisa jadi mereka merapat ke Demokrat lagi.

“Tinggal nanti apakah capresnya hasil pemenang Konvensi atau capresnya dari koalisi Islam yang dipasangkan dengan cawapres Demokrat hasil Konvensi,” ungkap Hendri.

Itu hal pertama mengapa SBY bisa menjadi penentu. Hal lain, laut Hendri, pemilihan legislatif berbeda dengan pemilihan presiden. Dari sisi ini, maka semua orang akan menunggu capres yang keluar dari Demokrat.

“Bagaimanapun SBY masih punya pengaruh, dan siapapun nanti pemenang konvensi, maka publik akan melihat itu sebagai pilihan SBY,” jelas Hendri.

Terkait dengan elektabilitas tertinggi yang masih dipegang peserta Konvensi Demokrat, Dahlan Iskan, Hendri mengatakan, bila memang Demokrat mengusung Dahlan sebagai capres dalam koalisi yang bisa dikatakan sebagai koalisi poros tengah itu, maka konstelasi politik Indonesia pasti berubah.

Dahlan yang dikenal sebagai pekerja keras, akan mengubah konstelasi dan potensi Demokrat untuk menjadi pemenang pun terbuka.

“Dahlan cukup mencuat beberapa tahun terakhir ini. Dahlan akan bisa mengimbangi figur kerakyatan, kesederhaan dan blusukan Jokowi,” demikian Hendri. (dya/jpnn)

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kalau Susilo Bambang Yudhoyono ingin buktikan dirinya sebagai orang konsisten dan taat asas, seperti diklaimnya selama ini, maka ruang pembuktian paling pas adalah di Konvensi Partai Demokrat.

Ketua Umum Demokrat itu harus fair, selaku juga Ketua Majelis Tinggi menetapkan peserta konvensi capres yang paling tinggi elektabilitasnya dalam survei internal dan eksternal, sebagai bakal calon presiden yang diusung.

“Sebagai ketua majelis tinggi yang konsisten, taat asas, siapapun yang menangkan konvensi harus didukung jadi capres. Tetap ditawarkan sebagai capres dulu, kalau nanti di koalisi ada tawar-menawar, itu soal nanti,” terang analis politik dan pakar survei, Umar S Bakry, kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (26/4).

SBY sebaiknya mentaati janji atau aturan dari awal bahwa pemenang ditentukan oleh survei terakhir. Faktanya, Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, masih bertengger di semua hasil survei terkait kompetisi bakal capres di internal Demokrat.

“Harus ditaati. Janganlah nanti hasil survei menetapkan Dahlan Iskan yang tertinggi, tapi majelis tinggi punya pilihan lain,” tambah Sekjen Asosiasi Riset dan Opini Publik Indonesia (AROPI) itu.

 

KONSTELASI POLITIK PASTI BERUBAH

Meski perolehan suara dalam pemilihan legislatif lalu sekitar 10 persen, namun bisa jadi Demokrat, dalam hal ini SBY, menjadi penentu pertarungan pemilihan presiden (Pilpres) yang akan digelar pada 9 April mendatang.

“SBY masih memegang kartu truf dalam Pilpres,” kata pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio.

Hendri menjelaskan lebih rinci, selama 10 tahun terakhir ini partai-partai Islam sudah merasakan nyaman berkoalisi dengan Demokrat. Bila terjadi kemacetan koalisi di antara partai menengah, bisa jadi mereka merapat ke Demokrat lagi.

“Tinggal nanti apakah capresnya hasil pemenang Konvensi atau capresnya dari koalisi Islam yang dipasangkan dengan cawapres Demokrat hasil Konvensi,” ungkap Hendri.

Itu hal pertama mengapa SBY bisa menjadi penentu. Hal lain, laut Hendri, pemilihan legislatif berbeda dengan pemilihan presiden. Dari sisi ini, maka semua orang akan menunggu capres yang keluar dari Demokrat.

“Bagaimanapun SBY masih punya pengaruh, dan siapapun nanti pemenang konvensi, maka publik akan melihat itu sebagai pilihan SBY,” jelas Hendri.

Terkait dengan elektabilitas tertinggi yang masih dipegang peserta Konvensi Demokrat, Dahlan Iskan, Hendri mengatakan, bila memang Demokrat mengusung Dahlan sebagai capres dalam koalisi yang bisa dikatakan sebagai koalisi poros tengah itu, maka konstelasi politik Indonesia pasti berubah.

Dahlan yang dikenal sebagai pekerja keras, akan mengubah konstelasi dan potensi Demokrat untuk menjadi pemenang pun terbuka.

“Dahlan cukup mencuat beberapa tahun terakhir ini. Dahlan akan bisa mengimbangi figur kerakyatan, kesederhaan dan blusukan Jokowi,” demikian Hendri. (dya/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/