25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bangun Taman Pinkra, Kembangkan Wisata Alam

Upaya Pemko Tebingtinggi Menghijaukan Kota demi Meraih Adipura

Taman kota Pusat Industri Kerajinan Rakyat (Pinkra) yang terletak di Jalan Diponegoro Kota Tebingtinggi seluas 9.638 meter persegi mencerminkan kesejukan, keindahan, kenyamanan dan penghijaun di tengah-tengah wilayah kota.

INDAH: Taman kota  Jalan Dipanegoro Kota Tebingtinggi terlihat asri  indah  beraneka ragam jenis pepohonan, Rabu (6/2).//sopian/sumut pos
INDAH: Taman kota di Jalan Dipanegoro Kota Tebingtinggi terlihat asri dan indah dengan beraneka ragam jenis pepohonan, Rabu (6/2).//sopian/sumut pos

“Selain taman kota yang ditanami berbagai jenis pohon dan bunga, terdapat lapangan dan sarana olahraga untuk masyarakat,” bilang Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebingtinggi, Rusmiaty Harahap, Rabu (6/1).

Di sana ada pohon pinus, sengon, mahoni dan pohon lantoro, pedagang yang hadir setiap malam sudah tertata rapi di pinggir jalan. “Ada juga fasilitas seperti musala dan tempat bermain anak-anak,” jelasnya.

Peningakatan pelayanan kebersihan dan perawatan tetap dilakukan pihak DKP dengan menempatkan beberapa orang untuk menjaga dan merawat taman. “Sekarang, taman kota Pinkra sudah menjadi obyek wisata masyarakat Tebingtinggi,” bilang Rusmiaty sembari menyatakan taman Pinkra dibangun 2009 menggunakan dana APBN.

M Manurung (45), warga Tebingtinggi merasa terbantu dengan kehadiran taman kota Pinkra. “Warga Tebingtinggi butuh tempat santai bersama keluarga. Butuh tempat sejuk dan asri ditengah-tengah pusat kota. Nah, hutan kota Pinkra ini juga menyelamatkan dunia dari pemanasan global dan penyerapan polusi udara,” bilangnya.

Demi Adipura
Enam belas tahun lalu, sekitar 1997 di masa pemerintahan Walikota Hj Rohani Darus Danil, Pemerintah Kota Tebingtinggi pernah mendapat Adipura. Prestasi itu belum bisa diulang hingga 16 tahun belakangan.

Salah satu penyebabnya, Tebingtinggi tidak punya ruang terbuka untuk membuat hutan kota. “Untuk menuju adipura, Pemko Tebingtinggi harus punya hutan kota, syaratnya paling sedikit ada 60 jenis tanaman pohon dan luas lahan seperempat hektare,” bilang Rusmiaty.

Melihat itu, ada lahan milik PT KAI di Jalan Dipanegoro Tebingtinggi yang tidak diberdayakan KAI. Andainya pihak PT KAI mau menyewakan dalam kurun waktu tertentu, kemungkinan Pemko Tebingtinggi bisa mendapat piala Adipura. “Kami berharap PT KAI menyewakan lahan sekitar 20 rante menjadi hutan kota di pusat Kota Tebingtinggi,” ujarnya.

Hutan kota juga mempunyai banyak keuntungan seperti pelestarian plasma nuftah yang terbangunya dari ekositem flora dan fauna, penyaring dan penahan partikel di udara, penyerap partikel timbal, penyerap debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam,penyerap karbon monoksida dioksida dan penghasil oksigen.

“Juga keuntungannya,penyerap dan penapis bau,mengatasi penggenangan, mensatbilkan iklim, penapis cahay silau, meningkatkan keindahan, sebagai habitat ekositem burung,meningkatkan industri pariwisata dan sebagai penghobi dan mengisi waktu untuk bersantai bagi masyarakat setelah melakukan tugas penat sehari-hari,” bilang Rusmiaty.

Menyikapi permintaan pihak Pemko Tebingtinggi, pihat PT KAI melalui Kacab Stasiun KAI Tebingtinggi Arianto Siregar menyambut baik harapan tersebut. “Yang memutuskan bukan saya, tetapi pimpinan di Medan. Boleh saja disewa asalkan pajak atas tanah tersebut pihak Pemko mau membayarnya,” jelas Arianto.(mag-3)

Upaya Pemko Tebingtinggi Menghijaukan Kota demi Meraih Adipura

Taman kota Pusat Industri Kerajinan Rakyat (Pinkra) yang terletak di Jalan Diponegoro Kota Tebingtinggi seluas 9.638 meter persegi mencerminkan kesejukan, keindahan, kenyamanan dan penghijaun di tengah-tengah wilayah kota.

INDAH: Taman kota  Jalan Dipanegoro Kota Tebingtinggi terlihat asri  indah  beraneka ragam jenis pepohonan, Rabu (6/2).//sopian/sumut pos
INDAH: Taman kota di Jalan Dipanegoro Kota Tebingtinggi terlihat asri dan indah dengan beraneka ragam jenis pepohonan, Rabu (6/2).//sopian/sumut pos

“Selain taman kota yang ditanami berbagai jenis pohon dan bunga, terdapat lapangan dan sarana olahraga untuk masyarakat,” bilang Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebingtinggi, Rusmiaty Harahap, Rabu (6/1).

Di sana ada pohon pinus, sengon, mahoni dan pohon lantoro, pedagang yang hadir setiap malam sudah tertata rapi di pinggir jalan. “Ada juga fasilitas seperti musala dan tempat bermain anak-anak,” jelasnya.

Peningakatan pelayanan kebersihan dan perawatan tetap dilakukan pihak DKP dengan menempatkan beberapa orang untuk menjaga dan merawat taman. “Sekarang, taman kota Pinkra sudah menjadi obyek wisata masyarakat Tebingtinggi,” bilang Rusmiaty sembari menyatakan taman Pinkra dibangun 2009 menggunakan dana APBN.

M Manurung (45), warga Tebingtinggi merasa terbantu dengan kehadiran taman kota Pinkra. “Warga Tebingtinggi butuh tempat santai bersama keluarga. Butuh tempat sejuk dan asri ditengah-tengah pusat kota. Nah, hutan kota Pinkra ini juga menyelamatkan dunia dari pemanasan global dan penyerapan polusi udara,” bilangnya.

Demi Adipura
Enam belas tahun lalu, sekitar 1997 di masa pemerintahan Walikota Hj Rohani Darus Danil, Pemerintah Kota Tebingtinggi pernah mendapat Adipura. Prestasi itu belum bisa diulang hingga 16 tahun belakangan.

Salah satu penyebabnya, Tebingtinggi tidak punya ruang terbuka untuk membuat hutan kota. “Untuk menuju adipura, Pemko Tebingtinggi harus punya hutan kota, syaratnya paling sedikit ada 60 jenis tanaman pohon dan luas lahan seperempat hektare,” bilang Rusmiaty.

Melihat itu, ada lahan milik PT KAI di Jalan Dipanegoro Tebingtinggi yang tidak diberdayakan KAI. Andainya pihak PT KAI mau menyewakan dalam kurun waktu tertentu, kemungkinan Pemko Tebingtinggi bisa mendapat piala Adipura. “Kami berharap PT KAI menyewakan lahan sekitar 20 rante menjadi hutan kota di pusat Kota Tebingtinggi,” ujarnya.

Hutan kota juga mempunyai banyak keuntungan seperti pelestarian plasma nuftah yang terbangunya dari ekositem flora dan fauna, penyaring dan penahan partikel di udara, penyerap partikel timbal, penyerap debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam,penyerap karbon monoksida dioksida dan penghasil oksigen.

“Juga keuntungannya,penyerap dan penapis bau,mengatasi penggenangan, mensatbilkan iklim, penapis cahay silau, meningkatkan keindahan, sebagai habitat ekositem burung,meningkatkan industri pariwisata dan sebagai penghobi dan mengisi waktu untuk bersantai bagi masyarakat setelah melakukan tugas penat sehari-hari,” bilang Rusmiaty.

Menyikapi permintaan pihak Pemko Tebingtinggi, pihat PT KAI melalui Kacab Stasiun KAI Tebingtinggi Arianto Siregar menyambut baik harapan tersebut. “Yang memutuskan bukan saya, tetapi pimpinan di Medan. Boleh saja disewa asalkan pajak atas tanah tersebut pihak Pemko mau membayarnya,” jelas Arianto.(mag-3)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/