26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

XL Apresiasi Paramedis Perempuan

MEDAN- Menyambut Hari Kartini pada 21 April lalu, Akademi Kebidanan Helvetia dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Sari Mutiara meneken nota kesepahaman (MoU) dengan PT XL Axiata. Penandatanganan MoU ini berkaitan penggunaan fasilitas telekomunikasi XL di komunitas Sari Mutiara.

“Kami ingin memberikan pengetahuan dan motivasi kepada para mahasiswi. Khususnya para mahasiswi yang berkecimpung di dunia keperawatan, kebidanan dan kesehatan masyarakat. Ini penghargaan bagi para perempuan yang memilih profesi pengabdian pada masyarakat,” kata Bambang Badra, GM Finance & Management Services, PT XL Axiata, Tbk, Regional Sumatera.  Dua pembicara yang diundang adalah Staf Pengajar USU, Syafrizal Helmi, SE., MSi, dan Ketua Perhimpunan Psikologi Sumatera Utara,  Rahmadani Hidayatin, SPSi., MPsi.

“Tak semua orang bisa menjadi bidan atau perawat. Mengapa? Karena pada dasarnya keinginan menjadi bidan dan petugas kesehatan masyarakat adalah   pengabdian yang lahir dari hati. Ini tidak mudah. Begitu juga bidan atau perawat, ini tak mudah untuk dilakoni,” terang Rahmadani.

Dari kacamata yang lain, Syafrizal Helmi menambahkan, peran tenaga paramedis amat dibutuhkan untuk melayani 12 juta penduduk di Sumut. Saat ini masih membutuhkan banyak tenaga paramedis. Dalam hitungan sederhana, minimum satu perawat atau satu bidan itu untuk satu desa.  (ila)

MEDAN- Menyambut Hari Kartini pada 21 April lalu, Akademi Kebidanan Helvetia dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Sari Mutiara meneken nota kesepahaman (MoU) dengan PT XL Axiata. Penandatanganan MoU ini berkaitan penggunaan fasilitas telekomunikasi XL di komunitas Sari Mutiara.

“Kami ingin memberikan pengetahuan dan motivasi kepada para mahasiswi. Khususnya para mahasiswi yang berkecimpung di dunia keperawatan, kebidanan dan kesehatan masyarakat. Ini penghargaan bagi para perempuan yang memilih profesi pengabdian pada masyarakat,” kata Bambang Badra, GM Finance & Management Services, PT XL Axiata, Tbk, Regional Sumatera.  Dua pembicara yang diundang adalah Staf Pengajar USU, Syafrizal Helmi, SE., MSi, dan Ketua Perhimpunan Psikologi Sumatera Utara,  Rahmadani Hidayatin, SPSi., MPsi.

“Tak semua orang bisa menjadi bidan atau perawat. Mengapa? Karena pada dasarnya keinginan menjadi bidan dan petugas kesehatan masyarakat adalah   pengabdian yang lahir dari hati. Ini tidak mudah. Begitu juga bidan atau perawat, ini tak mudah untuk dilakoni,” terang Rahmadani.

Dari kacamata yang lain, Syafrizal Helmi menambahkan, peran tenaga paramedis amat dibutuhkan untuk melayani 12 juta penduduk di Sumut. Saat ini masih membutuhkan banyak tenaga paramedis. Dalam hitungan sederhana, minimum satu perawat atau satu bidan itu untuk satu desa.  (ila)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

Terpopuler

Artikel Terbaru

/