PARAPAT- Danau Toba yang terbentuk akibat letusan gunung Toba memiliki rekor luar biasa di mata internasional. Baik dari sisi keindahan, keunikan maupun lingkungannya. Kondisi inilah yang memotivasi Kementerian Lingkungah Hidup (KLH) semakin optimistis untuk mempercepat langkah penyelamatan Danau Toba.
“Hari ini kita berkeinginan dan punya optimis baru dalam arti tetap berdasarkan kepada hal yang sudah dilakukan, langkah ini perlu dipercepat karena danau toba ini mencatat rekor luar biasa di tingkat dunia, apakah keindahannya, keunikannya dan sisi lingkungannya sangat luar biasa,” tegas Deputy Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Arief Yuwono pada Dialog Nasional Gerakan Penyelamatan Danau Toba yang diselenggarakan KLH dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut di Niagara, Kamis (22/11).
Sangat disayangkan, lanjut Arief jika keluar biasaan Danau Toba itu terus menimbulkan hal-hal yang mungkin kurang berarti bagi kita, atau bahkan justeru berefek tidak baik untuk kehidupan.
“Saat ini, KLH sudah bersepakat dengan 9 menteri untuk meninjau kembali 15 danau di Indonesia, salah satunya Danau Toba. Sudah sampai di mana penyelamatan danau tersebut,” jelas Arief seraya menambahkan sekarang sudah ada design danau untuk seluruh Indonesia dan design itu digunakan sebagai dasar untuk menyusun kembali rencana aksi di setiap danau-danau prioritas, termasuk danau toba.
Menyusun rencana aksi Danau Toba tidak dari nol. Sudah tentu diintegrasikan dengan kegiatan yang sudah ada. “Tak kalah penting bagaimana kita dapat melibatkan semua pihak,” cetusnya.
Memang, masih Arief di semua kasus danau pasti sudah banyak rencana kegiatan, program, kebijakan perundangan, namun jika dilihat dari kasus per kasus termasuk Danau Toba, pasti kita juga harus merenung kembali jika kita sudah banyak melakukan kegiatan sebagai suatu bagian dari solusi.
“Jika ternyata masih ada masalah, tentu. Kita punya hak juga untuk memikirkan kembali kenapa itu terjadi,” tuturnya. Melalui dialog yang dihadiri NGO, stakeholder, pihak BLH se-Kabupaten/Kota se-Danau Toba, BLH Sumut dan lainnya itu, diharapkan bisa dikaji ulang apa yang sudah dilakukan.
“Kita tidak di ruang vakum. Kita sudah melakukan yang hebat-hebat itu. Tinggal kita menata kembali mulai dari mana kita membuat satu masalah itu diselesaikan dan kuncinya memang gerakan nyata,” bebernya.
Gerakan nyata tidak hanya di lapangan. Namun bagaimana dapat menyatukan fikiran kemudian menyatukan visi misi bagaimana kita bisa menggunakan Danau Toba namun dengan cara tidak merusaknya.
Sampai saat ini, KLH tidak berani mengklaim jika Danau Toba sedang rusak parah. “Kita tidak bisa mengatakan begitu parah karena Danau Toba ini sangat luas sekali,” katanya. Jika memang ingin mengidentifikasi persoalan lingkungannya pasti kita harus tau di mana titik-titik kerusakannya itu.
“Jika kita identifikasi, harus dari sumbernya, biasanya danau seperti ini bagaimana kondisi daerah atasnya, badan airnya, bagaimana partisipasi masyarakat dan penegakan hukumnya, ini akan kita tes apakah sudah dilaksanakan atau tidak,” tegasnya.
Di tempat-tempat tertentu memang terjadi pencemaran. Namun Danau Toba memiliki luas 113 hektar. “Saya melihat antara yang rusak dan cemar justeru lebih sedikit dengan luasnya Danau Toba ini,” cetus Arief.
Anggota DPD RI Perwakilan Sumatera Utara Parlindungan Purba yang tampil sebagai pembicara dalam dialog mengungkapkan semangatnya untuk membangun Danau Toba. “Karena membangun Danau Toba ini telah melibatkan berbagai departemen terkait menyusul adanya komitmen KLH dengan 9 kementerian lainnya untuk memprioritaskan 15 danau se-Indonesia, salah satunya Danau Toba,” katanya. (*/des)