MEDAN- Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan melakukan kegiatan pemberdayaan terhadap Komunitas Pemuda Peduli Lingkungan (Kopling) dan Kelompok Sadar Lingkungan (Darling) melalui Penyuluhan dan Pelatihan yang digelar selama dua hari yakni Kamis (13/12) dan Sabtu (15-12), di Aula BLPT Provsu, Jalan Karya Dalam, Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat.
Dalam sambutannya Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan Ir Arief S Trinugroho mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman dan kepedulian Komunitas Pemuda/i Peduli Lingkungan (Koppling) dan Kelompok Sadar Lingkungan (Darling) yang diharapkan dapat menjadi duta/pionir dalam pelestarian lingkungan hidup di lingkungan masing-masing.
“Lahirnya Komunitas Pemuda/i Peduli Lingkungan (Koppling) dan Kelompok Sadar Lingkungan (Darling) di Kota Medan merupakan wujud tanggung jawab komunitas pemuda/i dan kelompok masyarakat untuk turut berperan serta dalam menyelamatkan lingkungan hidup,” ujarnya.
Kegiatan yang mendukung Program Adipura 2012/2013 ini diikuti 860 orang Komunitas Pemuda/i Peduli Lingkungan (Koppling) dan Kelompok Sadar Lingkungan (Darling) utusan dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan se-kota Medan.
Dalam paparannya, Guru Besar Pertanian USU Prof. DR. Ir. Abdul Rauf, MP menjelaskan tentang keberadaan dan peran organisasi berbasis masyarakat pada pembangunan berkelanjutan, khususnya keberadaan Koppling dan Darling dalam peran sertanya menjaga lingkungan hidup di kota Medan.
Sementara, narasumber dari Green Teacher Indonesia Monica Siregar, S.Pd, menyampaikan pemberdayaan manajemen organisasi Koppling dan Darling. “Setiap anggota Koppling dan Darling dari kecamatan dan kelurahan perlu melakukan pembagian kerja, otoritas dan tanggung jawab,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Direktur Bank Pohon, Paris Sembiring mengajarkan dan mempraktekkan cara menanam dan menumbuhkan pohon serta pembuatan lubang resapan biopori untuk menanam sampah basah sebagai pupuk kompos sekaligus mencegah banjir. Pria penerima Kalpataru ini juga mengajarkan cara melakukan pembenihan dari biji buah maupun dengan cara menyambung dari pucuk pohon yang unggul.
Di tempat yang sama, Penggagas Bank Sampah Gemah Ripah Badegan, Kabupaten Bantul, Bambang Suwerda, memberikan tips-tips memilah sampah organik dan anorganik. “Sampah kering/anorganik yang mempunyai nilai ekonomis dapat dijual ke bank sampah, yang tidak punya nilai jual dapat dibuang ke TPA,” urainya.
Untuk penguatan penguatan materi penghijauan dan lubang biopori peserta diajak berkunjung langsung ke lokasi Bank Pohon milik Paris Sembiring di Jalan Medan – Pancur Batu. Sementara untuk penguatan materi Pengolahan Sampah, peserta berkunjung ke Yayasan Buddha Tzu Chi di Komplek Cemara Asri. (*/far)