27.8 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Putri Tunggal Nikah Sembunyi-sembunyi

Pdt Binsar Manurung

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pdt Binsar Manurung dan D br Sidabutar bisa disebut sebagai pasangan paling beruntung. Sebab, tiga anak mereka bisa menuntaskan kuliah hingga meraih gelar dokter.

Namun kebanggaan tersebut seolah sirna seketika, saat mengetahui putri semata wayangnya memutuskan pertunangan secara sepihak, demi menjalin hubungan dengan seorang pendeta.

Ini disampaikannya saat menyambangi Graha Pena. Diawal curhatnya, warga Tembung ini menyebut dia dan istrinya dikaruniai tiga orang anak. Masing-masing Dr Sahat Manurung, Dr Joel Manurung SpJP, dan dr Yanita Dame Irene br Manurung.

Anak pertama dan kedua sudah menikah. Sedangkan yang ketiga pernah bertunangan dengan bekas teman kuliahnya, dr Landong Sijabat. Mereka bahkan telah menerima mahar (sinamot) sebesar Rp20 juta atas rencana pernikahan mereka. Direncanakan, mereka menikah pada 19 November 2016 lalu.

Tetapi dengan tidak disangka-sangka, Irene mengenal seorang pendeta HKBP dari media social Facebook. Pendeta tersebut bernama Pdt Chandra Jonathan Simanjuntak. Namun sangat disayangkan, perkenalan itu justru merusak hubungan sekaligus pertunangan putri mereka. Dimana, Irene secara tiba-tiba memutuskan pertunangan secara sepihak.

Tunangan anak kami telah mengingatkan Chandra supaya jangan mengganggu hubungan mereka, karena telah diikat secara adat batak pada Februari 2016 silam di Wisma Mahinna Medan.

Setelah menyatakan putus dengan Landong, Irene langsung dekat dengan Chandra. Kedekatan mereka sering diposting melalui facebook. Sementara urusan keluarga soal pernikahan, belum selesai dan tanggal acara yang sudah disepakati pun belum lewat.

Hal ini membuat semua keluarga inti sama sekali tidak simpati terhadap Chandra. Salah seorang keluarga juga telah mengingatkannya agar jangan memposting kedekatan mereka demi menjaga nama baik keluarga, namun Chandra membalas dengan kata-kata menantang keluarga, karena dia tahu keluarga mereka tidak suka dengan kehadirannya.

Perlakuan Chandra juga tak seperti layaknya seorang pendeta. Karena sebelum menikah, dia sudah sering menginap di klinik Candra Medika Jalan Raya Naragong Gunung Putri Bogor, Kampung Kedep, RT.02/RW 20, Tlajung Udik Gunung Putri dimana anak saya bekerja.

Kalau pun anak kami tergila-gila padanya, seharusnya Pdt Chandra tidak memanfaatkannya melainkan menasehatinya. Mengingat yang bersangkutan juga sudah tahu perihal hubungan dan sinamot putri kami dengan dr Landong. Chandra mengetahuinya karena Landong telah memberitahu langsung, begitu mengetahui upaya Chandra mendekati putri kami.

Awal Februari 2017, saya dan istri datang ke klinik tempat anak saya bekerja untuk memutuskan hubungan mereka. Setelah terjadi pembicaraan alot, akhirnya Irene bersedia balik ke Medan dan diijinkan kembali bekerja di klinik dengan syarat tidak akan berhubungan lagi dengan Chandra.

Namun tindakan memalukan kembali dilakukan Chandra, dengan mem-upload di Facebook ‘rekaman tangisan’ Irene ketika mengatakan putus dengan Chandra. Seorang jemaat kemudian mengingatkan Chandra melalui SMS dan akhirnya keesokan harinya postingan tersebut dihapus.

Puncak dari ketidaksukaan pihak keluarga adalah rencana pernikahan mereka. Dimana, mereka melakukan perjanjian nikah (martumpol) tanpa sepengetahuan keluarga sama sekali. Chandra dengan angkuhnya tidak menghubungi Pdt Binsar, istri, maupun kedua abang Irene.

Pdt Binsar Manurung

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pdt Binsar Manurung dan D br Sidabutar bisa disebut sebagai pasangan paling beruntung. Sebab, tiga anak mereka bisa menuntaskan kuliah hingga meraih gelar dokter.

Namun kebanggaan tersebut seolah sirna seketika, saat mengetahui putri semata wayangnya memutuskan pertunangan secara sepihak, demi menjalin hubungan dengan seorang pendeta.

Ini disampaikannya saat menyambangi Graha Pena. Diawal curhatnya, warga Tembung ini menyebut dia dan istrinya dikaruniai tiga orang anak. Masing-masing Dr Sahat Manurung, Dr Joel Manurung SpJP, dan dr Yanita Dame Irene br Manurung.

Anak pertama dan kedua sudah menikah. Sedangkan yang ketiga pernah bertunangan dengan bekas teman kuliahnya, dr Landong Sijabat. Mereka bahkan telah menerima mahar (sinamot) sebesar Rp20 juta atas rencana pernikahan mereka. Direncanakan, mereka menikah pada 19 November 2016 lalu.

Tetapi dengan tidak disangka-sangka, Irene mengenal seorang pendeta HKBP dari media social Facebook. Pendeta tersebut bernama Pdt Chandra Jonathan Simanjuntak. Namun sangat disayangkan, perkenalan itu justru merusak hubungan sekaligus pertunangan putri mereka. Dimana, Irene secara tiba-tiba memutuskan pertunangan secara sepihak.

Tunangan anak kami telah mengingatkan Chandra supaya jangan mengganggu hubungan mereka, karena telah diikat secara adat batak pada Februari 2016 silam di Wisma Mahinna Medan.

Setelah menyatakan putus dengan Landong, Irene langsung dekat dengan Chandra. Kedekatan mereka sering diposting melalui facebook. Sementara urusan keluarga soal pernikahan, belum selesai dan tanggal acara yang sudah disepakati pun belum lewat.

Hal ini membuat semua keluarga inti sama sekali tidak simpati terhadap Chandra. Salah seorang keluarga juga telah mengingatkannya agar jangan memposting kedekatan mereka demi menjaga nama baik keluarga, namun Chandra membalas dengan kata-kata menantang keluarga, karena dia tahu keluarga mereka tidak suka dengan kehadirannya.

Perlakuan Chandra juga tak seperti layaknya seorang pendeta. Karena sebelum menikah, dia sudah sering menginap di klinik Candra Medika Jalan Raya Naragong Gunung Putri Bogor, Kampung Kedep, RT.02/RW 20, Tlajung Udik Gunung Putri dimana anak saya bekerja.

Kalau pun anak kami tergila-gila padanya, seharusnya Pdt Chandra tidak memanfaatkannya melainkan menasehatinya. Mengingat yang bersangkutan juga sudah tahu perihal hubungan dan sinamot putri kami dengan dr Landong. Chandra mengetahuinya karena Landong telah memberitahu langsung, begitu mengetahui upaya Chandra mendekati putri kami.

Awal Februari 2017, saya dan istri datang ke klinik tempat anak saya bekerja untuk memutuskan hubungan mereka. Setelah terjadi pembicaraan alot, akhirnya Irene bersedia balik ke Medan dan diijinkan kembali bekerja di klinik dengan syarat tidak akan berhubungan lagi dengan Chandra.

Namun tindakan memalukan kembali dilakukan Chandra, dengan mem-upload di Facebook ‘rekaman tangisan’ Irene ketika mengatakan putus dengan Chandra. Seorang jemaat kemudian mengingatkan Chandra melalui SMS dan akhirnya keesokan harinya postingan tersebut dihapus.

Puncak dari ketidaksukaan pihak keluarga adalah rencana pernikahan mereka. Dimana, mereka melakukan perjanjian nikah (martumpol) tanpa sepengetahuan keluarga sama sekali. Chandra dengan angkuhnya tidak menghubungi Pdt Binsar, istri, maupun kedua abang Irene.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/