27.8 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Sediakan Beasiswa bagi Pelajar Uyghur

UMN Al-Washliyah Gelar Seminar Internasional The Uyghur Plight

Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah menggelar seminar internasional The Uyghur Plight: Untold Stories di Auditorium Udin-Sjamsuddin Kampus Syeikh Muhammad Yunus UMN Al-Washliyah, Rabu (12/4).

Kegiatan ini dihadiri Ketua Umum PB Al-Washliyah KH Dr Masyhuril Khamis MM, Rektor UMN Al-Washliyah Dr KRT Hardi Mulyono MAP, Sekjen PB Al-Washliyah Dr H Amran Arifin MBA, wakil rektor, dekan dan dosen UMN Al-Washliya.

Pembicara dalam seminar internasional yakni Senat UMN Al-Washliyah Prof Dr Syaiful Akhyar Lubis MA, Executive Director of Center for Uyghur Studies Abdul Hakim Idris, Vice President at Angkatan Belia Malaysia Mohd Khairul Anwar, Advocacy Manager at Center for Uyghur Studies Hazaretali Wushur, President of OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita dan Asst Prof Dr Phaosan Jehwae (Universiti Fatoni Thailand).

Seminar ini mengangkat tema Strengthening humanity values in a plural world: role of Islamic and Al-Washliyah studies in addressing Uyghur oppresion and combatting Islamphobia.

Rektor UMN Al-Washliyah Dr KRT Hardi Mulyono MAP mengungkapkan bahwa Al-Washliyah termasuk UMN Al-Washliyah memberi dukungan pada perjuangan masyarakat Uyghur di Turkestan Timur yang dikuasai Tiongkok untuk mendapatkan kebebasan dalam beribadah.

”Kita bersyukur Indonesia menghargai hidup berdampingan dengan semua etnis dan agama. Beda di Tiongkok, umat Islam tak sebebas kita beribadah terutama di Ramadan. Kita doakan mereka agar mendapatkan kebebasan,” ujar rektor.

Ketua Umum PB Al-Washliyah KH Dr Masyhuril Khamis MM mengingatkan bahwa persaudaraan itu sangat penting. ”Kita doakan agar diangkat Allah, kezaliman yang terjadi di Uyghur dan porak-poranda mereka yang menzalimi,” katanya.

Sebagai bentuk dukungan terhadap masyarakat Uyghur,
KH Dr Masyhuril Khamis MM pun membuka pintu bagi anak-anak Uyghur untuk kuliah secara gratis di UMN Al-Washliyah. Belajar gratis juga diberikan bagi yang ingin melanjutkan pendidikan di pesantren dan madrasah Al-Washliyah.

Asst Prof Dr Phaosan Jehwae dari Universiti Fatoni Thailand juga menuturkan kondisi masyarakat Uyghur yang dizalimi juga terjadi di Palestina, Fatoni Thailand dan sejumlah tempat lainnya di manca negara.

”Fatoni berbangsa Melayu dan beragama Islam. Sejak tahun 1909, Fatoni diserahkan Inggris ke Siam. Saat itu konflik pun terjadi,” ujar Phaosan Jehwae.

President of OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita meminta dukungan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, pemerintah dan parlemen Indonesia terhadap perjuangan umat Islam Uyghur. ”Budaya Uyghur berbeda dengan budaya Tiongkok,” katanya.

Vice President at Angkatan Belia Malaysia Mohd Khairul Anwar mengemukakan penderitaan masyarakat Uyghur telah menjadi perhatian serius masyarakat Malaysia dengan melakukan berbagai aksi menentang pelanggaran hak azasi manusia tersebut.

Sedangkan Senat UMN Al-Washliyah Prof Dr Saiful Akhyar Lubis juga mengungkapkan keprihatinan mendalam atas hilangnya persaudaraan di Uyghur.

Dalam seminar internasional ini, dua pemateri dari Uyghur yakni Director of Center for Uyghur Studies Abdul Hakim Idris dan Advocacy Manager at Center for Uyghur Studies Hazaretali Wushur bercerita kekejaman yang dialami masyarakat Uyghur yang dilakukan Tiongkok. (dmp)

Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah menggelar seminar internasional The Uyghur Plight: Untold Stories di Auditorium Udin-Sjamsuddin Kampus Syeikh Muhammad Yunus UMN Al-Washliyah, Rabu (12/4).

Kegiatan ini dihadiri Ketua Umum PB Al-Washliyah KH Dr Masyhuril Khamis MM, Rektor UMN Al-Washliyah Dr KRT Hardi Mulyono MAP, Sekjen PB Al-Washliyah Dr H Amran Arifin MBA, wakil rektor, dekan dan dosen UMN Al-Washliya.

Pembicara dalam seminar internasional yakni Senat UMN Al-Washliyah Prof Dr Syaiful Akhyar Lubis MA, Executive Director of Center for Uyghur Studies Abdul Hakim Idris, Vice President at Angkatan Belia Malaysia Mohd Khairul Anwar, Advocacy Manager at Center for Uyghur Studies Hazaretali Wushur, President of OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita dan Asst Prof Dr Phaosan Jehwae (Universiti Fatoni Thailand).

Seminar ini mengangkat tema Strengthening humanity values in a plural world: role of Islamic and Al-Washliyah studies in addressing Uyghur oppresion and combatting Islamphobia.

Rektor UMN Al-Washliyah Dr KRT Hardi Mulyono MAP mengungkapkan bahwa Al-Washliyah termasuk UMN Al-Washliyah memberi dukungan pada perjuangan masyarakat Uyghur di Turkestan Timur yang dikuasai Tiongkok untuk mendapatkan kebebasan dalam beribadah.

”Kita bersyukur Indonesia menghargai hidup berdampingan dengan semua etnis dan agama. Beda di Tiongkok, umat Islam tak sebebas kita beribadah terutama di Ramadan. Kita doakan mereka agar mendapatkan kebebasan,” ujar rektor.

Ketua Umum PB Al-Washliyah KH Dr Masyhuril Khamis MM mengingatkan bahwa persaudaraan itu sangat penting. ”Kita doakan agar diangkat Allah, kezaliman yang terjadi di Uyghur dan porak-poranda mereka yang menzalimi,” katanya.

Sebagai bentuk dukungan terhadap masyarakat Uyghur,
KH Dr Masyhuril Khamis MM pun membuka pintu bagi anak-anak Uyghur untuk kuliah secara gratis di UMN Al-Washliyah. Belajar gratis juga diberikan bagi yang ingin melanjutkan pendidikan di pesantren dan madrasah Al-Washliyah.

Asst Prof Dr Phaosan Jehwae dari Universiti Fatoni Thailand juga menuturkan kondisi masyarakat Uyghur yang dizalimi juga terjadi di Palestina, Fatoni Thailand dan sejumlah tempat lainnya di manca negara.

”Fatoni berbangsa Melayu dan beragama Islam. Sejak tahun 1909, Fatoni diserahkan Inggris ke Siam. Saat itu konflik pun terjadi,” ujar Phaosan Jehwae.

President of OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita meminta dukungan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, pemerintah dan parlemen Indonesia terhadap perjuangan umat Islam Uyghur. ”Budaya Uyghur berbeda dengan budaya Tiongkok,” katanya.

Vice President at Angkatan Belia Malaysia Mohd Khairul Anwar mengemukakan penderitaan masyarakat Uyghur telah menjadi perhatian serius masyarakat Malaysia dengan melakukan berbagai aksi menentang pelanggaran hak azasi manusia tersebut.

Sedangkan Senat UMN Al-Washliyah Prof Dr Saiful Akhyar Lubis juga mengungkapkan keprihatinan mendalam atas hilangnya persaudaraan di Uyghur.

Dalam seminar internasional ini, dua pemateri dari Uyghur yakni Director of Center for Uyghur Studies Abdul Hakim Idris dan Advocacy Manager at Center for Uyghur Studies Hazaretali Wushur bercerita kekejaman yang dialami masyarakat Uyghur yang dilakukan Tiongkok. (dmp)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/