25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pohon Tumbang Ancam Nyawa Warga

Warga Kota Medan dan sekitarnya, termasuk kawasan lereng dataran tinggi, diminta tetap mewaspadai banjir dan pohon tumbang. Ini akibat curah hujan yang tinggi pertengahan Juni lalu. Tak hanya itu, warga juga diminta mewaspadai daerah wisata pemandian alam sungai seperti Sibolangit, Sembahe karena akan terjadi peningkatan volume debit air sungai sewaktu-waktu.

“POTENSI hujan masih tetap terjadi sampai pertengahan bulan Juni ini, namun intensitas dan volumenya berkurang tidak seperti beberapa pekan sebelumnya di akhir bulan Mei. Untuk itu, Warga diminta tetap mewaspadainya. Karena seperti genangan air dan banjir di perkotaan masih tetap terjadi sampai pertengahan bulan Juni,” kata Kabid Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Polonia Medan Hartanto.

Dikatakannya, selain potensi hujan yang menjadikan genangan air dan banjir di perkotaan masih terjadi ancaman pohon tumbang juga dimungkinkan terjadi. Meski, terjadinya pohon tumbang lebih berpotensi terjadi akibat tekstur tanah yang tidak padat lagi akibat terus diguyur hujan.

“Angin kencang dan petir kuat juga masih terjadi. Pohon tumbang juga kita lihat masih memungkinkan terjadi akibat dari tekstur tanah dari tanaman itu yang berkurang dan tidak padat lagi akibat terus diguyur hujan, sehingga membuat kondisi tanah tidak stabil untuk menahan beban pohon itu,” ujarnya.
Hujan lebat meski intensitas rendah akan terjadi di kawasan lereng seperti Tanah Karo, Deli Serdang, Binjai, Langkat dan Medan sekitarnya. Sedangkan hujan yang terjadi dengan potensi angin kencang dan lebat, umumnya lebih sering terjadi di daerah perkotaan.

“Kami lihat daerah perkotaan lebih panas dan lebih sering terjadi potensi hujan tersebut. Karena salah satu efeknya, masih terjadi akibat kondisi perkotaan itu sendiri yang tinggi aktifitas. Panas gerah juga masih sering terjadi sampai pertengahan Juni. Kalau hujan di perkotaan umumnya terjadi antara siang menjelang sore,” ungkapnya.

Angin kencang, lanjutnya, akan terjadi sampai pertengahan bulan Juni ditandai dengan suhu udara yang panas dan gerah dengan suhu mencapai 35-36 derajat celsius.

“Juni lebih kering, setelah melewati pertengahan bulan sampai bulan Juli. Itu puncak iklim panas kering dengan suhu mencapai 35 sampai 36 derajat celsius. Namun, dengan kelembaban berkurang akan lebih terasa panas terik menyengat. Tapi kondisi cuaca di dataran pesisir pantai Kota Medan berbeda dengan kondisi cuaca di perkotaan,” tuturnya.

Hartanto mengatakan di wilayah pesisir hujan berpotensi terjadi pada sore hari karena lebih sering terjadi panas terik. Hujan akan terjadi ditandai dengan potensi cuaca panas.

“Kawasan pesisir pada sore hari menjelang malam akan terjadi hujan. Untuk kawasan lereng juga kita minta waspadai curah hujan tinggi. Termasuk kawasan pemandian alam di gunung, sangat berbahaya karena debit air akan meningkat dengan hujan lebat,” dia menambahkan.

Wajar jika BMKG mengingatkan. Tumbangnya pepohonan di Medan ini bukan sekali saja terjadi.  Beberapa waktu lalu, di bagian selatan Medan juga banyak pepohonan tumbang.  Hal ini jelas menakutkan warga, apalagi Medan memiliki potensi besar terserang angin kencang.

Akibatnya, beberapa warga kota akan mengajukan gugatan class action kepada Pemko Medan. Hal ini dikatakan oleh Wakil Direktur LBH Medan, Muslim Muis.  Menurut Muslim Muis,  mereka akan lakukan gugatan class action terhadap Pemko Medan. Karena masalah pohon yang bertumbangan dan mengakibatkan adanya korban jiwa, merupakan tanggungjawab pemerintah daerah.

Apalagi, tambah Muslim, Pemko Medan melalui Dinas Pertamanan telah mempunyai anggaran dana perawatan untuk pohon-pohon kota.
“Tapi kenapa banyak pohon yang tumbang? Kami curiga dana tersebut tidak digunakan untuk melakukan perawatan. Bisa jadi dana tersebut diselewengkan, dikorupsi,” katanya seraya mendesak Pemko peduli kepada keluarga korban yang tewas.

Kelalaian Dinas Pertamanan dalam memilih pohon pelindung ditengarai menjadi penyebab kecelakaan ini.

“Pohon Angsana yang ditanam di Medan itu bukan pohon yang layak sebagai pohon di perkotaan. Ini kesalahan fatal dari dinas pertamanan. Masak mereka tidak tahu pohon apa yang bisa ditanam di perkotaan,” ungkap pengamat lingkungan kota, Jaya Arjuna.

Menurut Jaya, pohon Angsana yang sekarang menjadi pohon utama di batas jalan Kota Medan memang cepat rindang, namun akarnya kurang kuat.
“Ini amat membahayakan masyarakat pengguna jalan. Kita harus belajar dari Jakarta yang memilih menggunakan Angsana sebagai pohon pelindung di jalan. Seharusnya Medan meneruskan pilihan pohon yang sudah dibuat di zaman Belanda,” ujarnya.

Dulu, lanjut Jaya, di sepanjang jalan Listrik terdiri dari deretan pepohonan Mangga, di Glugur pepohonan asam jawa mendominasi. “Pohon-pohon ini amat cocok jadi pohon peneduh jalan, akarnya kuat, tahan cuaca dan angin serta rindang,” terangnya.

Untuk itu, tugas utama Pemko Medan sekarang adalah menambah taman kota dan mengganti pohon peneduh jalan. “Untuk pertama, Pemko harus menyisip pepohonan yang ada dengan pohon-pohon yang kuat tadi, sehingga jika sudah masanya, pepohonan lama bisa ditebang dan diganti dengan pohon baru tadi. Dan Medan pun bisa aman dari bahaya kecelakaan akibat pepohonan yang rapuh itu,” tegasnya.

Dibalik itu Dinas Pertamanan justru mengakui sudah memberikan peringatan dini, khususnya kepada pengguna kendaraan bermotor. Pasalnya, pohon-pohon di beberapa badan jalan di Kota Medan rawan tumbang akibat patah cabang atau rapuh pada batang tengahnya.

Hal tersebut diakui Dinas Pertamanan Kota Medan. Ini disebabkan pohon-pohon yang ditanam di sekitar badan jalan seperti trotoar dan pulau jalan adalah pohon jenis Angsana (Bukan pohon jenis Sono) yang jenis batangnya sangat rapuh apabila umurnya sudah tua dan mudah patah pada cabang batang bila ditiup angin kencang.

“Hampir seluruh jenis pohon yang tumbang di Kota Medan adalah pohon jenis Angsana, yang kondisi batangnya sangat rapuh apabila dilanda cuaca ekstrim seperti hujaan deras dan angin kencang yang belakangan ini terjadi di Kota Medan,” ungkap Kabid Taman dan Makam Dinas Pertamanan Kota Medan, Nurdin Ashari, di ruangannya kantor Dinas Pertamanan Kota Medan, Jalan Pinang Baris, Medan.

Ada pun jalan-jalan yang rawan terhadap pohon tumbang  antara lain Jalan Brigjen Katamso, Ngumban Surbakti, HMYamin, Gatot Subroto, Dr Mansyur dan Jalan Sei Bluto serta Jalan SM Raja. “Jalan-jalan itu kan paling banyak ditumbuhi pohon Angsana yang besar. Makanya kepada masyarakat agar waspada apabila terjadi cuaca ekstrim untuk menghindar dari pohon tersebut sebagai antisipasi terjadinya musibah tertimpa pohon yang belakangan ini terjadi, kalau bisa bila hujaan deras ataupun angin kencang carila tempat berteduh dilokasi yang aman,” ucap Nurdin.

Namun, lanjutnya, walaupun pohon tersebut sering  tumbang dan mencelakai pengguna jalan. Nurdin mengakui pohon Angsana banyak memiliki manfaat bagi masyarakat yang membantu mengurangi polusi udara karena menyerap CO2 (karbondioksida) dan cepat mengeluarkan O2 (oksigen), pertumbuhan pohon itu juga sangat cepat. Ranting dan dahannya juga cepat lebat dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat berteduh.

“Dalam setahun bila rajin dilakukan perawatan, pohon itu akan sangat cepat tumbuh dan rantingnya juga lebat. Sistem penanamannya juga mudah dikarenakan memakai stek tidak seperti pohon trambesi yang memakai bibit. Jadi Pohon Angsana itu mirip seperti ubi kayu. Bila batangnya ditancapkan saja ke tanah akan langsung tumbuh dan umurnya juga sampai puluhan tahun,” jelasnya.

Anggota Komisi D DPRD Medan Kota Medan, Parlaungan Simangungsong akan segera melakukan pembahasan terhadap pembongkaran dan pemotongan pohon jenis Angsana dalam Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Keuangan Dinas Pertamanan Kota Medan.

“Rencananya di LPJ akan dibahas dilakukan pembongkaran dan penebangan, tapi sebelumnya kita meminta Dinas Pertamanan Kota Medan menurunkan ahli pohon untuk melakukan penelitian terhadap Pohon Angsana,” jelasnya.

Menurut dia, penanaman pohon di sekitar badan jalan tidak perlu yang tinggi dan rindang yang akibatnya merugikan masyarakat. Dengan begitu, Pemko Medan harus melakukan penelitian lebih awal sebelum melakukan penanaman pohon di bdana jlana Kota Medan.

“Untuk penggantinya itu perlu, makanya perlu dilakukan penelitian terhadap pohon tersebut agar kedepannya tidak terulang lagi peritiwa itu.Makanya, pohon yang ditanam harus sesuai dengan kondisi tanah dan cuaca di Kota Medan agar manfaatnya bagus,” jelasnya.

Sementara itu, Daftar pohon penghijauan (batang) yang diberikan perawatan oleh Pemko Medan, khususnya Dinas Pertamanan terdapat 60.880 pohon dari berbagai jenis pohon yang ada di badan jalan.

Sedangkan untuk jumlah pohon secara keseluruhan yang ada di Kota Medan ada sebanyak 538.821 pohon dengan perincian pohon tanaman tua diatas 7 tahun ada sebanyak 132.058 dan pohon tanaman muda atau dilakukan penyisipan ada sebanyak 406.763. (dya)

Properti Dukung Penghijauan

Untuk menjaga penghijauan dalam kota, pada umumnya para pengembang akan membangun perumahan disertai pepohonan disekitarnya. Pohon yang ditanam pun dipilih berdasarkan besar nya perumahan.

“Kita selalu menjaga kehijauan. Karena pada umumnya, masyarakat atau konsumen sekarang, lebih memilih perumahan yang hijau, jadi kita menanam pohon disekitar perumahan,” ujar Ketua REI (Real Estate Indonesia) Sumut, Tomi Wistan.

Dirinya menjelaskan, sekitar 2 hingga 3 tahun yang lalu, pengembang lebih memilih pohon Palem untuk ditanam disekitar perumahan. Dengan alasan, pohon ini aman, dan tidak memakan lahan yang banyak.

“Pohon palem, berkembang ke atas. Jadi lahan yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar,” tambahnya. Alasan lain, pohon ini aman, karena tidak memiliki cabang yang dapat menganggu.

“Hal lain, pohon ini tidak memiliki banyak daun, sehingga tidak berserakan,” ungkapnya.
Bukan hanya itu, pohon palem sangat mudah dalam perawatan. Tetapi, saat ini, trend penanaman pohon yang dilakukan pengembang adalah pohon Trambesi.

“Trend beberapa tahun yang lalu, perumahan minimalis yang kecil, tetapi untuk saat ini, karena trend nya rumah klasik modern yang besar, jadi trend pohon yang kita tanam transbesi,” tambahnya.

Untuk pohon transbesi ini, menurut Tomi mampu bertahan 25 hingga 30 tahun.

“Nah, kalau kejadian yang sedang melanda ini, seharusnya Dinas Pertanaman yang memantau. Kan ada anggaran untuk hal tersebut,” tambahnya.
Untuk pelebaran daerah, terutama bagian yang akan dibangun perumahan, secara menyeluruh adalah wilayah kota Medan, untuk berbagai type.
Mulai dari type rendah hingga type besar. Diakuinya, permintaan akan rumah toko (ruko) memang terus meningkat, walau banyak nada sumbang terkait pembangunan ruko, yang konon kabarnya salah satu membuat jalan menjadi banjir karena tertutupnya aliran air menuju selokan.

“Kalau ada pengembang yang seperti itu, berarti dia tidak mengikuti peraturan. Kalau daerah banjir, akan mengurangi nilai jual. Dan itu berarti akan membuat dia rugi,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur PT Gaharu Indonesia, Dodi Arianto menyatakan pemilihan pohon yang ada di Medan sudah sesuai. Tetapi, masalahnya saat ini adalah cara penanaman pohon.

“Yang menanam pohon tidak mengerti bagaimana hidup pohon.” Ujar Dodi. Dirinya menjelaskan, sebuah pohon mampu bertahun hidup selama beratus tahun. Sehingga akar si pohon merambat kemana-mana.

“Kalau menanam pohon, tanam sedalam mungkin,” ungkapnya. Selama ini, penanaman pohon yang ada di kota Medan tidak sesuai aturan. Pada umumnya, bibit yang ditanam hanya ditanam sekitar 15 hingga 30 cm, sedangkan bawah tanah merupakan aspal yang jelas tidak bisa ditembus oleh akar.
Selain itu, penanaman pohon jangan dilakukan disebelah selokan, karena akan membuat akar tidak berjalan.

“Kalau disamping selokan, sama saja membuat pohon berdiri 1 kaki. Bayangkan kalau kita berdiri dengan 1 satu kaki?, tumbangkan?,” lanjutnya.
Menurut analisa Dodi, pohon di kota Medan juga “disakiti” oleh manusia.

“Bayangkan, pohon di kawat dan dipaku. Yang mengakibatkan dalam pohon menjadi rapuh. Itu yang membuat pohon jadi rapuh dan tumbang,” ungkapnya. Apalagi, saat pohon di kawati secara melingkar, yang secara langsung akan membuat bagian tengah pohon akan terpotong.
“Kalau dilihat dari luar memang tidak terlihat. Tapi kalau diperiksa secara mendetail, dalam pohon sudah terpotong, dan ini yang membuat dia menjadi tumbang,” tambah pria yang senang memperhatikan pohon ini sejak bekerja di budidaya Gaharu.

Karena itu, untuk membuat penghijauan, tidak membutuhkan pohon yang tinggi, cukup rindang saja.

“Tanam pohon sedalam mungkin, saat tingginya mencapai 3 hingga 4, mulai potong cabangnya. Yang penting pohon rimbun, bukan tinggi,” lanjutnya.
Dirinya menyatakan, untuk menghitung umur pohon juga cukup mudah. Lingkaran pohon dibagi 2, dan hasilnya menjadi umur si pohon.
“Jadi, bila lingkaran pohon sebesar 100 cm, maka umur pohon adalah 50 tahun,” tambahnya. (ram)

Anggaran Rawat Pohon Disoal

Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRD) Kota Medan mendesak Wali Kota Medan Rahudman Harahap, segera mengevaluasi kinerja Kadis Pertamana Kota Medan Erwin Lubis yang dinilai mensia-siakan anggaran perawatan pohon di kota Medan sebesar Rp2,1 miliar.

Hal itu dilakukan DPRD Medan, dikarenakan anggaran tersebut sudah di setujui dengan perincian setiap Kecamatan dianggarkan sebesar Rp100 juta khusus untuk perawatan pohon yang sudah rindang dan rapuh. Mengingat cuaca di Kota Medan tidak bisa diprediksi akibat perubhan iklim.

“DPRD Medan mendesak Wali Kota Medan untuk segera mengevaluasi kinerja Kadis Pertamanan Kota Medan, yang sudah jelas tidak melaksanakan program kerjanya untuk kepentingan masyarakat. Akibatnya masyarakat yang dirugikan sampai ada korban jiwa,” kata anggota Komisi D DPRD Medan Parlaungan Simangunsong kepada Sumut Pos.

Apalagi, lanjut Parlaungan, Wali Kota Medan sudah memerintahkan Kadis Pertamanan Kota Medan Erwin Lubis untuk segera mengevaluasi pohon-pohon di Kota Medan, khususnya yang berada ditrotoar dan badan jalan yang sudah rapuh dan rindang dengan melakukan pemangkasan.
“Itu sudah jelas kalau Kadis Pertamanan tidak patuh kepada pimpinan. Untuk itu, Wali Kota harus segera mengevaluasi kinerjanya. Perawatan pohon kan sangat dibutuhkan agar pengguna jalan tidak terganggu dan sampai ada korban jiwa. Dinas Pertamanan harus segera melakukan perawatan terhadap seluruh pohon di Kota Medan,” ucapnya.

Parlaungan mengakui pihaknya sebagai lembaga sudah menyetujui anggaran yang diajukan sebelum memasuki tahun 2012 agar dinas bisa langsung melaksanakan seluruh program sehingga pelaksanaannya bisa tepat waktu.

“Namun ternyata dinas tidak melaksanakan sesuai yang direncanakan sehingga anggaran tersebut akan menjadi sia-sia. Kalau untuk perawatan pohon tidak perlu harus melalui proses panjang seperti tender atau lainnya, langsung laksanakan saja,” dia menambahkan.

Juliandi Siregar, anggoat lainnya, menilai anggaran yang digunakan Dinas Pertamanan Kota Medan kalau hanya sekedar melakukan pemangksan saja terhadap dahan dan ranting pohon terlalu besar. Dimana, tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas Pertamanan adalah melakukan perawatan terhadap pohon di Kota Medan.

“Perawatan yang hanya pemangkasan itu sudah sesuai dengan Tupoksi Dinas Pertamanan, namanya juga perawatan jadi harus komperhensif. jadi anggarannya itu sudah sangat besar,” ujar Juliandi.

Juliandi berpendapat bila anggaran itu juga dikaitkan dengan melakukan penelitian terhadap pohon tua sekaligus mengecek apakah pohon tersebut membahayakan untuik segera dilakukan pemangkasan ataupun dilakukan penyisipan dengan pohon jenis lain. “Hal itu perlu dilakukan agar tidak terhindar dengan kejadian yang lalu sampai ada korban jiwa akibat pohon tumbang,” cetusnya seraya menambahkan kalau Pemko Medan harus memberikan bantuan kepada korban yang tertimpa sebagai bentuk kemanusiaan.

Ketua Komisi D DPRD Medan, Muslim Maksum menambahkan sudah saatnya Pemko Medan melalui Dinas Pertamanan segera mengkaji kelayakan seluruh pohon yang berada di sekitar jalan.”Mana pohon yang sudah tidak bagus harus segera dilakukan penebangan sekaligus penyisipan dengan menanam pohon yang layak, agar tidak merugikan masyarakat,” jelasnya.

Sementara itu, Pengamat lingkungan hidup dari Universitas Sumatera Utara, Jaya Arjuna sangat prihatin terhadap kinerja Dinas Pertamanan Kota Medan selama ini dalam hal marawat dan mengawasi perkembangan tanaman pohon peneduh. “Saya memperkirakan sebagian besar pohon peneduh hingga saat ini masih minim perawatan dan pengawasan,” katanya.

Jaya menyebutkan pohon peneduh jenis Angsana yang banyak ditanam di Kota Medan saat ini perlu diganti dengan pohon jenis lain yang akarnya lebih kokoh. “Pohon Angsana relatif mudah tumbang bila diterpa angin kencang. Walaupun pohon tersebut sebagai pohon peneduh, tetapi selama tiga bulan terakhir ini banyak menimpa rumah warga, pengguna jalan raya, dan memutus kabel jaringan listrik PLN,” ucapnya.

Menurut Arjuna, pohon Angsana bukan termasuk jenis pohon yang relatif kuat dan kokoh menahan terpaan angin kencang di tengah kondisi cuaca ekstrem. Dimana, di beberapa kota besar lain di Indonesia, pohon Angsana sudah tidak lagi difungsikan menjadi pohon peneduh karena rawan tumbang, terutama pada saat terjadi angin kencang dan hujan deras.

Sebagai informasi, jenis pohon peneduh yang cocok ditanam di Kota Medan saat ini, antara lain pohon mahoni, mangga, asam Jawa, dan pohon bunga tanjung. Empat jenis pohon itu cocok dijadikan tanaman peneduh, karena memiliki akar yang kuat, kayu maupun dahannya sulit keropos, dan daunnya tidak mudah gugur.

Pada masa penjajahan Belanda, pohon mahoni, mangga, asam Jawa dan bunga tanjung banyak ditanam di sepanjang pinggir jalan di Medan hingga di kiri dan kanan jalan lintas Sumatera. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa hingga kini masih banyak pohon peneduh yang ditanam pada masa kolonial Belanda tumbuh sumbur di Medan.

Setelah menjadi bencana bagi warganya akibat pohon yang bermanfaat untuk penghijaun dan kesegeran udara Kota Medan yang tidak disertai perawatan rutin, Dinas Pertamanan Kota Medan mentenderkan anggaran perawatan pohon sebesar Rp2 miliar (Rp9 miliar setiap Kecamatan) kepada pihak ketiga.

“Kalau untuk anggaran perawatan pohon akan kita tenderkan kepada pihak ketiga, karena pihak kita (Dinas Pertamanan) tidak bisa mengerjakannya sendiri,” kata Kadis Pertamanan Kota Medan, Erwin Lubis kepada Sumut Pos di sela-sela acara syukuran Piala Adipura di Lapangan Merdeka, Selasa (6/6) siang.

Alasan pihaknya tidak melakukan pengerjaan sendiri terhadap perawatan pohon yang sudah dianggarkan kedalam APBD 2012, dikarenakan akan menjadi temuan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Kalau kami juga yang mengerjakan perawatan pohon itu, pasti akan menjadi temuan KPK. Makanya kami tenderkan kepada pihak ketiga,” jelasnya.
Erwin berharap Dinas Pertamanan segera bisa menggandeng para ahli fisiologi pohon dari Universitas Sumatera Utara untuk memudahkan pengecekan atas pohon yang tak layak. (dya)

Warga Kota Medan dan sekitarnya, termasuk kawasan lereng dataran tinggi, diminta tetap mewaspadai banjir dan pohon tumbang. Ini akibat curah hujan yang tinggi pertengahan Juni lalu. Tak hanya itu, warga juga diminta mewaspadai daerah wisata pemandian alam sungai seperti Sibolangit, Sembahe karena akan terjadi peningkatan volume debit air sungai sewaktu-waktu.

“POTENSI hujan masih tetap terjadi sampai pertengahan bulan Juni ini, namun intensitas dan volumenya berkurang tidak seperti beberapa pekan sebelumnya di akhir bulan Mei. Untuk itu, Warga diminta tetap mewaspadainya. Karena seperti genangan air dan banjir di perkotaan masih tetap terjadi sampai pertengahan bulan Juni,” kata Kabid Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Polonia Medan Hartanto.

Dikatakannya, selain potensi hujan yang menjadikan genangan air dan banjir di perkotaan masih terjadi ancaman pohon tumbang juga dimungkinkan terjadi. Meski, terjadinya pohon tumbang lebih berpotensi terjadi akibat tekstur tanah yang tidak padat lagi akibat terus diguyur hujan.

“Angin kencang dan petir kuat juga masih terjadi. Pohon tumbang juga kita lihat masih memungkinkan terjadi akibat dari tekstur tanah dari tanaman itu yang berkurang dan tidak padat lagi akibat terus diguyur hujan, sehingga membuat kondisi tanah tidak stabil untuk menahan beban pohon itu,” ujarnya.
Hujan lebat meski intensitas rendah akan terjadi di kawasan lereng seperti Tanah Karo, Deli Serdang, Binjai, Langkat dan Medan sekitarnya. Sedangkan hujan yang terjadi dengan potensi angin kencang dan lebat, umumnya lebih sering terjadi di daerah perkotaan.

“Kami lihat daerah perkotaan lebih panas dan lebih sering terjadi potensi hujan tersebut. Karena salah satu efeknya, masih terjadi akibat kondisi perkotaan itu sendiri yang tinggi aktifitas. Panas gerah juga masih sering terjadi sampai pertengahan Juni. Kalau hujan di perkotaan umumnya terjadi antara siang menjelang sore,” ungkapnya.

Angin kencang, lanjutnya, akan terjadi sampai pertengahan bulan Juni ditandai dengan suhu udara yang panas dan gerah dengan suhu mencapai 35-36 derajat celsius.

“Juni lebih kering, setelah melewati pertengahan bulan sampai bulan Juli. Itu puncak iklim panas kering dengan suhu mencapai 35 sampai 36 derajat celsius. Namun, dengan kelembaban berkurang akan lebih terasa panas terik menyengat. Tapi kondisi cuaca di dataran pesisir pantai Kota Medan berbeda dengan kondisi cuaca di perkotaan,” tuturnya.

Hartanto mengatakan di wilayah pesisir hujan berpotensi terjadi pada sore hari karena lebih sering terjadi panas terik. Hujan akan terjadi ditandai dengan potensi cuaca panas.

“Kawasan pesisir pada sore hari menjelang malam akan terjadi hujan. Untuk kawasan lereng juga kita minta waspadai curah hujan tinggi. Termasuk kawasan pemandian alam di gunung, sangat berbahaya karena debit air akan meningkat dengan hujan lebat,” dia menambahkan.

Wajar jika BMKG mengingatkan. Tumbangnya pepohonan di Medan ini bukan sekali saja terjadi.  Beberapa waktu lalu, di bagian selatan Medan juga banyak pepohonan tumbang.  Hal ini jelas menakutkan warga, apalagi Medan memiliki potensi besar terserang angin kencang.

Akibatnya, beberapa warga kota akan mengajukan gugatan class action kepada Pemko Medan. Hal ini dikatakan oleh Wakil Direktur LBH Medan, Muslim Muis.  Menurut Muslim Muis,  mereka akan lakukan gugatan class action terhadap Pemko Medan. Karena masalah pohon yang bertumbangan dan mengakibatkan adanya korban jiwa, merupakan tanggungjawab pemerintah daerah.

Apalagi, tambah Muslim, Pemko Medan melalui Dinas Pertamanan telah mempunyai anggaran dana perawatan untuk pohon-pohon kota.
“Tapi kenapa banyak pohon yang tumbang? Kami curiga dana tersebut tidak digunakan untuk melakukan perawatan. Bisa jadi dana tersebut diselewengkan, dikorupsi,” katanya seraya mendesak Pemko peduli kepada keluarga korban yang tewas.

Kelalaian Dinas Pertamanan dalam memilih pohon pelindung ditengarai menjadi penyebab kecelakaan ini.

“Pohon Angsana yang ditanam di Medan itu bukan pohon yang layak sebagai pohon di perkotaan. Ini kesalahan fatal dari dinas pertamanan. Masak mereka tidak tahu pohon apa yang bisa ditanam di perkotaan,” ungkap pengamat lingkungan kota, Jaya Arjuna.

Menurut Jaya, pohon Angsana yang sekarang menjadi pohon utama di batas jalan Kota Medan memang cepat rindang, namun akarnya kurang kuat.
“Ini amat membahayakan masyarakat pengguna jalan. Kita harus belajar dari Jakarta yang memilih menggunakan Angsana sebagai pohon pelindung di jalan. Seharusnya Medan meneruskan pilihan pohon yang sudah dibuat di zaman Belanda,” ujarnya.

Dulu, lanjut Jaya, di sepanjang jalan Listrik terdiri dari deretan pepohonan Mangga, di Glugur pepohonan asam jawa mendominasi. “Pohon-pohon ini amat cocok jadi pohon peneduh jalan, akarnya kuat, tahan cuaca dan angin serta rindang,” terangnya.

Untuk itu, tugas utama Pemko Medan sekarang adalah menambah taman kota dan mengganti pohon peneduh jalan. “Untuk pertama, Pemko harus menyisip pepohonan yang ada dengan pohon-pohon yang kuat tadi, sehingga jika sudah masanya, pepohonan lama bisa ditebang dan diganti dengan pohon baru tadi. Dan Medan pun bisa aman dari bahaya kecelakaan akibat pepohonan yang rapuh itu,” tegasnya.

Dibalik itu Dinas Pertamanan justru mengakui sudah memberikan peringatan dini, khususnya kepada pengguna kendaraan bermotor. Pasalnya, pohon-pohon di beberapa badan jalan di Kota Medan rawan tumbang akibat patah cabang atau rapuh pada batang tengahnya.

Hal tersebut diakui Dinas Pertamanan Kota Medan. Ini disebabkan pohon-pohon yang ditanam di sekitar badan jalan seperti trotoar dan pulau jalan adalah pohon jenis Angsana (Bukan pohon jenis Sono) yang jenis batangnya sangat rapuh apabila umurnya sudah tua dan mudah patah pada cabang batang bila ditiup angin kencang.

“Hampir seluruh jenis pohon yang tumbang di Kota Medan adalah pohon jenis Angsana, yang kondisi batangnya sangat rapuh apabila dilanda cuaca ekstrim seperti hujaan deras dan angin kencang yang belakangan ini terjadi di Kota Medan,” ungkap Kabid Taman dan Makam Dinas Pertamanan Kota Medan, Nurdin Ashari, di ruangannya kantor Dinas Pertamanan Kota Medan, Jalan Pinang Baris, Medan.

Ada pun jalan-jalan yang rawan terhadap pohon tumbang  antara lain Jalan Brigjen Katamso, Ngumban Surbakti, HMYamin, Gatot Subroto, Dr Mansyur dan Jalan Sei Bluto serta Jalan SM Raja. “Jalan-jalan itu kan paling banyak ditumbuhi pohon Angsana yang besar. Makanya kepada masyarakat agar waspada apabila terjadi cuaca ekstrim untuk menghindar dari pohon tersebut sebagai antisipasi terjadinya musibah tertimpa pohon yang belakangan ini terjadi, kalau bisa bila hujaan deras ataupun angin kencang carila tempat berteduh dilokasi yang aman,” ucap Nurdin.

Namun, lanjutnya, walaupun pohon tersebut sering  tumbang dan mencelakai pengguna jalan. Nurdin mengakui pohon Angsana banyak memiliki manfaat bagi masyarakat yang membantu mengurangi polusi udara karena menyerap CO2 (karbondioksida) dan cepat mengeluarkan O2 (oksigen), pertumbuhan pohon itu juga sangat cepat. Ranting dan dahannya juga cepat lebat dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat berteduh.

“Dalam setahun bila rajin dilakukan perawatan, pohon itu akan sangat cepat tumbuh dan rantingnya juga lebat. Sistem penanamannya juga mudah dikarenakan memakai stek tidak seperti pohon trambesi yang memakai bibit. Jadi Pohon Angsana itu mirip seperti ubi kayu. Bila batangnya ditancapkan saja ke tanah akan langsung tumbuh dan umurnya juga sampai puluhan tahun,” jelasnya.

Anggota Komisi D DPRD Medan Kota Medan, Parlaungan Simangungsong akan segera melakukan pembahasan terhadap pembongkaran dan pemotongan pohon jenis Angsana dalam Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Keuangan Dinas Pertamanan Kota Medan.

“Rencananya di LPJ akan dibahas dilakukan pembongkaran dan penebangan, tapi sebelumnya kita meminta Dinas Pertamanan Kota Medan menurunkan ahli pohon untuk melakukan penelitian terhadap Pohon Angsana,” jelasnya.

Menurut dia, penanaman pohon di sekitar badan jalan tidak perlu yang tinggi dan rindang yang akibatnya merugikan masyarakat. Dengan begitu, Pemko Medan harus melakukan penelitian lebih awal sebelum melakukan penanaman pohon di bdana jlana Kota Medan.

“Untuk penggantinya itu perlu, makanya perlu dilakukan penelitian terhadap pohon tersebut agar kedepannya tidak terulang lagi peritiwa itu.Makanya, pohon yang ditanam harus sesuai dengan kondisi tanah dan cuaca di Kota Medan agar manfaatnya bagus,” jelasnya.

Sementara itu, Daftar pohon penghijauan (batang) yang diberikan perawatan oleh Pemko Medan, khususnya Dinas Pertamanan terdapat 60.880 pohon dari berbagai jenis pohon yang ada di badan jalan.

Sedangkan untuk jumlah pohon secara keseluruhan yang ada di Kota Medan ada sebanyak 538.821 pohon dengan perincian pohon tanaman tua diatas 7 tahun ada sebanyak 132.058 dan pohon tanaman muda atau dilakukan penyisipan ada sebanyak 406.763. (dya)

Properti Dukung Penghijauan

Untuk menjaga penghijauan dalam kota, pada umumnya para pengembang akan membangun perumahan disertai pepohonan disekitarnya. Pohon yang ditanam pun dipilih berdasarkan besar nya perumahan.

“Kita selalu menjaga kehijauan. Karena pada umumnya, masyarakat atau konsumen sekarang, lebih memilih perumahan yang hijau, jadi kita menanam pohon disekitar perumahan,” ujar Ketua REI (Real Estate Indonesia) Sumut, Tomi Wistan.

Dirinya menjelaskan, sekitar 2 hingga 3 tahun yang lalu, pengembang lebih memilih pohon Palem untuk ditanam disekitar perumahan. Dengan alasan, pohon ini aman, dan tidak memakan lahan yang banyak.

“Pohon palem, berkembang ke atas. Jadi lahan yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar,” tambahnya. Alasan lain, pohon ini aman, karena tidak memiliki cabang yang dapat menganggu.

“Hal lain, pohon ini tidak memiliki banyak daun, sehingga tidak berserakan,” ungkapnya.
Bukan hanya itu, pohon palem sangat mudah dalam perawatan. Tetapi, saat ini, trend penanaman pohon yang dilakukan pengembang adalah pohon Trambesi.

“Trend beberapa tahun yang lalu, perumahan minimalis yang kecil, tetapi untuk saat ini, karena trend nya rumah klasik modern yang besar, jadi trend pohon yang kita tanam transbesi,” tambahnya.

Untuk pohon transbesi ini, menurut Tomi mampu bertahan 25 hingga 30 tahun.

“Nah, kalau kejadian yang sedang melanda ini, seharusnya Dinas Pertanaman yang memantau. Kan ada anggaran untuk hal tersebut,” tambahnya.
Untuk pelebaran daerah, terutama bagian yang akan dibangun perumahan, secara menyeluruh adalah wilayah kota Medan, untuk berbagai type.
Mulai dari type rendah hingga type besar. Diakuinya, permintaan akan rumah toko (ruko) memang terus meningkat, walau banyak nada sumbang terkait pembangunan ruko, yang konon kabarnya salah satu membuat jalan menjadi banjir karena tertutupnya aliran air menuju selokan.

“Kalau ada pengembang yang seperti itu, berarti dia tidak mengikuti peraturan. Kalau daerah banjir, akan mengurangi nilai jual. Dan itu berarti akan membuat dia rugi,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur PT Gaharu Indonesia, Dodi Arianto menyatakan pemilihan pohon yang ada di Medan sudah sesuai. Tetapi, masalahnya saat ini adalah cara penanaman pohon.

“Yang menanam pohon tidak mengerti bagaimana hidup pohon.” Ujar Dodi. Dirinya menjelaskan, sebuah pohon mampu bertahun hidup selama beratus tahun. Sehingga akar si pohon merambat kemana-mana.

“Kalau menanam pohon, tanam sedalam mungkin,” ungkapnya. Selama ini, penanaman pohon yang ada di kota Medan tidak sesuai aturan. Pada umumnya, bibit yang ditanam hanya ditanam sekitar 15 hingga 30 cm, sedangkan bawah tanah merupakan aspal yang jelas tidak bisa ditembus oleh akar.
Selain itu, penanaman pohon jangan dilakukan disebelah selokan, karena akan membuat akar tidak berjalan.

“Kalau disamping selokan, sama saja membuat pohon berdiri 1 kaki. Bayangkan kalau kita berdiri dengan 1 satu kaki?, tumbangkan?,” lanjutnya.
Menurut analisa Dodi, pohon di kota Medan juga “disakiti” oleh manusia.

“Bayangkan, pohon di kawat dan dipaku. Yang mengakibatkan dalam pohon menjadi rapuh. Itu yang membuat pohon jadi rapuh dan tumbang,” ungkapnya. Apalagi, saat pohon di kawati secara melingkar, yang secara langsung akan membuat bagian tengah pohon akan terpotong.
“Kalau dilihat dari luar memang tidak terlihat. Tapi kalau diperiksa secara mendetail, dalam pohon sudah terpotong, dan ini yang membuat dia menjadi tumbang,” tambah pria yang senang memperhatikan pohon ini sejak bekerja di budidaya Gaharu.

Karena itu, untuk membuat penghijauan, tidak membutuhkan pohon yang tinggi, cukup rindang saja.

“Tanam pohon sedalam mungkin, saat tingginya mencapai 3 hingga 4, mulai potong cabangnya. Yang penting pohon rimbun, bukan tinggi,” lanjutnya.
Dirinya menyatakan, untuk menghitung umur pohon juga cukup mudah. Lingkaran pohon dibagi 2, dan hasilnya menjadi umur si pohon.
“Jadi, bila lingkaran pohon sebesar 100 cm, maka umur pohon adalah 50 tahun,” tambahnya. (ram)

Anggaran Rawat Pohon Disoal

Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRD) Kota Medan mendesak Wali Kota Medan Rahudman Harahap, segera mengevaluasi kinerja Kadis Pertamana Kota Medan Erwin Lubis yang dinilai mensia-siakan anggaran perawatan pohon di kota Medan sebesar Rp2,1 miliar.

Hal itu dilakukan DPRD Medan, dikarenakan anggaran tersebut sudah di setujui dengan perincian setiap Kecamatan dianggarkan sebesar Rp100 juta khusus untuk perawatan pohon yang sudah rindang dan rapuh. Mengingat cuaca di Kota Medan tidak bisa diprediksi akibat perubhan iklim.

“DPRD Medan mendesak Wali Kota Medan untuk segera mengevaluasi kinerja Kadis Pertamanan Kota Medan, yang sudah jelas tidak melaksanakan program kerjanya untuk kepentingan masyarakat. Akibatnya masyarakat yang dirugikan sampai ada korban jiwa,” kata anggota Komisi D DPRD Medan Parlaungan Simangunsong kepada Sumut Pos.

Apalagi, lanjut Parlaungan, Wali Kota Medan sudah memerintahkan Kadis Pertamanan Kota Medan Erwin Lubis untuk segera mengevaluasi pohon-pohon di Kota Medan, khususnya yang berada ditrotoar dan badan jalan yang sudah rapuh dan rindang dengan melakukan pemangkasan.
“Itu sudah jelas kalau Kadis Pertamanan tidak patuh kepada pimpinan. Untuk itu, Wali Kota harus segera mengevaluasi kinerjanya. Perawatan pohon kan sangat dibutuhkan agar pengguna jalan tidak terganggu dan sampai ada korban jiwa. Dinas Pertamanan harus segera melakukan perawatan terhadap seluruh pohon di Kota Medan,” ucapnya.

Parlaungan mengakui pihaknya sebagai lembaga sudah menyetujui anggaran yang diajukan sebelum memasuki tahun 2012 agar dinas bisa langsung melaksanakan seluruh program sehingga pelaksanaannya bisa tepat waktu.

“Namun ternyata dinas tidak melaksanakan sesuai yang direncanakan sehingga anggaran tersebut akan menjadi sia-sia. Kalau untuk perawatan pohon tidak perlu harus melalui proses panjang seperti tender atau lainnya, langsung laksanakan saja,” dia menambahkan.

Juliandi Siregar, anggoat lainnya, menilai anggaran yang digunakan Dinas Pertamanan Kota Medan kalau hanya sekedar melakukan pemangksan saja terhadap dahan dan ranting pohon terlalu besar. Dimana, tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas Pertamanan adalah melakukan perawatan terhadap pohon di Kota Medan.

“Perawatan yang hanya pemangkasan itu sudah sesuai dengan Tupoksi Dinas Pertamanan, namanya juga perawatan jadi harus komperhensif. jadi anggarannya itu sudah sangat besar,” ujar Juliandi.

Juliandi berpendapat bila anggaran itu juga dikaitkan dengan melakukan penelitian terhadap pohon tua sekaligus mengecek apakah pohon tersebut membahayakan untuik segera dilakukan pemangkasan ataupun dilakukan penyisipan dengan pohon jenis lain. “Hal itu perlu dilakukan agar tidak terhindar dengan kejadian yang lalu sampai ada korban jiwa akibat pohon tumbang,” cetusnya seraya menambahkan kalau Pemko Medan harus memberikan bantuan kepada korban yang tertimpa sebagai bentuk kemanusiaan.

Ketua Komisi D DPRD Medan, Muslim Maksum menambahkan sudah saatnya Pemko Medan melalui Dinas Pertamanan segera mengkaji kelayakan seluruh pohon yang berada di sekitar jalan.”Mana pohon yang sudah tidak bagus harus segera dilakukan penebangan sekaligus penyisipan dengan menanam pohon yang layak, agar tidak merugikan masyarakat,” jelasnya.

Sementara itu, Pengamat lingkungan hidup dari Universitas Sumatera Utara, Jaya Arjuna sangat prihatin terhadap kinerja Dinas Pertamanan Kota Medan selama ini dalam hal marawat dan mengawasi perkembangan tanaman pohon peneduh. “Saya memperkirakan sebagian besar pohon peneduh hingga saat ini masih minim perawatan dan pengawasan,” katanya.

Jaya menyebutkan pohon peneduh jenis Angsana yang banyak ditanam di Kota Medan saat ini perlu diganti dengan pohon jenis lain yang akarnya lebih kokoh. “Pohon Angsana relatif mudah tumbang bila diterpa angin kencang. Walaupun pohon tersebut sebagai pohon peneduh, tetapi selama tiga bulan terakhir ini banyak menimpa rumah warga, pengguna jalan raya, dan memutus kabel jaringan listrik PLN,” ucapnya.

Menurut Arjuna, pohon Angsana bukan termasuk jenis pohon yang relatif kuat dan kokoh menahan terpaan angin kencang di tengah kondisi cuaca ekstrem. Dimana, di beberapa kota besar lain di Indonesia, pohon Angsana sudah tidak lagi difungsikan menjadi pohon peneduh karena rawan tumbang, terutama pada saat terjadi angin kencang dan hujan deras.

Sebagai informasi, jenis pohon peneduh yang cocok ditanam di Kota Medan saat ini, antara lain pohon mahoni, mangga, asam Jawa, dan pohon bunga tanjung. Empat jenis pohon itu cocok dijadikan tanaman peneduh, karena memiliki akar yang kuat, kayu maupun dahannya sulit keropos, dan daunnya tidak mudah gugur.

Pada masa penjajahan Belanda, pohon mahoni, mangga, asam Jawa dan bunga tanjung banyak ditanam di sepanjang pinggir jalan di Medan hingga di kiri dan kanan jalan lintas Sumatera. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa hingga kini masih banyak pohon peneduh yang ditanam pada masa kolonial Belanda tumbuh sumbur di Medan.

Setelah menjadi bencana bagi warganya akibat pohon yang bermanfaat untuk penghijaun dan kesegeran udara Kota Medan yang tidak disertai perawatan rutin, Dinas Pertamanan Kota Medan mentenderkan anggaran perawatan pohon sebesar Rp2 miliar (Rp9 miliar setiap Kecamatan) kepada pihak ketiga.

“Kalau untuk anggaran perawatan pohon akan kita tenderkan kepada pihak ketiga, karena pihak kita (Dinas Pertamanan) tidak bisa mengerjakannya sendiri,” kata Kadis Pertamanan Kota Medan, Erwin Lubis kepada Sumut Pos di sela-sela acara syukuran Piala Adipura di Lapangan Merdeka, Selasa (6/6) siang.

Alasan pihaknya tidak melakukan pengerjaan sendiri terhadap perawatan pohon yang sudah dianggarkan kedalam APBD 2012, dikarenakan akan menjadi temuan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Kalau kami juga yang mengerjakan perawatan pohon itu, pasti akan menjadi temuan KPK. Makanya kami tenderkan kepada pihak ketiga,” jelasnya.
Erwin berharap Dinas Pertamanan segera bisa menggandeng para ahli fisiologi pohon dari Universitas Sumatera Utara untuk memudahkan pengecekan atas pohon yang tak layak. (dya)

Artikel Terkait

Rekening Gendut Akil dari Sumut?

Pedagang Emas Kian Ketar-ketir

Selalu Menghargai Sesama

Dahlan Iskan & Langkanya Daging Sapi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/