25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jurus Bungkuk Sang Pengedar

MEREKA lewat Bandara Soekarno-Hatta, Selasa 9 April 2013. Terbang berjam-jam dari Hongkong menumpang Garuda Indonesia. Bertiga mereka turun sembari menenteng koper. Seperti para penumpang lain yang mendarat di sana. Masuk melewati pintu pemeriksaan. Mereka mengira masih aman.
Tapi petugas bandara menaruh curiga. Terutama pada koper yang dijinjing. Begitu dibuka cuma ada makanan dan pakaian. Ada yang aneh. Terbang melintas berbagai negara, tiga pria ini membawa susu. Kotak susu itu ada lima.

Petugas membuka kotak-kotak susu itu. Dan benar saja. Kotak susu itu ternyata diisi sabu-sabu. Setelah ditimbang beratnya 15,330 gram. Jika diuangkan nilainya sekitar Rp20 miliar. Tiga pria asal Filipina itu digiring ke pos petugas.

Demi penyelidikan anggota jaringan kelompok ini di Jakarta, nama mereka cuma diumumkan inisialnya saja. JA yang berusia 35 tahun. RD yang berusia 47 tahun dan AD 61 tahun.

Polisi membidik ketiganya dengan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jika terbukti, mereka dihukum minimal 15 tahun. Maksimal hukuman mati. Jika dijatuhi hukuman mati, riwayat tiga penyelundup narkoba yang sudah melalangbuana berbilang negara ini bakal tamat di Jakarta.
Dari hasil pemeriksaan, ketiga tersangka tersebut memang anggota sindikat perdagangan narkoba internasional. Mereka biasa beroperasi di jalur Filipina-Hongkong. Areal distribusinya merambah beberapa negara. Dari Brazil, Hongkong, Macau dan Filipina.

“Ketiga tersangka ini merupakan kurir profesional yang sudah sering melakukan penyelundupan jenis methampetamine ke berbagai negara,” kata Kepala Kantor Bea Cukai Bandara Soetta, Okto Iryanto.

Kepada penyidik, RD mengaku 4 kali melakukan penyelundupan ke beberapa negara. JA sudah 7 kali dan AD 2 kali. Menurut RD dan JA modus menaruh narkoba di dalam kemasan susu formula beberapa kali berhasil. Seperti ketika mereka mendistribusikan barang laknat itu dari Hongkong ke Brazil.
Manjur di negara lain, siasat kotak susu ini gagal di Indonesia. Mereka mengaku baru pertama kali masuk Indonesia. Dan ini perjalanan membuka jalur. Jika lolos, maka mereka akan memasok lebih banyak.

Jaringan ketiga tersangka ini dikendalikan dari Filipina. Oleh sindikat narkoba di negeri itu. Dalam merambah pasar internasional  mereka bekerja sama dengan sindikat Hongkong. Dalam proses pengiriman barang, sindikat Filipina mengirim 3 anggotanya ke Hongkong untuk mengambil barang dan dikirim ke Indonesia. “Masing-masing kurir diupah dengan nilai US$1500,” kata Okto.

Bandara Soekarno Hatta tampaknya menjadi salah satu jalur favorit jaringan narkoba internasional. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai di sana, semenjak Januari hingga April 2013, sudah mengungkap 31 kasus penyelundupan. Dari 31 kasus itu sudah ada 23 tersangka. Banyak warga asing. Satu dari Afrika, 5 orang dari China dan 4 orang warga Filipina.

Dengan barang bukti jenis shabu seberat 30,560 gram dari Afrika, ketamine 3,772 gram dari china, heroin 289,5 gram, biji  ganja  26,3 gram, ecstasy 400 gram dengan tersangka dari Filipina. Total secara keseluruhan 34,648,8 gram atau senilai Rp 185.736.875.000. “Tahun ini meningkat pengiriman narkoba melalui Bandara Soekaro Hatta,” kata Okto.

Agar Perut Tidak Meledak

Para kurir profesional dari berbagai negara itu umumnya masuk Indonesia lewat bandara. Modus mereka banyak. Dari membungkus dalam kotak makanan, hingga ditelan masuk perut. Demi menghadang jaringan ini, petugas bandara dibekali teknik menguasai modus dan membaca ciri-ciri anggota jaringan ini.

Yang paling mendasar adalah membaca bahasa tubuh. Membaca gerak mata. Serapi-rapinya mereka membungkus penyamaran, bahasa tubuh dan gerak mata biasanya mudah dikenali. “Dari mata mereka kami tahu kegugupannya. Lalu kami terus memantau,” kata seorang petugas yang keberatan namanya ditulis.

Petugas itu mengaku kerap menangkap tersangka narkoba. Menurutnya, meski penyamaran mereka ditutupi sedemikian rupa, tetap ada yang membedakan anggota jaringan ini dengan penumpang umum.

Orang yang gerak-geriknya mencurigakan pasti diperiksa lebih teliti. Paling sering ditemukan di antaranya: di lapisan koper yang ditutupi pakaian, di dalam kemasan bungkus makanan sejenis dus susu formula. Ada pula yang disimpan di dalam pipa gantole, sepatu yang dipakai, hingga ditelan.
Penyelundupan dengan modus ditelan itu sudah beberapa kali terjadi. Itu modus lama. Mudah juga dikenali. Para petugas yang dibekali teknik membaca gerak tubuh, mudah mengenali seseorang yang menelan narkoba. Terutama ketika mereka melintas di area pemeriksaan.
Bagaimana mengenalinya?

Gampang saja. Orang yang menelan narkoba, jalannya akan terlihat membungkuk. Wajah sedikit pucat. Jalannya agak pelan. “Takut narkobanya pecah,” kata Humas Polres Bandara AKP Agus Tri. Bila narkoba itu pecah, maka orang tersebut beresiko meninggal seketika karena over dosis.

Selain membaca bahasa tubuh seperti itu, petugas memanfaatkan teknologi X-ray, guna memindai tubuh dan tas. Sekarang ini pengiriman paket via jasa pengiriman seperti kantor pos ataupun cargo, juga sering didapati. Namun meski dengan modus apapun bila di X-ray akan tetap terdeteksi.
Bukan hanya lewat negara maju. Jaringan narkoba yang masuk ke Indonesia bisa meliuk lewat Timor Leste, negeri baru bekas provinsi Indonesia.
Pertengahan 2012 lalu, BNN membongkar modus penyelundupan narkoba jenis sabu melalui Dili, Timor Leste. Barang laknat itu hendak dibawa menuju Medan, Sumatera Utara.

Narkoba yang diamankan BNN mencapai 6.700 gram. Pelakunya warga Indonesia serta seorang warga Afrika Selatan.

Dalam pengungkapan itu, BNN bekerjasama dengan Policia Nacional de Timor Leste (PNTL) menggagalkan upaya penyelundupan ini. Narkoba itu disusupkan melalui perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Narkoba itu berasal dari India, dikirim melalui Singapura lalu ke Dili, masuk Indonesia melalui Atambua, Kupang, Surabaya, kemudian Jakarta dan terakhir ke Medan.

Modus yang dipakai kelompok ini tergolong baru. Berpura-pura barangnya hilang. Petugas di bandara kemudian memberikan formulir kehilangan. Kalau ada klaim barang hilang, maskapai bisa mengantar barang langsung ke tempat tujuan tanpa melewati pemeriksaan.
Lolos di Singapura dan negara lain, modus ini kandas di perbatasan Timor Leste dan Indonesia. (net/jpnn)

MEREKA lewat Bandara Soekarno-Hatta, Selasa 9 April 2013. Terbang berjam-jam dari Hongkong menumpang Garuda Indonesia. Bertiga mereka turun sembari menenteng koper. Seperti para penumpang lain yang mendarat di sana. Masuk melewati pintu pemeriksaan. Mereka mengira masih aman.
Tapi petugas bandara menaruh curiga. Terutama pada koper yang dijinjing. Begitu dibuka cuma ada makanan dan pakaian. Ada yang aneh. Terbang melintas berbagai negara, tiga pria ini membawa susu. Kotak susu itu ada lima.

Petugas membuka kotak-kotak susu itu. Dan benar saja. Kotak susu itu ternyata diisi sabu-sabu. Setelah ditimbang beratnya 15,330 gram. Jika diuangkan nilainya sekitar Rp20 miliar. Tiga pria asal Filipina itu digiring ke pos petugas.

Demi penyelidikan anggota jaringan kelompok ini di Jakarta, nama mereka cuma diumumkan inisialnya saja. JA yang berusia 35 tahun. RD yang berusia 47 tahun dan AD 61 tahun.

Polisi membidik ketiganya dengan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jika terbukti, mereka dihukum minimal 15 tahun. Maksimal hukuman mati. Jika dijatuhi hukuman mati, riwayat tiga penyelundup narkoba yang sudah melalangbuana berbilang negara ini bakal tamat di Jakarta.
Dari hasil pemeriksaan, ketiga tersangka tersebut memang anggota sindikat perdagangan narkoba internasional. Mereka biasa beroperasi di jalur Filipina-Hongkong. Areal distribusinya merambah beberapa negara. Dari Brazil, Hongkong, Macau dan Filipina.

“Ketiga tersangka ini merupakan kurir profesional yang sudah sering melakukan penyelundupan jenis methampetamine ke berbagai negara,” kata Kepala Kantor Bea Cukai Bandara Soetta, Okto Iryanto.

Kepada penyidik, RD mengaku 4 kali melakukan penyelundupan ke beberapa negara. JA sudah 7 kali dan AD 2 kali. Menurut RD dan JA modus menaruh narkoba di dalam kemasan susu formula beberapa kali berhasil. Seperti ketika mereka mendistribusikan barang laknat itu dari Hongkong ke Brazil.
Manjur di negara lain, siasat kotak susu ini gagal di Indonesia. Mereka mengaku baru pertama kali masuk Indonesia. Dan ini perjalanan membuka jalur. Jika lolos, maka mereka akan memasok lebih banyak.

Jaringan ketiga tersangka ini dikendalikan dari Filipina. Oleh sindikat narkoba di negeri itu. Dalam merambah pasar internasional  mereka bekerja sama dengan sindikat Hongkong. Dalam proses pengiriman barang, sindikat Filipina mengirim 3 anggotanya ke Hongkong untuk mengambil barang dan dikirim ke Indonesia. “Masing-masing kurir diupah dengan nilai US$1500,” kata Okto.

Bandara Soekarno Hatta tampaknya menjadi salah satu jalur favorit jaringan narkoba internasional. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai di sana, semenjak Januari hingga April 2013, sudah mengungkap 31 kasus penyelundupan. Dari 31 kasus itu sudah ada 23 tersangka. Banyak warga asing. Satu dari Afrika, 5 orang dari China dan 4 orang warga Filipina.

Dengan barang bukti jenis shabu seberat 30,560 gram dari Afrika, ketamine 3,772 gram dari china, heroin 289,5 gram, biji  ganja  26,3 gram, ecstasy 400 gram dengan tersangka dari Filipina. Total secara keseluruhan 34,648,8 gram atau senilai Rp 185.736.875.000. “Tahun ini meningkat pengiriman narkoba melalui Bandara Soekaro Hatta,” kata Okto.

Agar Perut Tidak Meledak

Para kurir profesional dari berbagai negara itu umumnya masuk Indonesia lewat bandara. Modus mereka banyak. Dari membungkus dalam kotak makanan, hingga ditelan masuk perut. Demi menghadang jaringan ini, petugas bandara dibekali teknik menguasai modus dan membaca ciri-ciri anggota jaringan ini.

Yang paling mendasar adalah membaca bahasa tubuh. Membaca gerak mata. Serapi-rapinya mereka membungkus penyamaran, bahasa tubuh dan gerak mata biasanya mudah dikenali. “Dari mata mereka kami tahu kegugupannya. Lalu kami terus memantau,” kata seorang petugas yang keberatan namanya ditulis.

Petugas itu mengaku kerap menangkap tersangka narkoba. Menurutnya, meski penyamaran mereka ditutupi sedemikian rupa, tetap ada yang membedakan anggota jaringan ini dengan penumpang umum.

Orang yang gerak-geriknya mencurigakan pasti diperiksa lebih teliti. Paling sering ditemukan di antaranya: di lapisan koper yang ditutupi pakaian, di dalam kemasan bungkus makanan sejenis dus susu formula. Ada pula yang disimpan di dalam pipa gantole, sepatu yang dipakai, hingga ditelan.
Penyelundupan dengan modus ditelan itu sudah beberapa kali terjadi. Itu modus lama. Mudah juga dikenali. Para petugas yang dibekali teknik membaca gerak tubuh, mudah mengenali seseorang yang menelan narkoba. Terutama ketika mereka melintas di area pemeriksaan.
Bagaimana mengenalinya?

Gampang saja. Orang yang menelan narkoba, jalannya akan terlihat membungkuk. Wajah sedikit pucat. Jalannya agak pelan. “Takut narkobanya pecah,” kata Humas Polres Bandara AKP Agus Tri. Bila narkoba itu pecah, maka orang tersebut beresiko meninggal seketika karena over dosis.

Selain membaca bahasa tubuh seperti itu, petugas memanfaatkan teknologi X-ray, guna memindai tubuh dan tas. Sekarang ini pengiriman paket via jasa pengiriman seperti kantor pos ataupun cargo, juga sering didapati. Namun meski dengan modus apapun bila di X-ray akan tetap terdeteksi.
Bukan hanya lewat negara maju. Jaringan narkoba yang masuk ke Indonesia bisa meliuk lewat Timor Leste, negeri baru bekas provinsi Indonesia.
Pertengahan 2012 lalu, BNN membongkar modus penyelundupan narkoba jenis sabu melalui Dili, Timor Leste. Barang laknat itu hendak dibawa menuju Medan, Sumatera Utara.

Narkoba yang diamankan BNN mencapai 6.700 gram. Pelakunya warga Indonesia serta seorang warga Afrika Selatan.

Dalam pengungkapan itu, BNN bekerjasama dengan Policia Nacional de Timor Leste (PNTL) menggagalkan upaya penyelundupan ini. Narkoba itu disusupkan melalui perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Narkoba itu berasal dari India, dikirim melalui Singapura lalu ke Dili, masuk Indonesia melalui Atambua, Kupang, Surabaya, kemudian Jakarta dan terakhir ke Medan.

Modus yang dipakai kelompok ini tergolong baru. Berpura-pura barangnya hilang. Petugas di bandara kemudian memberikan formulir kehilangan. Kalau ada klaim barang hilang, maskapai bisa mengantar barang langsung ke tempat tujuan tanpa melewati pemeriksaan.
Lolos di Singapura dan negara lain, modus ini kandas di perbatasan Timor Leste dan Indonesia. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Rekening Gendut Akil dari Sumut?

Pedagang Emas Kian Ketar-ketir

Selalu Menghargai Sesama

Dahlan Iskan & Langkanya Daging Sapi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/