Sebenarnya Trump tidak perlu menyembunyikan nama Super PAC tersebut. Publik tahu Super PAC mana yang dimaksud. Yang sudah dapat dana 90 juta dolar itu. Ia adalah Super PAC bernama “Prioritas-prioritas Amerika”. Pendirinya adalah Bill Burton. Bekas ketua tim pemenangan kembali Obama.
“Prioritas Amerika” lah dulu yang membiayai iklan besar-besaran untuk menyerang Mitt Romney, capres dari partai Republik saat itu. Dan Obama menang.
Iklan yang menyerang Romney itu sederhana. Judulnya “understands”. Kisah seorang bapak yang kehilangan pekerjaan. Yakni ketika pabrik baja tempatnya kerja tutup. Bangkrut. Tidak dapat asuransi pula. Dana pensiun lenyap ditelan kerugian. Istrinya sakit kanker. Lalu meninggal.
Tamat.
Apa hubungannya? Publik tahu perusahaan bangkrut itu bagian dari konglomerasi Bein Capital. Salah satu pendirinya adalah Mitt Romney. Ia juga pernah menjadi CEO grup yang berpusat di Boston itu.
Iklan itu memang sempat dipersoalkan. Kematian sang istri sebenarnya tidak ada hubungan dengan tutupnya pabrik. Tapi iklan tersebut telah jadi contoh iklan yang sukses.
Kini dengan dana lebih Rp 2,5 triliun “Prioritas Amerika” sudah siap menghabisi Trump. Siap membalas serangan apa pun dari lawan Hillary. Jane Fonda, bintang film itu, menyumbang Rp 23 miliar. Terang-terangan. Banyak pula tokoh lainnya.
Memang, menurut aturan, Super PAC tidak boleh ada hubungan dengan yang didukung. Harus independen. Tapi status independen sangat mudah dinyatakan.
Hanya lewat pembuktian.
Bukan kenyataan.
Super PAC akan terus berperan di masa depan. Dari Pemilu ke Pemilu. Kemampuan mengumpulkan dananya bisa lebih besar dari tim resmi partai.
Tapi ada juga yang menyorot: biaya yang dipakai pengurus PAC terlalu besar. Terutama PAC abal-abal. Fasilitas untuk pengurus terlalu mewah: hotel bintang lima sampai sewa pesawat jet kapan saja. Bahkan pernah ada pengurus PAC yang gajinya tidak pantas –saking besarnya. Ada yang membayar rekanan sampai sekitar Rp 10 miliar. Padahal sang rekanan adalah istrinya sendiri.